Kamis, 07 Januari 2016

Kerajaan Arab Saudi Wahabi Salafi Takfiri dipastikan BENCI Maulid dan HAUL sedangkan Islam Sunni dan Islam Syi'ah dipastikan CINTA Maulid dan Haul...!!! Wahabi BUKAN SUNNI...!!!!

Inilah sebenar-benarnya Kerajaan Arab Saudi Wahabi Salafi Takfiri 
(Wahabi BUKAN Sunni..!!!)

Terorisme-Wahabisme Monster Ciptaan Saudi Untuk Hancurkan Dunia dan Islam

 

SALAFYNEWS.COM, RIYADH – Hubungan cukup lama antara rezim Saudi dan kelompok teroris, dimulai sejak permulaan tahun delapan puluhan abad lalu, kemudian hubungan keduanya mengkristal dengan seorang pria intelijen bernama Bandar bin Sultan, hal itu terlihat jelas pada peristiwa 11 September, pendudukan Irak, pembukaan jalan bagi ISIS dan kelompok teroris lainnnya untuk bisa sampai ke Suriah serta penyebaran terorisme di wilayah. (Baca: Persekutuan Hitam Rezim Saudi dengan Wahabisme yang Anti Nabi Muhammad)
Kutipan Media Tentang kemesraan Saudi dan Israel
Hampir tidak ada perbedaan antara keduanya, dimana korban dan algojonya sama, sementara perbedaan satu-satunya diantara keduanya hanya pada sisi tempat atau lokasi, yang pertama di Arab Saudi dan yang kedua para teroris itu di Suriah. Indikasi yang paling penting dan menonjol bahwa asas intelektual keduanya berasal dari sekte Wahabi yang dibawa oleh Muhammad bin Abdul Wahab. (Baca: Wahabi Adalah ISIS, ISIS Bukan Aswaja)
Sejak awal, rezim al-Saud memainkan peranan penting dalam terbentuknya kelompok teroris, pertama kali adalah pada akhir tahun delapan puluhan abad lalu, ketika Arab Saudi memanfaatkan kedekatan hubungan Amerika Serikat dan kelompok Taliban dengan mulai mencairkan petro dolarnya untuk proses penyebaran pemikiran radikal yang menjadi dasar bagi kelompok teroris di kemudian hari ini. (Baca: Ulama Palestina: Wahabi Ajaran ‘Setan’ dan Bukan Islam)
Dukungan terorisme mengkristal dengan Bandar bin Sultan dan peristiwa 11 September.
Kedua adalah Pangeran Saudi, Bandar bin Sultan, yang memiliki jalinan kuat dengan para teroris. Pangeran yang dikenal mitra teroris itu mulai menerapkan ide-idenya melalui hubungan dengan pemerintah AS lewat George W. Bush hingga dengan George W. Bush Jr. (Baca: Wahabi, Radikalisme Diantara ISIS dan ATHEIS)
Saudi 
Yang terakhir, begitu tampak rencana Bandar bin Sultan yang saat itu memegang kendali kerajaan Saudi, peristiwa 11 September fakta tak terbantahkan, menurut hasil penyelidikan peristiwa tersebut terungkap adanya hubungan begitu erat antara para pejabat tinggi di Riyadh dan al-Qaeda serta Taliban dengan adanya keterlibatan 15 orang asal Saudi dari 19 orang yang melakukan serangan tersebut, sebagaimana juga menguatkan hal itu, munculnya pengakuan dari Zacarias Moussaoui, salah satu orang yang terlibat dalam serangan tersebut, bahwa ia pernah bertemu secara langsung dengan Raja Saudi yang sekarang yaitu Salman Bin Abdul Aziz dan secara pribadi menyerahkan pesan dari Osama bin Laden.
Mantan senator AS Bob Graham, mengatakan bahwa “AS selalu bersikap melindungi Arab Saudi yang saat itu dimintai pertanggung jawaban atas jaringan yang melakukan serangan 11 September, para pembesar Saudi terus-menerus meningkatkan dukungannya kepada kelompok radikal di dunia, terutama di Timur Tengah, dan yang terakhir dukungannya kepada ISIS yang merupakan hasil dari penyebaran ideologi radikal (Wahabi) Arab Saudi. (Baca: Stop Sebut “Islam Itu Teroris”, Wahabi Teroris dan Bukan Islam)
Rencana itu terus berlanjut, bersama dengan Bandar bin Sultan yang memainkan peranan kunci dalam pendudukan AS di Irak pada tahun 2003, dan yang menciptakan terbentuknya kelompok teroris ISIS awal mulanya di Irak, dan Saudi terus memberikan dukungannya kepada beberapa kelompok teroris lainnya, jumlah para teroris asal Saudi yang tewas di Irak sejak tahun 2003 lebih dari dua ribu.
Sementara itu, Suriah menjadi tempat yang pas bagi Arab Saudi dalam mengembang biakkan terorisme, dimana Bandar bin Sultan terus melakukan perannya dengan baik dan dia telah bersumpah akan menggenangi Timur Tengah dengan darah dan di beberapa kota di dunia untuk mobilisasi destruktif teroris. Akibatnya, Suriah dan beberapa wilayah di kawasan tenggelam dalam lautan darah kejahatan Teroris ISIS.
Riyadh adalah basis kelompok Al-Qaeda
Kata John Biden, Wakil Presiden AS “Masalah besar AS adalah para sekutu kami di kawasan itu, mereka para penguasa Saudi dan Emirat serta selain mereka berdua yang bertekad untuk menyalakan perang sektarian (Syiah dan Sunni) di wilayah tersebut, mereka menghabiskan ratusan juta dolar dan memberikan berton-ton senjata, sementara yang menerima semua dukungan itu adalah para jihadis dari Jabhah Nusroh dan al-Qaeda serta beberapa kelompok-kelompok ekstremis lainnya.” (Baca: Monarki Saudi-Wahabi Senjata Amerika Hancurkan Islam dari Dalam)
Di Irak dan Suriah, peranan Saudi pindah ke Negara Yaman, dimana al-Qaeda dan ISIS mengendalikan beberapa daerah luas di bagian selatan negara itu atas dukungan Saudi, sementara rezim al-Saud yang mengklaim bahwa mereka memerangi terorisme belum pernah sama sekali meluncurkan bom ke salah satu kawasan yang dikendalikan oleh kelompok-kelompok teroris tersebut.
SetelahYaman kawasan berikutnya adalah Libya, Mesir, Tunisia, Nigeria, karena Saudi dan gerakan Wahabismenya ingin menguasai hegemoni di kawasan yang dibantu dan di support oleh Amerika dan Zionis Israel, dan tampak dengan jelas hubungan tiga negara itu dengan terorisme dan kejahatan di dunia. (SFA/Berbagai Sumber/ http://www.salafynews.com/terorisme-wahabisme-monster-ciptaan-saudi-untuk-hancurkan-dunia-dan-islam.html)

Erdogan Tusuk Saudi Tiga Kali dari Belakang

Erdogan Tusuk Saudi Tiga Kali dari Belakang

ANKARA, SALAFYNEWS.COM – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menusuk Arab Saudi dari belakang sebanyak tiga kali, dengan cara memisahkan diri dari Monarkhi itu dalam beberapa situasi penting baik di bidang politik maupun diplomatik.
Tusukan yang pertama, adalah saat Turki menolak untuk memberikan dukungan kepada koalisi Arab berupa legitimasi perang di Yaman. Sementara dukungan yang dijanjikan kepada Riyadh berupa informasi dan koordinasi pada tingkat intelejen, hanya sebatas janji dan hanya sebatas pernyataan yang didengungkan.
Tusukan kedua, saat putra Mahkota dan Menteri Pertahanan Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, mengumumkan pembentukan “koalisi militer Islam anti terorisme” yang mencakup 34 negara Islam termasuk Turki. Namun pada hari berikutnya Kementrian Luar Negeri Ankara menyatakan tidak mengetahui adanya pembentukan koalisi tersebut yang dipimpin oleh Riyadh.
Tusukan ketiga, terungkap saat terjadinyan krisis antara Saudi dengan Iran baru-baru ini, menyusul eksekusi mati terhadap seorang ulama karismatik Sheikh Nimr Al-Nimr. Eksekusi itu mengakibatkan penyerbuan para demonstran ke konsulat Riyadh di Iran.
Sementara, negara-negara Arab mengutuk tindakan tersebut, dan Republik Islam Iran mengatakan siap bertanggung jawab untuk melindungi konsulat diplomatik itu.
Sementara pemerintahan Erdogan berada dalam keheningan dan diam tanpa ada keterangan apapun terkait insiden itu dan tidak mengecam insiden tersebut.  Setelah muncul pengumuman dari Menteri Luar Negeri Saudi, Adel al-Jubeir, baru muncul pernyataan dan itupun sangat singkat dari pemerintah Kehakiman dan Pembangunan melalui juru bicara atas nama pemerintah Dawood Oglu.
Ia hanya menegaskan bahwa ketegangan antara Arab Saudi dan Iran akan meningkatkan ketegangan di Timur Tengah, dalam kesempatan itu ia sama sekali tidak menyampaikan kecamannya atas perilaku Iran dan juga tidak menyampaikan dukungannya kepada pemerintah Saudi. [Sfa/AS/ http://www.salafynews.com/erdogan-tusuk-saudi-tiga-kali-dari-belakang.html

Misteri Eksekusi Sheikh Nimr Oleh Rezim Diktator Saudi

WASHINGTON, ARRAHMAHNEWS.COM – Inilah Artikel yang ditulis oleh *Shireen T. Hunter seorang proffessor peneliti di Georgetown University’s School of Foreign Service.
Professor Shireen T. Hunter

Arab Saudi pada akhirnya mengeksekusi seorang ulama ternama, Sheikh Nimr Baqir al-Nimr, meskipun banyak pemimpin agama baik dari muslim dan lainnya bahkan PBB serta sejumlah pemimpin politik telah mendesak (setidaknya secara pribadi) Arab Saudi untuk membatalkan hukuman mati tersebut.
Dilihat dari sudut pandang logika, eksekusi ini bukan termasuk dalam kepentingan jangka pendek dan jangka panjang Arab Saudi. Namun eksekusi dapat dipahami sebagai strategi (Saudi) untuk memprovokasi Iran agar nantinya (tanggapan Iran) bisa jadi pembenaran bagi Saudi untuk secara militer melakukan penyerangan ke negara tersebut. (Baca juga: Allah Bangunkan Haramain, Saudi Bangun Gedung Pencakar Langit)
Jelas, Arab Saudi tidak yakin bahwa kerajaan itu bisa memenangkan perang terhadap Iran, setidaknya tidak mudah dan tentu saja tidak bisa sendirian. Tapi Arab Saudi mungkin bisa mengandalkan sejumlah negara Arab dan non-Arab untuk bergabung dalam usaha (menyerang Iran) ini. Beberapa negara-negara Arab, terutama Uni Emirat Arab, tentu saja akan sangat senang untuk melakukannya. Lainnya, seperti Qatar dan Kuwait bisa diintimidasi atau disuap agar mau berpartisipasi.
Sedang Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, akan sangat tergoda untuk ikut melompat naik kereta musik itu. Bagaimanpun juga, Erdogan melihat Iran sebagai pewaris kekaisaran Shafawi, yang menjadi hambatan nyata untuk mencapai mimpinya menciptakan lagi Kekaisaran Ottoman. Dieksekuniya Sheikh Nimr tak lama setelah pertemuan Erdogan dengan Raja Salman adalah sangat terkait dalam hal ini. Pakistan mungkin saja ikut bergabung, ini terkait komitmennya untuk membela Britania terhadap ancaman eksternal. (Baca juga: Raja Salman Undang Presiden Turki ‘Erdogan’ Pasca Kematian Pembesar ISIS di Suriah)
Blcak and White Daesh

Namun, upaya Arab Saudi untuk memprovokasi Iran agar terpancing reaksi kekerasan dan dengan demikian benar-benar memulai perang dalam harapan bahwa tindakan kekerasan Iran ini akan menciptakan keributan di lingkaran politik Washington, terutama di Kongres, adalah agar nantinya Amerika Serikat terpaksa (punya alasan-red) untuk campur tangan dalam konflik dengan cara turut menyerang Iran. Dengan intervensi AS terhadap Iran, Saudi berharap, akan berhasil menyingkirkan Iran sekaligus semua masalah kerajaan itu terhadap Iran.
Tapi ini hanya spekulasi (Saudi) belaka. Arab Saudi selama beberapa waktu telah mencoba untuk memprovokasi Iran. Pertama pada intervensi militer Saudi di Bahrain, kemudian pada upaya Saudi untuk menggulingkan rezim Assad lantas diikuti oleh pemboman Kedutaan Besar Iran di Beirut pada tahun 2013, dimana hal itu menewaskan sejumlah warga Lebanon serta atase kebudayaan Iran. (Baca juga: Sektarian, Propaganda Wahabi Saudi dan AS yang Dimainkan di Suriah)
Baru-baru ini, selama upacara haji, pemerintah Saudi melecehkan dua pemuda Iran dan menewaskan sejumlah besar peziarah Iran. Pemerintah Saudi, kemudian, sengaja menciptakan banyak kesulitan bagi para pejabat Iran yang berusaha untuk menemukan, mengidentifikasi, dan mengembalikan jasad para korban ke Iran. Provokasi lain, tentu saja, perang skala penuh yang dilancarkan Arab Saudi ke Yaman terhadap apa yang diklaim kerajaan itu sebagai pemberontak dukungan Iran. (Baca juga: Dokumen Rahasia “Saudi Ciptakan Kerusuhan Iran Di Tahun 2009”)
Provokasi lain yang masih hangat, terjadi bulan lalu ketika pihak berwenang Nigeria menangkap pemimpin Syiah di negara itu, Sheikh Ibrahim Zakzaki. Tentara Nigeria juga menewaskan hampir seribu orang-orang Syiah untuk sebuah alasan palsu dan mengada-ada. (Baca juga: Catherine Sakdham: Ada Tangan Wahabi Saudi di Balik Pembantaian Muslim Nigeria)
Menyusul penangkapan Sheikh Zakzaki ini, Raja Salman Saudi dilaporkan telah mengucapkan selamat kepada presiden Nigeria atas”penanganan efektif” terhadap terorisme (definisi raja ini terhadap terorisme tampaknya meluas hingga meliputi ketaatan dalam menjalankan ritual keagamaan secara damai). (Baca juga: Saksi Mata Ungkap Peran Kedutaan Saudi Dalam Pembantaian Muslim di Nigeria)
Sementara itu, penindasan terhadap orang-orang Syiah di negara-negara lain, terutama Azerbaijan, terus dilakukan sebagaimana pembunuhan tanpa pandang bulu yang dilakukan terhadap mereka oleh kelompok-kelompok militan yang dipengaruhi Saudi di Pakistan dan Afghanistan, hal ini bisa dilihat dalam pemenggalan seorang gadis Hazara berusia 9 tahun, pada bulan November lalu, di Afghanistan.
Iran tidak akan mungkin mau meladeni provokasi terbaru Arab Saudi ini, sebagaimana negara itu menolak provokasi yang semacam itu sebelumnya. Misalnya, Iran tidak membalas intervensi militer Saudi dengan mengirimkan pasukan ke Bahrain untuk membela tidak hanya orang Syiah Bahrain tetapi juga keturunan Iran di Bahrain. Negara itu juga tidak secara langsung ikut campur di Yaman, dan keterlibatannya di Suriah tetap terbatas. Negara tersebut tidak bereaksi berlebihan terhadap pengeboman kedutaan besarnya di Beirut atau terhadap penganiayaan warga dan jamaah negaranya selama haji kemarin. Namun bagaimanapun juga, selalu ada risiko bahwa emosi rakyat bisa terpicu dan bahwa kelompok garis keras Iran, untuk tujuan pribadi mereka sendiri, bisa (menunggangi hal itu) dan menekan pemerintah untuk merespon lebih kuat.
Dalam keadaan ini, sangat penting untuk tidak meremehkan risiko konflik yang bisa berakhir dengan melibatkan Amerika Serikat dalam perang Timur Tengah lain yang tidak diinginkan. Arab Saudi saat ini sangat mirip binatang liar yang terluka dan marah, karena banyak rencananya untuk menggapai hegemoni regional menjadi kacau balau, belum lagi hal itu telah membebani kerajaan dengan beban finansial yang besar. (Baca juga: Rizal Assad: Saudi Bentuk Aliansi “Pro” Terorisme dan Ekstrimisme)
Dan yang paling penting, mereka masih mendidih dengan kemarahan atas berhasilnya perjanjian nuklir antara Iran dan P5 +1. Tak mau (instrospeksi) dengan melihat bagaimana tidak masuk akalnya ambisi mereka selama ini dan percaya bahwa mereka dapat menyuap atau mengintimidasi semua pihak untuk melakukan keinginannya, Saudi menyalahkan Iran atas kandasnya ambisi kerajaan.
Barat dalam hal ini telah sangat membantu untuk memelihara delusi (khayalan) Saudi itu dengan mengabaikan pelanggaran mengerikan terhadap hak Syiah di negara itu dan di tempat lain serta dengan berlebihan mengutuk Iran. Namun pada saat yang sensitif ini, sangat penting bagi kekuatan Barat untuk tidak ikut campur pada permainan terlalu jelas Arab Saudi ini.
Memanasnya konflik sektarian di Timur Tengah tidak hanya akan merugikan Iran. Ini akan menyebar ke Kaukasus dan Asia Selatan. Dengan Iran diserang, semua Syiah akan merasa berisiko menjadi korban genosida habis-habisan. Terakhir, perang Timur Tengah baru terhadap Iran akan hampir pasti melibatkan Cina-Rusia dan dengan demikian akan berpotensi memerlukan risiko konflik kekuatan besar. Rusia dan Cina tidak akan mungkin tetap pasif seperti yang mereka lakukan pada tahun 2001 dan 2003. (Baca juga: Perancis: Eksekusi Sheikh Nimr Picu Ketegangan Sektarian di Timur Tengah)
Dalam keadaan ini, kekuatan-kekuatan besar, terutama negara-negara Barat, harus menahan Saudi serta mencegah sekutu Timur Tengah dan Asia Selatan mereka agar tak ikut terseret ke dalam dendam Saudi terhadap Iran. Yang paling penting, mereka semua akhirnya harus bertanya pada diri sendiri apakah Arab Saudi benar-benar berharga (bagi barat) setelah semua sakit kepala yang disebabkannya?. (ARN)
* Shireen T. Hunter adalah seorang proffessor peneliti di Georgetown University’s School of Foreign Service. Ia juga seorang cendekiawan terkemuka CSIS dimana ia memimpin Program Islam mulai dari tahun 1998-2005. Ia telah menulis 7 buku dan 3 monograf serta merupakan editor dan kontributor dari ketujuh buku serta ketiga monografnya. Ia juga berkontribusi sebagai editor untuk 35 buku dan menulis 40 artikel jurnal.

Arab Saudi bukan “Negara Islam”, Tapi “Penjual Islam”

Keluarga Al-saud 
Arrahmahnews.com – Salah satu kehebatan negara Saudi adalah keberhasilannya dalam menipu kaum Muslim, seakan-akan negaranya merupakan cerminan dari negara Islam yang menerapkan al-Quran dan Sunnah. Keluarga Kerajaan juga menampilkan diri mereka sebagai pelayan umat hanya karena di negeri mereka ada Makkah dan Madinah yang banyak dikunjungi oleh kaum Muslim dari penjuru dunia.
Saudi juga terkesan banyak memberikan bantuan kepada kelompok Islam maupun negeri-negeri Islam untuk mencitrakan mereka sebagai pelayan umat dan penjaga dua masjid suci (Khadim al-Haramain). Akan tetapi, citra seperti ini semakin pudar mengingat sepak terjang keluarga Kerajaan selama ini, terutama persahabatannya dengan AS yang mengorbankan (nyawa, harta dan negara) kaum Muslim.
Orang-orang awam selama ini menjadi korban dari berita-berita penipuan yang sengaja disebarkan oleh para pemuja Kerajaan Arab Saudi. Kaum Muslimin lupa, bahwa yang menjadi penguasa Makkah dan Madinah saat ini adalah Keluarga Kerajaan (Aly Saud) yang mengusung paham Khawarij dan Mujasim, bukan Ahlussunnah. 
Karena paham Ahlussunnah wal jama’ah tidak pernah menghalalkan pengkafiran, pembid’ahan, pemusyrikan dan penghalalan darah serta harta kaum muslimin. Hal ini justru menjadi ciri khas kaum Wahabi Takfiri atau yang di zaman ini sebagai perwujudan kaum Khawarij dan Mujasim modern. Jargon mereka yang terkenal adalah “Kembali kepada Quran dan Sunnah“ maksudnya adalah kembali kepada pemahaman Quran dan Sunnah ala mereka, bukan ala Nabi Saw, para sahabatnya yang mulia dan para ulama salafus shalih.
Siapa pun yang menguasai Makkah dan Madinah sudah pasti mereka akan memelihara dan menjaga dua kota suci tersebut. Sudah sedari dulu, siapa pun penguasanya mereka pasti akan selalu membantu negara-negara Muslim lainnya. Tetapi yang sangat aneh, mengapa Kerajaan Arab Saudi tidak pernah memberi bantuan kepada Palestina? Bahkan mereka malah bermanis-ria dengan Zionis dalam pertemuan-pertemua rahasia, Apakah ini yang dikatakan negara Islam yang menjalankan al-Quran dan as-Sunnah?
ARN0012004001511314_Arab_Saudi_bukan_Negara_Islam_Tapi_Penjual_Islam
Setelah kekalahan telak yang dialami pasukan Muhammad ibn Sa’ud oleh pasukan Islam dari kekhalifahan Turki Utsmani pada tahun 1815. Muhammad ibn Sa’ud beserta beberapa anggota kelurganya di tawan dan di bawa ke kota Kairo dan kemudian dipindahkan ke Konstantinopel ibukota kekhalifahan Turki Utsmani. Muhammad ibn Sa’ud dan anggota keluarganya di arak untuk dipertontonkan kepada kaum muslimin bahwa ia adalah otak dari pemberontakan sekaligus Dajjal yang telah membunuhi ribuan kaum muslimin yang tidak berdosa di jazirah Arab. Kemudian kepalanya dipenggal dan tubuhnya dipertontonkan kepada kerumunan kaum muslimin yang marah karena ulahnya. Sedangkan sisa-sisa keluarganya di penjara di kota Kairo.
Kurang lebih 87 tahun kemudian, pada tahun 1902 cucunya Muhammad ibn Sa’ud yang bernama Abdul Aziz bin Abdurrahman ibn Sa’ud yang kabur ke Turki memulai kembali usaha untuk mengembalikan kejayaan Klan Sa’ud yang pernah dirintis oleh kakeknya. Dengan bantuan Klan As-Sabah di Kuwait dan campur tangan Inggris akhirnya mereka mulai melakukan invasi berdarahnya kembali. Pada tahun 1953 Ibnu Sa’ud mati dan digantikan oleh Raja Sa’ud dan kemudian Raja Faisal.
Rajutan cinta yang dahulu terputus dengan kerajaan Inggris akhirnya bersemi kembali. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa perjanjian atau traktat dengan pihak kerajaan Inggris melalui beberapa surat yang dikirimkan oleh pemimpin Salafi Wahabi pada tanggal 13 Juni 1913 kepada wakil Inggris Percy Cox sebagai berikut :
وبالنظر إلى مشاعرى الودية تجاهكم أودّ أن تكن علاقاتى معكم كالعلاقات الّتى كانت قائمة بينكم وبين اسلافى كما أودّ أن تكون قائمة بينى وبينكم
“Dan dengan melihat perasaan cintaku kepada kalian, aku sangat berharap hubunganku dengan kalian seperti hubungan-hubungan yang telah lama terjalin antara kalian dengan para leluhurku, sebagaimana aku sangat berharap hubungan itu tetap terjalin (baik) antara aku dengan kalian “
Dalam Muktamar al-Aqir tahun 1927 M / 1341 H di distrik Ahsaa telah ditanda tangani sebuah perjanjian resmi antara pihak Wahabi dengan pemerintah Inggris. Tertulis dalam kesepakatan itu kalimat-kalimat yang ditorehkan oleh pimpinan Wahabi yang berbunyi :
… أقرّ وأعترف ألف مرة للسّير برسى كوسى مندوب بريطانيا العظمى لامانع عندى من إعطاء فلسطين لليهود أو غيرهم كما تراه بريطانيا التى لا أخرج عن رأيها حتى تصيح الساعة
“ Aku berikrar dan mengakui 1000 kali kepada Sir Percy Cox wakil Britania Raya, tidak ada halangan bagiku (sama sekali) untuk memberikan Palestina kepada Yahudi atau yang lainnya sesuai dengan keinginan Inggris, yang mana aku tidak akan keluar dari keiginan Inggris sampai hari kiamat “ 
Bahkan ketika pecah perang yang dilancarkan Israel pada bulan Juni 1967 kepada sebagian negara-negara Arab dengan dukungan Amerika dan Eropa barat, pemimpin Wahabi baru datang dari negara-negara Barat itu menyampaikan pidato pada tanggal 6 Juni sebagai berikut :
ايها الإ خوان لقد جئتكم من عند إخوان لكم فى أمريكا وبريطانيا وأو روبا تحبونهم ويحبوننا
“Wahai saudara-saudaraku, aku (baru saja) datang dari saudara-saudara kalian di Amerika, Britania, dan Eropa. Kalian mencintai mereka, dan mereka pun mencintai kalian “
Kemudian pada tahun 1969, saat diwawancarai koran Washington Post, pimpinan Wahabi mengakui adanya kedekatan khusus dengan kaum Zionis Israel, lalu berkata :
إننا واليهود إبناء عم خلص, ولن ترضى بقذفهم فى البحر كما يقول البعض, بل نريد التعايش معهم بسلام
“Sesungguhnya kami dengan bangsa Yahudi adalah sepupu. Kami tidak akan rela melemparkan mereka ke laut sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian orang, melainkan kami ingin hidup bersama mereka dengan penuh kedamaian “
Para peneliti sejarah aliran Wahabiyah telah membuktikan bahwa  untuk memurnikan tauhid hanyalah sebuah slogan yang dibentuk atas perintah langsung kementrian Urusan Penjajahan Kerajaan Inggris. Setelah mendapatkan kaum muslimin yang dapat dijadikan sebagai boneka-boneka bodohnya, kemudian konspirasi penjajah Eropa Yahudi mengirimkan berbagai keperluan operasional, logistik, tentara bayaran dan istruktur-instruktur tentara bayaran yang disupport sepenuhnya oleh kekuatan sekutu untuk mendukung gerakan Wahabi yang dimotori oleh Muhammad Ibnu Sa’ud dan Muhammad ibnu Abdil Wahhab dalam melakukan pemberontakan terhadap kekhalifahan Turki Ottoman yang sah dengan impian tingginya untuk mendirikan Haikal Sulaiman di tanah al-Haramain.
Gilanya lagi, setelah tertangkap basah dan terekam secara sah oleh sejarah dan zaman, mereka masih membela diri dengan berkata : “Kami memberontak karena kekhalifahan Turki Ottoman sudah korup, banyak kemaksiatan yang terjadi, negara sudah tidak stabil” dan banyak ucapan lainnya yang mereka buat untuk menghalalkan sesuatu yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Dan logika sederhananya adalah, apabila dikarenakan kekhalifahan Turki Ottoman sedemikian carut marutnya sehingga halal memberontak, maka lebih halal pula memberontak di kerajaan Saudi Arabia sekarang. Karena keadaan negara mereka yang dipenuhi dengan sejarah pembunuhan, pembantaian, siksaan terhadap para ulama, bayi dan ibunya disembelih ketika digendong, sebagaimana yang terekam dengan baik dalam kitab-kitab sejarah Islam.
Gerakan Wahabi yang didanai oleh Inggris dan Yahudi ini banyak memaksa kaum muslimin untuk menjadi tentara mereka. Ada sebuah camp tempat pelatihan yang dinamakan dengan Hajar al-Arkawiyah di mana para intruktur militer dari negara Inggris melatih daya tempur mereka dan menancapkan doktrin pada para pengikutnya, bahwa siapa pun orang Islam yang tidak bermazhab Wahabi adalah kafir dan halal darahnya.
ARN0012004001511315Pengkhianatan_Saudi_Terhadap_Islam
Padahal orang-orang Inggris ini pun tidak semazhab dengan mereka, tidak se-tauhid dengan mereka, bahkan mereka benar-benar kafir mutlak tetapi mana berani para Wahabi menganggapnya kafir dan menghalalkan darah mereka? Mereka lebih mencintai orang-orang Inggris yang memperbudak mereka, dan lebih membenci kaum musimin yang berbeda dengan mereka. Padahal Iblis saja tidak pernah menaruh rasa benci sebesar ini terhadap umatnya Nabi Saw.
Mereka yang sudah digembleng menjadi tentara pembunuh menjadi hilang rasa kemanusiaannya, dan berubah total menjadi mesin pembunuh yang sadis dan paling biadab, mirip dengan tentara Hulagu Khan atau yang menghabisi kekhalifah Dinasti Abbasiyah secara keji dan biadab atau mirip dengan tentara Serbia yang membantai ratusan ribu warga muslim di Bosnia Herzegovina.
Untuk mengelabui kaum muslimin di masa yang akan datang mereka memberikan identitas kepada para pembunuh dan tentara bayarannya sebagai berikut :
  1. Mereka menamakan mesin perangnya dengan sebutan al-Ikhwan
  2. Mereka menamakan peperangannya dengan sebutan Jihad
  3. Mereka menamakan penyerbuannya dengan sebutan Ghazawat
  4. Mereka menamakan kemenangannya dengan sebutan Futuhat
  5. Mereka menamakan prajuritnya yang mati dengan sebutan Syuhada
  6. Menamakan musuhnya dari kaum muslimin dengan nama kaum kafir
Lihatlah pengelabuan dan pemutarbalikkan fakta yang mereka lakukan terhadap syariat dan kaum muslimin saat ini. Benar-benar sempurna kelicikan dan tipu daya mereka ini. Semoga laknat Rasul-Nya abadi bagi mereka. Sekte terlicik di muka bumi ini kemudian menutupi kebejatan serta kebiadaban mereka dengan menisbatkan mazhabnya kepada Imam Ahmad bin Hanbal, sehingga sebagian para kyai dan ulama yang tidak menyelami mazhab Imam Ahmad pun mengamini dan mengimaninya. Terlebih masyarakat awam yang pengetahuannya sangat dangkal.
Padahal dakwah yang dijalankan oleh Wahabi dan pengikutnya ini merupakan kedok untuk menutupi jaringan konspirasi dan kerja sama busuk mereka dengan kaum penjajah Eropa yang membawa sekalian dendam kesumat atas kekalahan mereka di perang Salib lalu. Karena untuk membantai kaum muslimin secara langsung dengan tangan mereka tidak mungkin, maka mereka menggunakan boneka-bonekanya yang bodoh dan dungu ini dengan dalil “Ijtihad“, yang benar ijtihadnya mendapatkan pahala dua, dan yang salah mendapatkan pahala satu. Jadi bagi kaum Salafi Wahabi ini, membunuh kaum muslimin akan mendapatkan pahala karena berdasarkan ijtihad ulama mereka katanya.
Lebih ekstremnya lagi, ketika mereka sudah merasa kuat (dengan dukungan pemerintah dan sebagian partai politik), maka propaganda mereka jalankan dengan terang-terangan, bahkan tak jarang sampai pada perebutan atau penguasaan lahan dakwah seperti mesjid, mushalla, majlis ta’lim di kantor-kantor, atau minimal merintis kumpulan pengajian tandingan baik di tempat-tempat tersebut maupun di rumah-rumah.
Akibatnya, tanpa disadari mereka sudah menguasai berbagai sarana kegiatan dakwah di beberapa komplek perumahan, dan telah merebut anggota jama’ah pengajian para ustad di wilayah setempat, yang berbuntut pada terganggunya hubungan silaturrahmi antara anggota jama’ah tersebut.
Tidak sampai di sana saja, bahkan mereka pun membuat gerakan pengajian ibu-ibu yang dinamakan “ Liqa “. Yang menurut sumber yang paling shahih berada dalam garis manajemen Partai Keadilan Sosial (PKS). Mereka mendakwahkan kepada para ibu-ibu untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang berbasis khilafah, bukan UUD dan Pancasila. Kemudian lambat-laun mereka mulai memasuki ranah khilafiyah seperti Yasinan, Tahlilan, Ziarah Kubur, Istighatsah, Shalawatan, Maulid Nabi dan hal-hal yang selama ini mereka anggap pelakunya adalah ahli neraka.
Jadi bagaimana kita bisa mengatakan gerakan ini adalah gerakan pemersatu umat dan bangsa ? Mereka adalah gerakan aktif yang akan melumatkan apa pun yang mereka anggap tidak sejalan dengan batok kepala mereka. Mereka adalah pemecah belah umat berdasarkan kajian historis dan analisis hadits.
Secara resmi negara Saudi  ini memperingati kemerdekaannya pada tanggal 23 September 1932. Pada saat itulah, tahun 1932 Kerajaan Saudi Arabia (al-Mamlakah al’Arabiyah as-Su’udiyah). Abdul Aziz pada saat itu berhasil menyatukan dinastinya, menguasai Riyadh, Nejd, Hasa, Asir, dan Hijaz. Abdul Aziz juga berhasil mempolitisasi pemahaman Wahabi untuk mendukung kekuatan politiknya.
Sejak awal, Dinasti Sa’ud secara terbuka telah mengumumkan dukungannya dan mengadopsi penuh ide Wahabi yang dicetuskan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang kemudian dikenal dengan gerakan Wahabi. Dukungan ini kemudian menjadi kekuatan baru bagi dinasti Sa’ud untuk melakukan perlawanan terhadap Khilafah Utsmaniyah. (Jadi jelaslah, bahwa Kerajaan Saudi Arabia yang dirajai oleh Abdul Aziz dan keturunannya sampai sekarang tidak pernah mengadopsi paham Ahlussunah wal jama’ah yang dibawa oleh para imam mazhab, bahkan mereka mengkafirkan seluruh imam mazhab dan penganutnya).
Hanya saja, keberhasilan Dinasti Sa’ud ini tidak lepas dari bantuan Inggris. Mereka bekerjasama untuk memerangi pemerintahan Khilafah Islamiyah. Sekitar tahun 1792-1810, dengan bantuan Inggris mereka berhasil menguasai beberapa wilayah di Damaskus. Hal ini membuat Khilafah Islamiyah harus mengirim pasukannya untuk memadamkan pemberontakan ini.
Fase pertama, pemberontakan Dinasti Sa’ud berhasil diredam setelah pasukan Khilafah Islamiyah berhasil merebut kota ad-Diriyah. Pada tahun 1902, ketika kekuatan Khalifah Islamiyah melemah, Abdul Aziz menyerang dan merebut kota Riyadh dengan bantuan Inggris.
Pada tahun 1916, Abdul Aziz menerima 1300 senjata dan 20.000 keping emas dari Inggris. Mereka juga berunding untuk menentukan perbatasan negerinya, yang ditentukan oleh Percy Cox, utusan Inggris. Percy Cox mengambil pensil dan kertas kemudian menentukan (baca : memecah belah) perbatasan negeri tersebut.
Tidak hanya itu, Inggris pun membantu Ibnu Sa’ud saat terjadi perlawanan dari Duwaish (salah satu suku dari Nejd). Suku ini menyalahkan Ibnu Sa’ud yang dianggap terlalu menerima inovasi Barat. Sekitar tahun 1927-1928, angkatan Udara Inggris dan pasukan Ibnu Sa’ud mengebom suku tersebut. Mengingat kerja sama mereka yang sangat erat, Inggris memberi gelar kebangsawanaan “Sir“ untuk Abdul Aziz bin Abdurrahman.
Adapun persahabatan Saudi dengan AS diawali dengan ditemukannya ladang minyak di negara itu. Pada 29 Mei 1933, Standart Oil Company dari California memperoleh konsesi selama 60 tahun. Perusahaan ini kemudian berubah nama menjadi Arabian Oil Company pada tahun 1934. Pada mulanya, pemerintah AS tidak begitu peduli dengan Saudi. Namun, setelah melihat potensi besar minyak negara tersebut, AS dengan agresif berusaha merangkul Saudi. Pada tahun 1944, Deplu AS menggambarkan daerah tersebut sebagai “Sumber yang menakjubkan dari kekuatan strategi dan hadiah yang terbesar dalam sejarah duni”.
ARN0012004001511312_Arab_Saudi_bukan_Negara_Islam_Tapi_Penjual_Islam
Untuk kepentingan minyak, secara khusus wakil perusahaan Aramco, James A. Moffet, menjumpai Presiden Roosevelt (April 1941) untuk mendorong pemerintah AS memberikan pinjaman utang kepada Saudi. Utang inilah yang kemudian semakin menjerat negara tersebut menjadi  “budak“ AS. Pada tahun 1946, Bank Ekspor-Impor AS memberikan pinjaman kepada Saudi sebesar $100 juta dolar. Tidak hanya itu, AS juga terlibat langsung dalam “membangun“ Saudi menjadi negara modern, antara lain dengan memberikan pinjaman sebesar $100 juta dolar untuk pembangunan jalan kereta api yang menghubungkan ibukota dengan pantai timur dan barat. Tentu saja, utang ini kemudian semakin menjerat Saudi sampai sekarang.
Konsesi lain dari persahabatan Saudi-AS adalah penggunaan pangkalan udara selama tiga tahun oleh AS pada tahun 1943 yang hebatnya hingga saat ini terus dilanjutkan. Pangkalan Udara Dhahran menjadi pangkalan militer AS yang paling besar dan lengkap di Timur Tengah. Hingga saat ini, pangkalan ini menjadi basis strategi AS, terutama saat menyerang negeri Muslim Irak dalam Perang Teluk II. Penguasa Kerajaan Saudi dengan “ sukarela “ membiarkan wilayahnya dijadikan basis AS untuk membunuhi sesama Muslim. AS pun kemudian sangat senang dengan kondisi ini.
Kerajaan Arab Saudi sebagai trah Zionis Yahudi menjadi pendukung penuh AS baik secara politis maupun ekonomis dalam Perang Teluk II. Saudi juga mendukung serangan AS ke Afganistan dan berada di sisi Amerika untuk memerangi teroris. Untuk membuktikan kesetiaannya itu, Saudi pada tanggal 17 Juni 2002 mengumumkan bahwa aparat keamanan- nya telah menahan enam orang warga negaranya dan seorang warga Sudan yang di dakwa menjadi angota al-Qaeda. Tujuh orang itu didakwa berencana untuk menyerang pangkalan militer Amerika dengan rudal SAM-7.
Masih dalam rangka kampanye AS ini, Saudi menghabiskan jutaan dolar untuk membuat opini umum, antara lain lewat iklan bahwa Saudi adalah mitra AS dalam “perang anti terorisme “ (K.Com, Newsweek, 03/05/2002). (Padahal seluruh dalang penjajahan dan teror di tanah Arab seperti di Iraq, Libya, Mesir dan Suriah  adalah Arab Saudi dan AS).
Penguasa Saudi juga dikenal kejam terhadap kelompok-kelompok Islam yang meng- kritisi kekuasaannya. Banyak ulama berani dan salih yang dipenjarakan hanya karena mengkritik keluarga Kerajaan dan pengurusannya terhadap umat. Tidak hanya itu, tingkah polah keluarga kerajaan dengan gaya hidup kapitalisme sangat menyakitkan hati umat. Mereka hidup bermewah-mewah, sementara pada saat yang sama mereka membiarkan rakyat Irak dan Palestina hidup menderita akibat tindakan AS yang terus menerus dijadikan Saudi sebagai mitra dekat.
Benarkah Saudi merupakan negara Islam? Jawabannya “Tidak sama sekali“ Apa yang dilakukan oleh negara ini justru banyak yang menyimpang dari syariat Islam. Beberapa bukti antara lain :
Pertama, berkaitan dengan sistem pemerintahan, dalam pasal 5.a Konstitusi Saudi ditulis : Pemerintah yang berkuasa di Kerajaan Saudi adalah Kerajaan. Dalam sistem Kerajaan berarti kedaulatan mutlak ada di tangan raja. Rajalah yang berhak membuat hukum. Meskipun Saudi menyatakan bahwa negaranya berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah, dalam praktiknya, dekrit rajalah yang paling berkuasa dalam hukum (bukan al-Quran dan as-Sunnah). Sementara itu, dalam Islam bentuk negara adalah Khilafah Islamiyah, dengan kedaulatan ada di tangan Allah Swt, rasul-Nya dan orang-orang yang berilmu (para ulama).
Kedua, dalam sistem Kerajaan, rajalah yang juga menentukan siapa penggantinya, biasanya adalah anaknya atau dari keluarga dekat, sebagaimana tercantum dalam pasal 5.c : Raja memilih penggantinya dan diberhentikan lewat dekrit kerajaan. Siapa pun mengetahui, siapa yang menjadi raja di Saudi haruslah orang yang sejalan dengan kibijakan AS. Sementara itu, dalam Islam, Khalifah di pilih oleh rakyat secara sukarela dan penuh keridhaan.
Ketiga, dalam bidang ekonomi, dalam praktiknya, Arab Saudi menerapkan sistem ekonomi kapitalis. Ini tampak nyata dari diperbolehkannya riba (bunga) dalam transaksi nasional maupun internasional di negara itu. Hal ini tampak dari beroperasinya banyak bank “ribawi“ di Saudi seperti “ The British-Saudi Bank, American-Saudi Bank, dan Arab-National Bank. Hal ini dibenarkan berdasarkan bagian b pasal 1 undang-undang Saudi yang dikeluar- kan oleh Raja (no.M/5 1386 H).
Keempat, demi alasan keamanan keluarga kerajaan, pihak kerajaan Saudi Arabia telah menghabiskan 72 miliar dolar dalam kontrak kerjasama militer dengan AS. Saat ini lebih dari 5000 personel militer AS tinggal di Saudi. Sungguh sangat berakal dan beradab membiarkan musuh-musuh Islam berkonspirasi di negaranya, sedangkan banyak hal yang dapat dilakukan untuk Palestina, Irak, Suriah, Libya, Afganistan dengan 72 miliar dollar, hal ini dilakukan oleh Kerajaan Saudi karena lebih mencintai Amerika dan musuh-musuh Islam daripada mencintai negara muslim.
Apa yang terjadi di Saudi ini hanyalah salah satu contoh di antara sekian banyak contoh para penguasa Muslim-Yahudi yang melakukan pengkhianatan kepada umat. Tidak jarang para pengkhianat umat ini menamakan rezim mereka dengan sebutan negara Islam, negara yang berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah, meskipun pada praktiknya jauh dari Islam.
Begitu juga para partai pendukungnya akan melakukan iklan agamis yang sama : partai yang bersih walaupun tidak bersih, partai yang jujur walaupun isinya para penipu dan koruptor, partai yang agamis walaupun sebenarnya tidak paham agama, dan banyak lagi slogan-slogan yang mencitrakan kebaikan itu hanya berada pada partai mereka. Kenalilah bahwa sesungguhnya partai-partai seperti ini justru menjadi partai pembohong dan pendu- kung abadi musuh-musuh Islam.
Sesungguhnya kebenaran itu tidak datang dalam seketika, tetapi ketika kebenaran itu datang sikapilah dengan kesadaran, kedinamisan akal sehat anda, dan tanyalah kepada hati nurani terdalam, apakah pantas partai yang mengatasnamakan Islam mendukung musuh-musuh abadi Islam?
Tidaklah akal seseorang itu tercerahkan setelah datangnya cahaya hidayah. Sedangkan penolakan terhadap cahaya hidayah merupakan pengingkaran terhadap pemberi hidayah itu sendiri. Tidak ada pilihan lain bagi kita, kecuali  menghadapi dan menghancur- kan musuh-musuh Islam, baik yang tersurat ataupun yang tersirat dengan segala bentuk potensi yang diberikan Allah Swt kepada kita semua.
Jelas sekali bahwa gerakan Zionisme Internasional mengerahkan segenap daya dan kekuatannya begitu juga pendukungnya untuk menumpas umat Islam, pemilik bumi yang kaya dengan sumber alam. Dengan segala cara, Zionisme berusaha mengeksploitasi kekayaan alam negara Islam. Mereka menyebarkan pemikirannya yang dapat memalingkan umat muslim dari pilar-pilar kekuatannya. Mereka pun menimbulkan perpecahan dalam barisan umat Islam.
Musuh-musuh Islam melakukan berbagai tindakan batil dalam seluruh aspek kehidupan. Telah beredar mata uang Zionis yang dicetak dengan gambar menara Israel dan peta Israel Raya. Peta itu meliputi Lebanon, Yordania, dua pertiga wilayah Suriah, tiga perempat wilayah Irak, dan seperempat wilayah Saudi Arabia, bahkan sampai ke Madinah dan Makkah.  Kalaulah kita sedikit cermat mengamatinya, bukankah daerah-daerah tersebut yang sekarang sedang diperebutkan dan berusaha dikuasai oleh ISIS?
Semua dunia mengetahuinya, bahwa ISIS adalah teroris yang berkedok agamis dengan akidah Wahabi dibelakangnya. PBB pula yang menyerukan kepada kerajaan Saudi Arabia untuk menarik mundur 20.000 tentara bayarannya dari Suriah dan Irak. Jadi jelaslah, bahwa ISIS yang berakidah Wahabi adalah kaki tangan Zionis Israel yang dibiayai oleh kerajaan Saudi Arabia.
Kaum Zionis harus menyadari bahwa mereka sedang mengemis untuk mendapatkan bumi yang telah dijaga kaum muslimin selama 14 abad. Kaum muslimin tidak akan pernah berhenti untuk merebutnya kembali meskipun pihak yahudi melancarkan serangan demi serangan dengan hebatnya.
Zionis menulis kalimat Lailaaha illallah di celana dalam, menulis- kan lafdzul Jalalah di alas kaki, dan mencetak surat awal Maryam di kertas pembungkus barang-barang belanjaan. Hal ini bukanlah kebodohan baru yang dilakukan Yahudi sepanjang sejarahnya. Semua itu karena dorongan dendam terhadap kaum muslimin dan bangsa Arab yang dalam kurun waktu sejarah lalu justru telah melindungi mereka dan memperlakukan mereka dengan baik.
Di Palestina dewasa ini orang-orang Israel menghancurkan bangunan-bangunan bersejarah, berbagai peninggalan kehidupan masa silam, dan warisan kebudayaan yang tidak ternilai. Sebagaimana ISIS pun melakukan penghancuran terhadap kota-kota kuno, bangunan dan artefak bersejarah yang berasal dari ribuan tahun yang lalu atas perintah Yahudi. Mereka pun menghancurkan pusat-pusat informasi dan membakar kepustakaan langka.
Hal yang sama pula dilakukan oleh kerajaan Saudi Arabia pada tahun 1924 untuk membakar perpustakaan terutama perpustakaan Maktabah Arabiyah di Makkah al-Mukarramah di mana mereka membakar kurang lebih 60.000 kitab-kitab langka dan sekitar 40.000 yang masih berupa manuskrip yang sebagiannya merupakan hasil diktean sahabat dari baginda Nabi Saw.
ARN0012004001511316_Pengkhianatan_Saudi_Terhadap_Islam
Di antara buku-buku itu masih ada yang berupa kulit kijang, tulang belulang, pelepah kurma, pahatan dan lempengan-lempengan tanah. Tidak berhenti sampai di situ, mereka pun menyerang  perpustakaan yang berada di Hadramaut Yaman dan mem- bakar seluruh kitab yang berada di perpustakaan itu.
Tindakan ini dilakukan karena merasa tersudut oleh sejarah dan tidak berkutik oleh fakta-fakta yang terdapat di dalam buku-buku sejarah. Bangsa Yahudi terdorong melakukan semuanya itu semata-mata karena kedengkian terhadap Islam, kemurkaan terhadap segenap pemeluknya, dan berkeingnan melukai tubuh dan perasaan mereka. [Al-Bantani/ARN/ http://arrahmahnews.com/2015/06/04/arab-saudi-bukan-negara-islam-tapi-penjual-islam/

[Foto] Prajurit Wanita Iran

  
7 / 8
Tentara Iran7
LiputanIslam.com — Kekuatan militer Iran telah teruji dalam perang Iran-Irak yang berlangsung selama delapan tahun. Iran dikeroyok oleh Irak yang dibantu AS, dan negara-negara Barat lainnya, Uni Sovyet, negara-negara Arab (minus Suriah). Namun ternyata, Iran mampu bertahan.
Apakah saat itu Iran memiliki senjata-senjata canggih? Tidak. Tetapi Iran tidak bisa dikalahkan karena rakyatnya yang setia. Para wanita membiarkan suami dan anak-anaknya maju membela negara. Tak pandang agama, tak pandang etnis, semuanya maju membela negara. Mungkin, jika rakyat Iran berkhianat (misalnya malah membantu musuh), maka Republik Islam Iran hanya tinggal nama. Wanita-wanita Iran memiliki peranan yang sangat penting dalam kemenangan Iran, ataupun perkembangan Iran pasca perang.
Foto-foto ini, adalah wanita-wanita bersenjata Iran, baik tentara, polisi, maupun unit-unit khusus militer Iran. (ba/http://liputanislam.com/multimedia/foto-prajurit-wanita-iran/)

[Foto] Pramugari Iran



9 / 9
pramugari iran10

LiputanIslam.com — Sejak meletusnya revolusi yang menumbangkan Syah Reza Pahlevi, Iran yang sebelumnya kerjaan monarkhi akhirnya menjadi negara republik. Republik Islam Iran, demikian negeri ini disebut. Sejak saat itu, aturan-aturan yang diterapkan pun berlandaskan atas Islam. Salah satu yang paling mencolok adalah cara berpakaian. Untuk wanita-wanita di Iran, atau tamu-tamu yang datang ke Iran, apapun pekerjaan maupun agamanya, jika di ruang publik harus mengenakan pakaian yang menutup aurat. Itulah mengapa, Menteri Luar Negeri Indonesia Ibu Retno, menggunakan kerudung ketika berkunjung ke Iran.
Foto ini, adalah pramugari-pramugari Iran. (ba/ http://liputanislam.com/multimedia/foto-pramugari-iran/)

Wakil Putera Mahkota Saudi Tidak Menginginkan Perang Melawan Iran


 
Riyadh, LiputanIslam.com — Wakil Putera Mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman mengatakan bahwa perang antara Arab Saudi dan Iran adalah awal dari bencana. Ia menegaskan bahwa Riyadh tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
“Perang antara Iran-Arab Saudi bukanlah hal yang kami kehendaki. Dan siapapun yang mendorong ke arah itu adalah orang yang tidak waras,” ucapnya, seperti dilansir dalam wawancaranya bersama The Economist, (06/1/2016).
Mohammad bin Salman juga berharap bahwa Iran bukanlah musuh terbesar Saudi. Meski demikian, ia merasa aneh ketika melihat rakyat Iran melakukan demonstrasi terhadap Arab Saudi.
“Apa hubungan antara Iran dengan warga negara Arab Saudi yang melakukan kejahatan di Arab Saudi, lalu dihukum di Arab Saudi? Ini membuktikan bahwa Iran ingin memperluaskan pengaruhnya ke negara-negara di kawasan,” cerca Bin Salman.
Ia menambahkan, bahwa pemutusan hubungan diplomatik dengan Iran terpaksa dilakukan demi melindungi para diplomatnya. “Bayangkan jika ada diplomat Saudi dan keluaranya yang diserang di Iran, maka posisi Iran akan semakin sulit…”
Ironisnya, Arab Saudi justru melakukan serangan terhadap Kedutaan Besar Iran di Yaman, dan menurut informasi yang beredar, ada staf di Kedubes yang terluka.
Baca: Kedubes Iran di Yaman Diserang Saudi, Teheran Minta Riyadh Bertanggungjawab
Seperti diketahui, rakyat Iran melakukan protes besar-besaran atas Arab Saudi yang telah mengeksekusi Syaikh Nimr. Namun, bukan hanya Iran yang berunjuk rasa. Di Yaman, Bahrain, Irak, Pakistan, India, Inggris, Indonesia, bahkan Yunani, terjadi demonstrasi yang mengecam Arab Saudi.
Demonstrasi, terutama di negara-negara demokrasi bukanlah hal yang tabu. Bukan hanya protes terhadap Arab Saudi, demonstrasi untuk mengecam kekejaman Israel terhadap Palestina, atau protes atas kebijakan Amerika Serikat yang gila perang adalah hal yang lazim terjadi di seluruh penjuru dunia. (ba/ http://liputanislam.com/internasional/wakil-putera-mahkota-saudi-tidak-menginginkan-perang-melawan-iran/)

Campakkan Dollar, Iran-India Pakai Rupee Dalam Transaksi Minyak

 
Teheran, LiputanIslam.com — Iran dan India mengumumkan bahwa kedua negara bersepakat menggunakan rupee dalam transaksi minyak mentah. Ini merupakan langkah strategis yang diambil untuk melawan dollar AS.
The Indian Express melaporkan, “Mencampakkan dollar, Iran dan India sepakat untuk menggunakan rupee dalam segala transaksi perdagangan.”
India membayar 55% dari transaksi minyak dengan Iran, jika dihitung dalam kurs dollar mencapai sekitar $6,5 miliar.
“Ini benar-benar langkah yang berani dari Iran. Padahal negara itu dikelilingi oleh negara-negara yang bercokol pangkalan militer AS. Kita tidak bisa melupakan apa yang terjadi pada Irak, ketika negeri tersebut mengumumkan akan mencampakkan dollar,” tulis Rusia Insider, (07/1/2015).
Apa yang terjadi pada Irak kala itu?
Pada Oktober 2000, Saddam Hussein mengeluarkan pernyataan bahwa Irak mendapatkan ‘rejeki nomplok’ ratusan juta euro. Ia bersikeras tak lagi memakai dollar AS, yang disebutnya sebagai mata uang musuh.
Menurut The Guardian, (16/2/2003), seluruh ekspor minyak Irak di bawah PBB, efektif pada tahun 2001, dibayar dengan menggunakan euro.
Namun langkah ini tidak berumur panjang. AS secara resmi melakukan invansi kepada Irak pada tanggal 19 Maret 2003, dengan klaim untuk melucuti senjata pemusnah massal yang dimiliki Irak, memutus dukungan Saddam terhadap terorisme, dan untuk membebaskan rakyat Irak. Saddam jatuh, Irak hancur lebur, dan senjata pemusnah massal yang digembor-gemborkan ternyata tidak ada.
Seorang netizen berkomentar, “Kita juga tidak boleh lupa dengan peristiwa yang terjadi di Libya setelah Ghadaffi menyerukan agar seluruh negara-negara OPEC melakukan transaksi jual beli minyak dengan menggunakan emas sebagai alat pembayaran. Libya pun diobrak-abrik. Namun saya yakin, agenda seperti ini tidak akan berhasil di Iran.” (ba/ http://liputanislam.com/internasional/campakkan-dollar-iran-india-pakai-rupee-dalam-transaksi-minyak/)

Iran Ekspor Film Humanis, Saudi Ekspor Ideologi Intoleran dan Kekerasan


film iran
salah satu film Iran

Washington, LiputanIslam.com — Professor Niloofar Haeri, dalam komentar singkatnya di The Guardian pada Rabu, (06/1/2016) menyentil perbedaan antara Iran dan Arab Saudi yang bagaikan langit dan bumi.
“Arab Saudi telah mengekspor ideologi intoleran dan kekerasan ke seluruh dunia. Ideologi inilah yang dianut oleh kelompok teroris ISIS dan kelompok teroris lainnya,” tulis dia.
Haeri menambahkan, negara-negara Barat adalah sekutu erat Arab Saudi. Sehingga, mereka memilih menutup mata dan telinga atas peran negara monarkhi ini dalam mendukung kekerasan atas nama Islam.
Seperti diketahui, Arab Saudi adalah pendukung kelompok-kelompok teroris yang beroperasi di kawasan baik dengan dana maupun senjata. Negara ini juga menyerang Yaman pada Maret 2015 sehingga lebih dari 7.500 penduduk Yaman tewas. Alih-alih mengecam, AS yang mengklaim sebagai penegak HAM justru membantu agresi ini.
“Sebaliknya, Iran mengekspor budaya. Di Barat, budaya Iran yang paling dikenal adalah film-film dan syairnya. Memang, Iran harus melewatkan perjalanan panjang agar bisa diterima baik di dalam dan di luar negeri. Tapi mari kita pertahankan perspektif ini,” tulisnya.
Film-film yang diproduksi Iran mendapatkan apresiasi di dalam dan luar negeri, dan memiliki ciri khas yaitu humanis. Tahun 2015, sutradara kawakan Iran Madjid Majidi menggarap film Muhammad: Messenger of God. Melalui film ini, Iran menyampaikan pesan kepada dunia bahwa Nabi Muhammad Saw, adalah sosok yang penuh cinta terhadap sesama.
Baca juga: Review Film “Muhammad: Messenger of God” oleh Zuhairi Misrawi. (ba/ http://liputanislam.com/internasional/iran-ekspor-film-humanis-saudi-ekspor-ideologi-intoleran-dan-kekerasan/)

PERTANYAAN BUAT KALIAN....!!!!!
khilafah
foto: Antara

Syekh Nimr tewas dipancung (dan sebelumnya, ternyata dia disiksa dulu hingga tangan dan kakinya patah, dan jasadnya tidak dikembalikan ke keluarganya). Keponakannya, Ali Mohammed al-Nimr yang berusia 17 tahun juga telah dijatuhi vonis pancung dan lalu setelah tewas, badannya akan disalib. Hukuman macam apa ini?! Kesalahan Ali karena ikut demo memprotes pemerintah. Nasib Ali belum diketahui.
Saya membuka youtube, mendengarkan ceramahnya yang memang frontal mengkritik pemerintah. Tapi dia jauh berbeda dengan Syekh ‘Arifi yang berpidato berapi-api sampai berkeringat, menyerukan angkat senjata (tentu saja bukan untuk menggulingkan Arab Saudi, tapi Assad). Dia justru menyerukan agar “melawan senjata dengan teriakan”. Saya baca lagi berbagai berita, membandingkan mana yang kelihatan netral, mana yang jelas sekali membela Bani Saud. Kesimpulan saya, memang dia tak pernah angkat senjata, membentuk pasukan, apalagi bergabung dengan Al Qaida/ISIS. Dia hanya “berteriak” (berceramah, mengkritik pemerintah).
Berbagai website berlabel Islam beramai-ramai memuat berita yang menjelek-jelekkan Syekh Nimr (sehingga pantas untuk dipenggal). Seorang profesor Indonesia yang jadi rujukan banyak orang soal kondisi domestik Arab Saudi juga berputar-putar menulis, yang ujungnya satu: Syekh Nimr sah saja dipancung.
Saya tanya kepada mereka yang setuju pada hukuman pancung atas Syekh Nimr: apa kalian setuju bila ustadz Abu Jibril, Felix Siaw, atau Jonru dipancung? Pasti jawabannya tidak. Mana tega kita bila Felix, ustadz imut-imut anti-foto-sefie dan penulis buku imut-pink ‘Udah Putusin Aja’ itu dipancung. Ya kan?

Lalu mengapa kalian setuju Syekh Nimr dipancung? Meski mazhab Abu Jibril, Felix, dan Jonru berbeda dari Syekh Nimr, bukankah yang mereka lakukan sama saja: pidato/ceramah mengkritik rezim penguasa? Mereka menyebut pemerintah neoliberal, antek Barat, thogut (bahkan ada yang menghina dan memfitnah presiden, tau siapa dia kan?). Mereka meminta Pancasila dan UUD 45 diganti jadi sistem syariah versi mereka. Mereka bilang nasionalisme itu tidak ada dalam Islam. Bahkan, ada banyak ustadz di Indonesia yang mendukung ISIS. Bukan main-main, ini sudah makar tingkat tinggi: menyeru perang, jihad, berbaiat kepada entitas ‘pemerintahan’ asing. Apa kalian setuju bila para ustadz itu dipancung juga?
Saya juga heran pada situs-situs simpatisan Ikhwanul Muslimin (dan para ustadznya) yang memburuk-burukkan Syekh Nimr untuk membela Arab Saudi. Bukannya tahun 2013 kalian marah-marah pada Arab Saudi yang memberikan bantuan intelijen, dana, dan diplomatik dalam kudeta terhadap idola kalian yang hafiz Quran itu (Presiden Mursi)? Secepat itukah kalian lupa pada Mursi dan para petinggi IM yang dijatuhi hukuman mati? Lupakah kalian bahwa tahun 2014 Arab Saudi malah menjadikan organisasi suci kalian (IM) sebagai organisasi teroris?
Berbagai situs Islam tiba-tiba saja memberitakan pembelaan kepada Arab Saudi dengan narasi “Iran pun menggantung warga Sunni”. Dapat bayarankah kalian? Kok beritanya mirip-mirip dan disiarkan serempak? Bahkan Detik.com, yang beberapa waktu lalu menurunkan serial liputan langsung dari Iran yang sangat simpatik; sebelumnya juga pernah menulis liputan khusus tentang Iran, saya salah satu narsumnya, tiba-tiba menulis soal ‘penindasan Syiah terhadap Sunni Iran’.
Pertama-tama, faktanya tidak valid, saya bisa panjang lebar menulis soal ini. Tapi sudahlah, anggap saja Iran itu paling kafir sedunia dan tukang bunuh Sunni paling banyak sedunia, apa bisa dijadikan pembenaran bagi Arab Saudi? Bisakah seorang maling bernama Fulan membela diri “saya jangan disalahkan karena maling, toh si Anu juga maling!” Kesalahan si Anu tidak bisa dijadikan pembenaran bagi kesalahan si Fulan. Salah ya salah. Ga usah ngeles.
Berita terbaru: di India, kaum Hindu pun ikut dalam demo besar-besaran memprotes pemenggalan Syekh Nimr. Swiss –yang liberal dan sekuler—men-summon Dubes Arab Saudi. Sekjen PBB pun protes. Bahkan Wakil PM Turki juga sudah menyatakan penentangannya pada pemancungan itu.
Jadi Pak Profesor, masbro, mbaksis, cobalah jujur menjawab pertanyaan sederhana ini: apakah ceramah dan demo mengkritik pemerintah boleh dijatuhi hukuman pancung?
Mainsource : https://dinasulaeman.wordpress.com/2016/01/05/pertanyaan-buat-kalian/#more-2769
 
brain
Copas dari status Facebook saya:
LOGIKA YANG TERTUKAR
Kemarin ada yang share status saya “Pertanyaan Buat Kalian” dengan gaya khas kaum you know who. Saya bahas di sini semata-mata pingin share cara menganalisis pernyataan orang demi mencerdaskan bangsa. Anggap saja ini lanjutan pelajaran LOGIKA WARUNG yang dulu itu ya  :D
Ini saya copas argumen dia:
=============
Waspada dengan orang pintar yang menyesatkan. Seperti artikel terlampir ini. Saya kutip salah satunya : “apakah ceramah dan demo mengkritik pemerintah boleh dijatuhi hukuman pancung?”
Ya tentu saja boleh, kalau memang ada aturan hukum demikian di negeri tsb :) Dina Sulaeman ini seperti orang naif saja.
Bolehkah kita protes aturan hukum Saudi tsb ? Tentu saja juga boleh.
Bolehkan kita membakar kedutaan besar Saudi ? TIDAK BOLEH. Ini kesalahan fatal di Iran.
Di ‪#‎semua‬ Peradaban, di semua zaman; sejak dulu sampai sekarang, semuanya sama :
———
wakil negara (duta besar / ambassador) itu dijamin keselamatannya.
———
Mencederai duta besar itu artinya hanya satu : tantangan perang !
Ini bahasa yang universal, dipahami di mana saja.
Gerombolan pro Syiah ini memang bodoh + membodohkan.
Waspada.
=================

Analisis :
1. Dia menggunakan argumentum ad hominem (mencela si penulis, mengalihkan perhatian dari substansi tulisan). Dia menyebut: “orang pintar yang menyesatkan” dan “gerombolan pro Syiah yang bodoh”.
Saat berdebat, kita harus bergeser dari ‘siapa’ ke ‘apa’. Substansi argumen yang dibahas, bukan si pemberi argumen. Ketika seseorang tak mampu membalas argumen dengan argumen, maka jalan termudah adalah: hinalah si pemberi argumen. Dan ini tidak logis. Kalau ada yang berlaku demikian terhadap Anda, tidak usah marah, karena memang kemarahan Anda yang jadi tujuannya. Ketika Anda marah, logika Anda bisa macet dan akan sama bodohnya dengan dia.
2. Dia menggunakan “logika tabrir” (berlepas diri dari kesalahan dengan menyebut kesalahan orang lain). Ini juga logical fallacy (kesalahan logika). Contohnya: si A maling, si B maling. Yang tertangkap cuma si A. Lalu si A bilang ke polisi, “Pak polisi, saya tidak salah! Kan si B juga maling?!”
Jadi, katakanlah Iran memang jahat dan benar-benar membakar kedubes Saudi, tidak ada kaitannya dengan kejahatan Saudi memancung demonstran. Silahkan dibahas masing-masing secara terpisah. Bisa saja Saudi salah, Iran juga salah, tapi untuk dua kasus berbeda.
Di luar di luar kuliah logika/mantiq, ada analisis lain:
1. Dia melewatkan fakta bahwa segera setelah kejadian rusuh di Kedubes Saudi di Iran, 40 orang ditangkap polisi. Dan media-media berbahasa Parsi memberitakan bahwa aksi rusuh bahkan sudah dimulai sebelum mahasiswa demo dan ada berbagai indikasi lain yang mencurigakan, yang menunjukkan bahwa si pembakar adalah oknum (bukan demonstran/mahasiswa).
2. Kaum you know who ini suka sekali pakai standar ganda. Kalau Arab Saudi memancung demonstran/pengkritik pemerintah, mereka katakan: BOLEH dengan alasan ‘kan emang hukum di sana kayak gitu..hormati dong hukum di negara lain’. Tapi kalau Iran menggantung pembunuh dan bandar narkoba, langsung marah-marah dan memlintir “itu orang Sunni yang digantung”. Padahal, kalaupun benar itu Sunni, dan kalaupun memang UU di Iran jahat ke Sunni, dengan standar yang sama, tentu harusnya juga dikatakan “BOLEH, kan emang hukum di sana kayak gitu..hormati dong hukum negara lain.”
Orang cerdas akan menganalisis satu persatu, kalau Iran melanggar HAM, salah; kalau Arab Saudi melanggar HAM, ya salah juga. Tentu data yang dipakai harus valid ya, bukan hoax.
Inilah wujud logika yang tertukar, gara-gara otak ditaruh di dengkul.
‪#‎IndonesiaDaruratDengkul‬
Mainsource : https://dinasulaeman.wordpress.com/2016/01/07/logika-yang-tertukar/#more-2774

Membongkar Bobrok Saudi (1): Ketika Riyal Mengontrol Media


LPPI Makassar
Klik untuk memperbesar
Oleh: Putu Heri
Ketika media-media di seluruh dunia mengekspos eksekusi mati rezim Arab Saudi terhadap Syaikh Nimr Baqir al-Nimr pada tanggal 2 Januari 2015, ternyata di hari yang sama muncul ‘berita tandingan’ yang tak kalah masifnya. Di media sosial, masif beredar berita hoax bahwa Ahlussunah dibantai di Iran. Media-media mapan juga merilis berita bahwa Iran-pun melakukan eksekusi mati terhadap Muslim Sunni. Bahkan Detik.com, turut menggoreng isu sekterian dengan memuat berita bohong perihal kehidupan Muslim Sunni di negeri Iran.
Pakar Timur Tengah Dina Y. Sulaeman pun mengungkapkan keheranannya. Kader-kader dan situs-situs PKS (yang berhaluan Ikhwanum Muslimin), mati-matian membela Arab Saudi. Bukankah IM telah ditetapkan sebagai organisasi teroris pada tahun 2014? [1]
Untuk memahami fenomena ini, sepertinya kita harus kembali melihat ke belakang. Bulan Mei 2015, kelompok hacker Yaman berhasil meretas jaringan milik Kementrian Luar Negeri, Kementrian Pertahanan dan Kementrian Dalam Negeri Arab Saudi. Dari pembobolan ini, ratusan ribu dokumen rahasia dan informasi penting Arab Saudi pun didapat, dan beberapa diantaranya telah dikuak di media. [2]
Misalnya, ketika MTV Lebanon meminta Arab Saudi membayar $20 juta untuk melakukan propaganda pro-kerajaan. Disebutkan, bahwa MTV harus menyajikan berita untuk melayani kepentingan Arab Saudi. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan Kerajaan harus didukung. MTV juga harus mengimbangi pemberitaan media-media yang ‘memusuhi’ Arab Saudi. Dengan kata lain, jika ada media yang mengungkap kebusukan rezim Saudi, maka MTV harus melakukan propaganda untuk membela Saudi, ataupun mengalihkan perhatian publik, sehingga kepentingan Saudi tetap terlindungi.
Untuk melaksanakan propaganda sejenis itu, MTV meminta bayaran sebesar $20 juta. Namun permintaan itu ditolak, karena dinilai terlalu besar. Menurut rezim Saudi, $5 juta saja sudah cukup. [3]
Artinya: Arab Saudi membayar media-media untuk melakukan propaganda.
Namun, apakah negara agresor ini hanya membayar media-media mapan? Tentu tidak. Arab Saudi memahami bahwa saat ini, penyebaran informasi sudah sedemikian pesat, tak terkecuali informasi yang berasal dari media sosial ataupun blog. Untuk itu, Arab Saudi juga membayar para pengguna media sosial.
Buktinya, silahkan lihat foto di pojok kiri atas.
Percakapan di atas terjadi beberapa tahun yang lalu, ketika seorang Facebooker (atas nama Ilham Kadir) mengaku telah menerima dana 2 juta tiap bulannya dari Kedubes Arab Saudi untuk mengelola website LPPIMakassar.com. Tulisan-tulisan di situs tersebut, lantas dibagikan di grup-grup Facebook. Ia juga aktif berdebat untuk menyerang Syiah, atau membuktikan bahwa Syiah adalah aliran sesat yang harus diwaspadai. [4]
Tentu saja, Facebooker seperti Ilham Kadir tidaklah sendirian. Pembela dan pemuja fanatik Arab Saudi bisa kita temukan berkeliaran dimana-mana. Arab Saudi ketika salah pun tetap dibela, meskipun harus dengan menggunakan informasi palsu, foto-foto palsu ataupun video palsu.
Kemana riyal bertiup, ke situlah berita berhembus. Arab Saudi menggelontorkan banyak dana untuk mengontrol media, sehingga media pun bertekuk lutut dan bersedia menulis berita sesuai dengan pesanan. Sehingga, jika kita melihat propaganda yang masif, apalagi yang berbau sekterian, itu artinya riyal Saudi tengah bekerja.
Di saat yang sama, Arab Saudi juga membungkam media-media yang melakukan perlawanan. Website Al-Manar dan saluran televisi Al-Mayadeen misalnya, telah diblokir sehingga tidak bisa diakses di seluruh wilayah Kerajaan. (LiputanIslam.com)
Referensi:
[1] http://liputanislam.com/opini/setujukah-jika-pengritik-pemerintah-dijatuhi-hukuman-pancung/
[2] http://en.farsnews.com/newstext.aspx?nn=13940231000544
[3] http://en.farsnews.com/newstext.aspx?nn=13940330001328
[4] http://liputanislam.com/tabayun/hobby-baru-takfiri-obral-predikat-syiah/

mainsource : http://liputanislam.com/opini/membongkar-bobrok-saudi-1-ketika-riyal-mengontrol-media/

Membongkar Bobrok Saudi (2): Agenda Dibalik Kampanye Masif Anti-Syiah


Iran, negara yang bebas pangkalan militer AS
Iran, negara yang bebas pangkalan militer AS
Oleh: Putu Heri
Setelah Arab Saudi menggengam media dan ‘pasukan’ di media sosial, maka serangkaian kampanye pun masif dilakukan. Saat ini, yang paling trend adalah kampanye anti-Syiah dan Iran.
Dalam berbagai konflik yang terjadi, Syiah-lah yang selalu menjadi kambing hitam.
Di Suriah, mereka bilang, “Berjihadlah melawan Bashar al-Assad, Syiah Nushairiyah yang telah membantai Muslim Ahlussunah…”
Di Irak, mereka bilang, “Pemimpin Syiah Irak telah bekerjasama dengan AS untuk membantai Ahlussunah. Lihatlah penyair Ahmad Nu’aimi telah digantung karena syairnya..”
Di Iran, mereka bilang, “Lihatlah, Ahlussunah telah digantung di Iran. Masjid Ahlussunah ditutup, mereka hidup dalam penindasan…”
Di Nigeria, mereka bilang, “Gerombolan Syiah yang dipimpin Zakzaky telah menyerang militer Nigeria, wajar kalau mereka dibantai…”
Di Saudi, mereka bilang, “Syeikh Nimr merancang makar, terjadi baku tembak, wajar kalau Syiah seperti ini dipancung…”
Di Yaman, mereka bilang, “Arab Saudi menyerang Yaman untuk menyelamatkan Ahlussunah dari Syiah Houthi…”
Di Indonesia, mereka bilang, “Syiah akan membuat makar terhadap NKRI. 10.000 pasukan dan 200.000 pedang tajam telah disiapkan….”
Ketika terjadi tragedi Mina, mereka bilang, “Syiah dalangnya. Mereka sengaja melakukan konspirasi untuk membunuhi kaum Muslimin…”
Dan, pola-pola propaganda di atas terus berlanjut. Apapun konflik dan kasusnya, harus Syiah dan Iran yang disalahkan. Hal ini menunjukkan bahwa Arab Saudi paranoid terhadap Syiah.
Namun, apa penyebabnya?
Bulan Sabit Syiah
Bulan Sabit Syiah
Al-Manar memberikan jawaban yang menarik. Shia crescent atau bulan sabit Syiah adalah istilah yang lazim digunakan untuk menggambarkan pengaruh Syiah di kawasan Timur Tengah yang membentang dari Yaman hingga Sinai.
Suka tak suka harus diakui, walau dikenai embargo puluhan tahun, Iran (yang mayoritas penduduknya menganut mazhab Syiah), malah menjadi negara yang maju dan sangat pesat perkembangannya di kawasan. Iran berpeluang memperbesar pengaruh, sehingga suatu ketika, bulan sabit Syiah akan berubah menjadi bulan purnama. Kekhawatiran tersebut setidaknya telah diungkapkan oleh Pangeran Muqrin (mantan Putera Mahkota Arab Saudi) kepada para diplomat Amerika Serikat, sebagaimana ditulis Angus McDowall dalam satu artikel di Reuters.
Apa yang ditakutkan dari Iran, dan Syiah?
Selama ini, Iran aktif menyerukan persatuan Islam. Salah satunya, dengan menggelar Konferensi Islam Internasional tiap tahun. Ulama, cendekiawan, budayawan dan tokoh-tokoh berpengaruh di dunia Islam, berkumpul di Teheran, untuk mencari solusi atas permasalahan ummat.
Selain itu, Iran juga selalu mengutuk dan menyerukan perlawanan terhadap tirani. Revolusi Islam Iran sendiri lahir berkat ‘racikan’ ulama, yang berhasil menggerakkan jutaan rakyat untuk melawan penguasa. Syah Reza Pahlevi jatuh, dan kediktaktorannya pun berakhir. Apa jadinya, jika perlawanan terhadap tirani yang dilakukan oleh rakyat Iran, lantas menular ke negara-negara Arab monarkhi?
Di Arab Saudi, melakukan protes terhadap penguasa berarti maut menanti. Remaja usia 15 tahun yang ikut demo juga diancam hukum pancung. Blogger yang mengritik penguasa juga dipenjara. Kondisi serupa juga terjadi di negara-negara Arab lainnya. Berani bersuara berarti siap mati.
Tentu saja, tirani-tirani seperti Arab Saudi sangat khawatir pada suara-suara keadilan. Mereka khawatir, jika seluruh rakyat Arab Saudi turun ke jalan sebagaimana yang terjadi di Iran. Mereka tentu tidak mau bernasib seperti Syah Reza Pahlevi, yang harus melarikan diri ke luar negeri, sementara kekayaan dan istana megahnya dikuasai rakyat.
Untuk itulah, Iran dan Syiah harus disudutkan, harus dimusuhi, harus dikucilkan. Buatlah propaganda masif untuk menunjukkan bahwa Iran dan Syiah adalah makhluk menjijikkan, makhluk yang halal difitnah, atau makhluk yang darahnya halal ditumpahkan.
Iran menyerukan persatuan Islam, namun Arab Saudi menabuh genderang perang agar Sunni-Syiah berperang. Ummat disibukkan dengan masalah yang tak kunjung berakhir.
Dan hanya dengan begitu, maka rezim Arab Saudi bisa melanggengkan kekuasaannya dan mengangkangi Ka’bah milik ummat Islam. Sangat disayangkan, tidak ada suara yang cukup menggelegar untuk menggugat, ketika Ka’bah menjadi produk komersil.
Mainsource : http://liputanislam.com/opini/membongkar-bobrok-saudi-2-agenda-dibalik-kampanye-masif-anti-syiah/

Membongkar Bobrok Saudi (3): Mesra Dengan Zionis Israel


Arab Munafik 
Oleh: Putu Heri
Pertikaian di antara ummat Islam, akhirnya akan memberikan kesempatan bagi musuh untuk memuluskan agendanya. Di Timur Tengah, siapa lagi yang diuntungkan dengan perang tak berkesudahan di negara-negara Arab kalau bukan entitas Zionis Israel?
Dengan alasan Kedubes Arab Saudi dibakar oleh demonstran di Iran, beberapa negara-negara Arab seketika memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. Sayangnya, hal yang sama tidak berlaku atas Israel. Nyaris tiap hari rezim Zionis ini membakar, merudal, menembaki warga Palestina, namun negara-negara ini tetap bermesraan dengan Israel. Tak heran jika ulama terkemuka Ahlussunah, Syaikh Imran Hossein berkata, bahwa Arab Saudi dan Israel adalah saudara. [1]
Jika ucapan Syaikh Imran diartikan secara harfiah– bahwa Israel-Saudi adalah saudara—nampaknya hal ini tidaklah terlalu mengejutkan. Raja Faisal misalnya, terang-terangan mengaku bahwa ia dan Yahudi adalah saudara sepupu. Hal itu ia ungkapkan dalam sebuah wawancara dengan Washington Post, (17/9/1969). [2]
Ada pertanyaan menggelitik dari Jamal Syahman, seorang peneliti Yaman.
“Di mana sekarang anak cucu Bani Nadhir, Bani Qinqa’, Bani Quraidzah dan kabilah-kabilah Yahudi lain yang dulu tinggal di Mekkah, Madinah, dan Hijaz? Kita mengetahui bahwa sejak periode sejarah itu sampai detik ini mereka belum punah. Saya berkeyakinan bahwa peristiwa pembunuhan dan peledakan yang terjadi di negara Arab dan Islam ini (Yaman – red.) tidak mungkin dilakukan oleh orang Islam, apalagi dengan sedemikian ganas!” [3]
Iraqi Mukhabarat atau Badan Intelejen Irak pernah menulis laporan tentang Keluarga Kerajaan Arab Saudi, merujuk pada buku karya Abdul Wahhab Ibrahim al-Shammari yang berjudul The Wahhabi Movement: The Truth and Roots. Disebutkan bahwa Abdul Aziz, raja pertama di Arab Saudi, merupakan keturunan dari Mordechai bin Ibrahim bin Moishe, seorang pedagang Yahudi yang berasal dari Basra. Di Nejd, Moishe berbaur dengan suku Aniza dan mengganti namanya menjadi Markhan bin Ibrahim bin Musa. Ia lantas menikahkan anak lelakinya dengan wanita dari suku Anzah di Nejd. Dari perkawinan inilah yang kelak akan melahirkan keluarga Saudi.
Intelejen Irak juga mengungkapkan dokumen yang menyebutkan bahwa Mohammad Sakher, menjadi target pembunuhan ketika ia tengah meneliti darah Yahudi yang mengalir di dalam keluarga kerajaan Saudi. Sementara itu, buku The History of the Saud Family karya Said Nasir mengungkap bahwa pada tahun 1943, Duta Besar Arab Saudi untuk Mesir yaitu Abdullah bin Ibrahim al Muffadal, membayar Muhammad al Tammai untuk menciptakan ‘pohon keluarga kerajaan’ yang menunjukkan bahwa keluarga Saudi dan Wahabi adalah keturunan langsung dari Nabi Muhammad Saw. [4]
***
Secara tersirat, makna Arab Saudi-Israel bersaudara adalah: kedua negara ini memiliki kepentingan yang sama, memiliki musuh yang sama, dan karenanya, mereka pun bekerjasama saling menjaga satu sama lain.
Israel berulang kali menegaskan bahwa Iran adalah musuh nomor satu mereka. Sementara Arab Saudi pun selalu berseberangan dengan Iran pasca tumbangnya Syah Reza Pahlevi. Awal tahun ini, akhirnya menjadi momentum bagi Arab Saudi untuk memutuskan hubungannya dengan Iran.
Suriah adalah batu sandungan bagi Israel. Tidak ada hubungan diplomatik antara Suriah-Israel. Kelompok perlawanan Hamas, Jihad Islam, dan Hizbullah, mendapatkan dukungan penuh dari Suriah. Meletuslah pemberontakan di Suriah pada tahun 2011. Israel berkali-kali menyerang Suriah dengan menggunakan jet tempur. Israel juga merawat para pemberontak Suriah yang terluka. Sementara Arab Saudi, menyediakan dana dan senjata untuk para pemberontak. Klop bukan?
Arab Saudi menyerang Yaman dengan klaim memerangi Syiah Houthi. Israel datang membantu. Israel menyuplai senjata, yang dikirimkan langsung ke pangkalan udara Khalid bin Abdul Aziz. [5]
Israel bukanlah musuh Arab Saudi. [6] Bahkan negara ini juga memberi instruksi kepada media untuk melakukan propaganda, bahwa Israel bukanlah musuh yang harus diwaspadai. Iran-lah yang harus dijadikan musuh. Tidak bertepuk sebelah tangan, Perdana Menteri Netanyahu pun kini tengah mengupayakan untuk membentuk koalisi anti-Iran. [7]
Israel telah menjajah Palestina puluhan tahun lamanya. Mereka membunuhi warga setempat seolah-olah tengah menepuk nyamuk. Adakah Arab Saudi mengutuk agresi Israel? Tidak. Pasca diingkarinya Deklarasi Khartoum [8], adakah satu peluru Arab Saudi yang jatuh ke tanah Israel?
Namanya juga saudara. :D
Baca juga: [Bobrok Saudi Bagian Satu] [Bobrok Saudi Bagian Dua] (LiputanIslam.com)
Referensi:
[1] https://www.youtube.com/watch?v=uDopHj0c7nk
[2] http://defence.pk/threads/the-origin-and-historical-background-of-saudi-royal-family.375044/
[3] http://liputanislam.com/analisis/di-mana-sekarang-anak-cucu-kaum-yahudi-mekkah-dan-madinah/
[4] http://www.strategic-culture.org/pview/2011/10/26/the-doenmeh-the-middle-easts-most-whispered-secret-part-ii.html
[5] http://indonesian.irib.ir/international/timur-tengah/item/101160-israel-suplai-senjata-ke-saudi-untuk-bantu-perangi-yaman
[6] http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/12/10/10/mbnqxp-saudi-hapus-israel-dari-daftar-musuh
[7] http://liputanislam.com/internasional/kepala-mossad-iran-adalah-musuh-nomor-satu-israel/
[8] http://liputanislam.com/berita/sheikh-ahmad-adwan-mendukung-israel-dan-mengutuk-palestina/

mainsource : http://liputanislam.com/opini/membongkar-bobrok-saudi-3-mesra-dengan-zionis-israel/

Saudi, Rezim Tua yang Seharusnya Dituntut Mereformasi Diri

 
 Disini pula AS menunjukkan belangnya dan standar ganda yang diterapkannya. Menginvasi Irak, Afghanistan, Libya dan turut mendukung oposisi di Suriah, serta mengembargo Iran dengan dalih untuk menegakkan demokrasi dan anti pada diktatorisme sementara rezim Saudi sebagai negara yang paling tidak demokratis dan paling diktator di dunia, justru dibiarkan.
Di Arab Saudi 30 persen penduduknya bermazhab Syiah, dan terpusat dibagian timur Arab Saudi, bahkan di Madinah sendiri, warga Syiah terhitung tidak sedikit. Meski memang ada diskriminasi dalam hal kebebasan berdakwah dan menjalankan keyakinan khususnya jika dibandingkan dengan keistimewaan yang didapat oleh pengikut Sunni-Salafi yang menjadi mazhab mayoritas, secara umum Syiah tetap hidup layak dan terhormat di Saudi.
Kerajaan Saudi itu tidak pernah ada urusan dengan keyakinan dan amalan fiqih rakyatnya yang Syiah, betapapun banyaknya pertentangannya dengan mazhab yang diakui resmi kerajaan.
Rezim Saudi itu tidak pernah takut dan khawatir pada penduduknya yang Syiah, yang Salafi, yang liberal, yang sekuler bahkan yang atheis sekalipun (mengingat menganut atheisme menjadi trend dikalangan muda Arab), Saudi hanya takut pada rakyatnya yang menuntut hak-haknya.
Bayangkan, dizaman ultra-modern saat ini, masih ada kerajaan monarki yang memiliki kekuasaan absolut atas kebijakan-kebijakannya. Raja berhak mengangkat dan memecat siapapun untuk berada atau terdepak dari jajaran kekuasaannya, hatta masih sedarah dengan raja sekalipun, apalagi sekedar ulama mufti. Raja berhak menyerukan secara mutlak, mau berperang atau berdamai dengan siapapun yang dia mau (termasuk membangun aliansi dan normalisasi hubungan dengan Israel) tidak ada majelis pertimbangan, tidak ada majelis rakyat yang memintai pertanggungjawaban raja. Semuanya keputusan berakhir di tangan dingin sang raja, tidak boleh ada kritik, tidak boleh ada yang protes. Kecuali siap mendekam dipenjara atau dipenggal sekalian. Fatwa-fatwa ulama mufti harus disesuaikan dengan kehendak raja. Kalau itu bertentangan dengan syariat, harus bisa selihai mungkin menemukan pembenarannya.
Berita mengenai bebasnya keluarga kerajaan melakukan pelanggaran hukum, pangeran-pangeran yang menyelenggarakan pesta-pesta yang tidak senonoh, yang dari situ proyek pembusukan citra Islam untuk masyarakat Eropa mereka lancarkan secara massif. Penghamburan uang untuk hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan umat Islam, menjadi santapan setiap hari media-media internasional. Sementara Saudi bisa kaya dan bergelimang kemewahan karena menggunakan aset umat Islam secara sepihak dan dikangkangi sendiri (kecuali untuk mendanai penyebaran paham Islam yang pro kerajaan Saudi). Yang menanamkan investasi di Saudi, justru lebih banyak dari negara-negara non muslim dibanding dari negara muslim.
Dari 47 terpidana yang dipenggal hanya sehari pasca awal tahun baru 2016, hanya ada 4 warga Syiah, selainnya berpaham Salafi. Tidak terhitung ulama-ulama dan muballigh-muballigh Salafi yang pernah dan masih merasakan penjara rezim sampai sekarang. Termasuk Syaikh Salman al ‘Audah, Syaikh ‘Aidh al Qarni, Syaikh Muhammad al ‘Arifi dan Syaikh Abdul Muhsin al ‘Awaji pernah merasakan bagaimana mendekam dalam penjara hanya karena menggugat dan memprotes kebijakan-kebijakan raja yang mereka nilai bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Tahu apa alasan Syaikh al ‘Arifi dipenjara? ia bermaksud mengumpulkan tanda tangan dari berbagai pihak di Saudi agar raja mengubah keputusannya mengenai krisis Mesir dengan memberi dukungan pada el Sisi. Meski kemudian segera bisa bebas, dengan perjanjian, tidak boleh mengulangi kelancangannya.
Jadi, kalau ada yang mengaitkan bahwa rezim Saudi memenggal kepala Syaikh Nimr yang ulama Syiah karena alasan dia Syiah dan Syiah merupakan paham yang menjadi ancaman bagi kerajaan, itu adalah pendapat yang sangat dangkal, sebab tidak ada kaitannya dengan Sunni, Salafi atau Syiahnya seseorang mengapa dikenai hukuman mati, tapi sejauh mana orang itu menuntut hak-hak rakyat dihadapan kekuasaan absolut raja. Mengapa Syiah dihambat perkembangannya di Saudi? bukan karena sesat, tapi karena adanya doktrin Syiah, bahwa kekuasaan tidak boleh berada ditangan orang yang tidak layak dan tidak adil. Kelayakan dan keadilan itu yang tidak dimiliki raja Saudi. Doktrin itulah yang mengkhawatirkan sang raja. Saudi tidak ada urusan bagaimana pandangan Syiah mengenai sahabat-sahabat dan istri-istri Nabi, tokh Nabi Muhammad Saw dihina di Eropa dan Amerika, dibuatkan karikatur, komik yang menistakan, film yang melecehkan, Saudi adem-adem saja. Juga tidak ada urusan, rakyatnya mau nikah mut’ah atau nikah misyar.
Mengapa Amerika Serikat, yang sering mengklaim diri sebagai polisi dunia, dan mengesankan diri paling geram jika ada rezim yang menginjak-injak nilai-nilai demokrasi dan kebebasan rakyatnya, malah membiarkan Saudi mempertontonkan pemasungan atas kebebasan dan hak secara telanjang?. Bahkan AS mengantongi angka-angka kejahatan kemanusiaan dan tingginya tingkat pelanggaran HAM di Arab Saudi, tapi mendiamkan saja. Ya, karena Saudi menjadi sekutu yang paling menguntungkan bagi Amerika Serikat di Timur Tengah. Terhitung sudah dua kali Arab Saudi berhasil menyelematkan perekonomian AS dari ancaman kebangkrutan dengan memborong senjata-senjata canggih dan pesawat-pesawat tempur buatan AS dengan harga trilyunan dollar. Yang dipakai bukan untuk membebaskan Palestina, tapi untuk memborbardir Yaman, negara tetangga yang paling miskin di Timur Tengah.
Disini pula AS menunjukkan belangnya dan standar ganda yang diterapkannya. Menginvasi Irak, Afghanistan, Libya dan turut mendukung oposisi di Suriah, serta mengembargo Iran dengan dalih untuk menegakkan demokrasi dan anti pada diktatorisme sementara rezim Saudi sebagai negara yang paling tidak demokratis dan paling diktator di dunia, justru dibiarkan.
Sekarang pertanyaannya. Sampai kapan Saudi dibela? sementara Saudi tidak ada kaitannya dengan Islam (Saudi tidak menamakan negaranya sebagai negara Islam, apalagi negara tauhid), tidak pula Sunni, Salafi apalagi Syiah, kecuali hanya menjadi simbol di bendera. Saudi hanyalah rezim tua, yang semakin tua malah makin menjadi-jadi. Apa kita mau membenarkan, memenggal ulama dan aktivis dakwah (baik itu Syiah, Sunni maupun Salafi) hanya karena menuntut reformasi dan perubahan di Saudi, berkawan akrab dengan Amerika Serikat yang justru telah banyak berlumuran darah kaum muslimin serta terus menyulut perselisihan dan perpecahan antar umat Islam, dan menyebutnya bagian dari syariat Islam yang harus didukung dan dibenarkan?. Tentu jawabannya negatif bukan?.
Rezim Saudi harus mendapat tuntutan dari umat Islam sedunia, untuk membenahi diri, untuk tidak melanggengkan kekuasaan yang hanya diperuntukkan untuk keluarga sendiri yang dengan itu mengabaikan kepentingan umat Islam secara umum. Sebab dengan keberadaan Haramain (dua kota suci umat Islam) di dalamnya, Saudi mau tidak mau menjadi simbol Islam di dunia internasional. Ini bukan soal isu sektarian, atau isu perbedaan mazhab ini isu bersama umat Islam.
Ini bukan soal mengurusi negara orang lain, melainkan wacana untuk mempercepat kinerja umat Islam untuk mencapai targetnya yang paling ambisius, menjadi rahmat bagi sekalian alam.
Sebab, Islam itu diturunkan di Mekah, ditinggikan di Madinah, maka dari dua kota itu pula semestinya umat Islam memulai kebangkitannya kembali.
Ismail Amin, sementara menetap di Qom-Iran

Cerdas Sikapi Ketegangan Saudi-Iran

Cerdas Sikapi Ketegangan Saudi-Iran

Konflik yang terjadi di Timur Tengah saat ini terutama terkait perseteruan antara Arab Saudi dengan Iran menyita perhatian dunia termasuk Indonesia. Bahkan meningkatnya ketegangan antar kedua negara ini telah dipandang seolah-olah sebagai konflik antar dua mazhab besar Islam, Sunni-Syiah.
Kondisi seperti ini tentu sangat mengkhawatirkan jika ditarik ke Indonesia, sehingga mengakibatkan rusaknya kerukunan antar umat beragama di negeri kita.
Namun hal tersebut dibantah oleh peneliti bidang HAM Setara Institute, Achmad Fanani Rosyidi yang ditemui tim ABI Press di Jakarta.
Menurut peneliti yang biasa disapa Awe ini, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari persoalan yang terjadi di Timur Tengah. Sebab konflik yang terjadi sejak 5 tahun lalu di Suriah saja, hingga saat ini tidak berpengaruh besar pada kondisi keberagamaan di Indonesia.
“Saat ini masyarakat sudah mulai dewasa,” tegasnya.
Kondisi keberagamaan di Tanah Air yang tetap kondusif meski ada sebagian pihak yang coba menarik-narik konflik di Timur Tengah ke Indonesia, hingga saat ini masih mampu diatasi oleh organisasi-organisasi keagamaan yang ada di Indonesia. Apalagi Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah sebagai dua ormas besar Islam di Indonesia ditengarai tidak akan tinggal diam.
“Selama NU dan Muhammadiyah bisa menjaga ketenangan umat dalam masyarakat, tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” tambah Awe.
Untuk menjawab kekhawatiran terjadinya impor konflik di Timur Tengah ke Indonesia, menurut Awe langkah terbaik adalah dengan berkumpulnya ormas-ormas Islam yang ada di Indonesia, baik dari MUI, NU, Muhammadiyah, ormas-ormas dari Syiah dan juga Wahabi, untuk membahas masalah ini.
“Saya kira itu yang terbaik dilakukan,” ungkapnya.
Terkait framing media atas perseteruan di Timur Tengah menjadi konflik Sunni-Syiah, maka menurut Awe, masyarakat harus cerdas memilah-milah media itu sendiri dan perusahaan media harus independen dalam pemberitaan. Sehingga masyarakat bisa tahu berita mana yang menyampaikan fakta sesungguhnya dan bukan provokatif.
“Kata kunci untuk menghadapi berbagai isu terkait konflik di Timur Tengah adalah berpikir cerdas,” tandasnya. (Lutfi/Yudhi/ http://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/cerdas-sikapi-ketegangan-saudi-iran/)

Masyarakat Indonesia Tak Perlu Terprovokasi Panas Hubungan Saudi-Iran

Masyarakat Indonesia Tak Perlu Terprovokasi Panas Hubungan Saudi-Iran

Memanasnya hubungan diplomatik antara Saudi dan Iran pasca eksekusi ulama besar Syiah, Syeikh Nimr al-Nimr oleh rezim Saudi merambah ke seluruh dunia. Tak terkecuali Indonesia. 
 
Menurut Nostalgiawan Wahyudhi, Peneliti Politik Timteng dan Politik Islam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), panasnya angin politik dari Timteng ini cukup sensitif bagi Indonesia.
 
“Eksekusi Syeikh Nimr itu berkelindan antara aspek ekonomi, politik dan teologi menurut saya,” ujar Nostalgiawan.
 
“Eksekusi itu memang memiliki dampak yang sangat luas, terutama dampak politis dan ideologis. Dua-duanya ada. Faktanya dampak eksekusi Saudi itu sampai pada level diplomatik. Sampai bisa mengubah konstelasi di Timteng. Ada pengkubuan. Itu membuktikan bahwa ada saling keterkaitan.” 
 
Nostalgiawan menyebutkan Indonesia pasti akan terpengaruh oleh konflik ini. Namun jangan sampai rakyat Indonesia terprovokasi.
 
“Hanya saja jangan sampai konflik antara Iran dan Saudi ini ikut terbawa ke Indonesia. Masyarakat Indonesia jangan mudah terprovokasi. Jangan sampai seperti di Sampang, Jawa Timur itu.” 
 
Menurut Nostalgiawan, untuk menjaga hal itu diperlukan sinergi antara aparat pemerintah, masyarakat dan media. (Muhammad/Yudhi/ http://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/masyarakat-indonesia-tak-perlu-terprovokasi-panas-hubungan-saudi-iran/)

Ketua MUI Jepara: MUI Harus Sadar Diri, Mendorong Ukhuwah dan Hidup Harmoni

Ketua MUI Jepara: MUI Harus Sadar Diri, Mendorong Ukhuwah dan Hidup Harmoni

Negara Indonesia adalah rumah besar yang dihuni oleh seluruh anak bangsa dengan beragam suku dari Sabang sampai Merauke. Ketika terjadi konflik di dalamnya, yang rusak adalah seluruh bangsa itu sendiri.
Demikian disampaikan Ustaz Miqdad Turkan dalam sambutannya selaku panitia acara peringatan haul empat puluh hari atau Arbain Sayidina Husein di Jepara, Minggu (29/11) lalu, yang mengusung tema “Sayidina Husein Spirit Cinta Tanah Air dan Persatuan Bangsa”.
Menurut tokoh Jepara ini, NKRI dan Pancasila adalah harga mati.
“Jika ada yg ingin merusak negeri ini, maka kita yang mengaku pencinta Nabi Muhammad saw dan keluarganya, harus yang terdepan dalam membela negeri ini,” tegasnya disambut pekik takbir hadirin.
Acara yang diawali lagu kebangsaan Indonesia Raya ini diadakan di Gedung Wanita Jepara dengan pembicara Ustaz Othman Omar Shihab.
Dalam ceramahnya Ustaz Othman mengatakan bahwa Indonesia berdasarkan Pancasila, maka prinsip kerukunan menjadi dasar kita hidup bersama di Indonesia dan menjaga negara ini adalah kewajiban bersama.
“Pencinta Nabi Muhammad pasti mencintai saudaranya dan menjauhi pertengkaran. Jika ada perbedaan akan diselesaikan dengan cara kekeluargaan dan persaudaraan. Inilah ciri pencinta Nabi,” tekan da’i asal Jakarta ini.
Di hadapan dua ribuan hadirin dari berbagai kota di Jawa Tengah itu, Ustaz Othman juga mengatakan bahwa manusia nanti akan dibangkitkan bersama orang yang selama hidupnya di dunia ia cintai. Maka ditekankan agar para hadirin mencntai Nabi dan keluarganya.
“Ajarkan juga anak-anak kita untuk mencintai teladan-teladan mulia itu,” ajaknya.
“Jika ada yang menginginkan pertengkaran di antara umat, janganlah melayani mereka,” lanjutnya.
“Katakanlah bahwa kita berlepas diri dari orang yang menginginkan keburukan di antara umat.”
“Dengan sesama manusia dan Ahli Kitab saja kita harus saling menjaga, maka serasa aneh jika ada kelompok yang menganjurkan pembunuhan di antara sesamanya.”
Sementara Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Jepara, Dr. H. Mashudi M.Ag, dalam sambutannya mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk mengawal Kabupaten Jepara sebagai Kabupaten yang jauh dari intrik dan pertikaian antar agama dan mazhab seperti yang terjadi di tempat lain.
Arbain di Jepara
“MUI Jepara senantiasa mengedepankan kearifan lokal dan kedamaian demi kenyamanan bersama. Karena keanekaragaman adalah sunnatullah. Maka jika ada yang ingin penyeragaman di antara perbedaan yang ada, mereka telah menyalahi sunnatullah itu,” ujarnya.
Menurut ulama asli Jepara ini, perbedaan yang ada akan melahirkan harmoni. Sedangkan kebhinekaan merupakan keniscayaan. Dan hal ini sudah menjadi nilai kearifan atau kebijakan bangsa yang dicetuskan para pendiri bangsa dahulu.
“Nilai toleransi dan jiwa saling menghormati akan nampak ketika bergaul dengan kelompok yang berbeda,” katanya lagi.
MUI-ABI: Saling Toleransi, Satu Hati Berlomba Tingkatkan Iman dan Takwa
Dr. Mashudi pun mengapresiasi ormas Ahlul Bait Indonesia (ABI) yang senantiasa mengedepankan toleransi antar sesama,  menghargai keragaman dan plularitas di tengah umat.
“Dan apa yang diusung ABI menjadi hal penting dalam berbangsa dan bernegara kita,” pujinya.
Dosen IAIN Walisongo dan Unisnu Jepara itu pun mengajak hadirin agar meningkatkan ukhuwah wathaniyah, ukhuwah basyariyah dan ukhuwah insaniyyah.
“Biarkan di tempat lain ada penolakan terhadap muslim Syiah, namun di Jepara persaudaraan harus dijaga. MUI harusnya sadar diri dan selalu mendorong pentingnya ukhuwah dan hidup bersama,” tegas Dr. Mashudi.
Ketua MUI Jepara itu juga mengajak agar ormas ABI tetap menjaga komitmen hidup bersama, dan mengajak untuk tetap satu hati dan berlomba dalam meningkatkan iman dan takwa. (Ahmad/Yudhi/ http://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/ketua-mui-jepara-mui-harus-sadar-diri-mendorong-ukhuwah-dan-hidup-harmoni/)

Ironis, Minyak dari Indonesia, tetapi Dibeli Lewat Singapura
( Ayo NKRI segera beli Minyak Murah dari Republik Islam Iran....!!!! )
Sumber gambar (cctrends.cipe.)
 
Sumber gambar (cctrends.cipe.)
 
Islam Times - Amien menuturkan, misalnya Chevron Pacific Indonesia (CPI) dan Exxon Mobile Indonesia (Exxon). "Nah untuk menjual itu, yang menjual adalah Chevron yang ada di Singapura dan Exxon yang ada di Singapura, trading,"
 
Kepala Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi menuturkan, minyak yang diproduksi dari lapangan-lapangan minyak di Indonesia, tidak bisa dibeli langsung oleh PT Pertamina (Persero). Sebabnya, sejumlah produsen asing raksasa memiliki aturan sendiri bahwa unit perusahaan mereka yang beroperasi di Indonesia hanya mengurusi sisi hulu atau dengan kata lain produksi.

Amien menuturkan, misalnya Chevron Pacific Indonesia (CPI) dan Exxon Mobile Indonesia (Exxon). "Nah untuk menjual itu, yang menjual adalah Chevron yang ada di Singapura dan Exxon yang ada di Singapura, trading," kata Amien dalam paparan awal pekan.

"Sehingga transaksinya tidak bisa langsung. CPI tidak bisa menjual langsung ke Pertamina. Exxon juga tidak bisa. Yang bisa adalah Exxon trading di Singapura dan Chevron trading yang ada di Singapura," jelas dia.

Lebih lanjut Amien bilang, sebenarnya sudah ada kemauan dari kedua produsen minyak milik asing itu, memasok minyak mentah langsung ke Pertamina. Hanya saja, imbuh Amien, peraturan perpajakan di Indonesia menyatakan bahwa kalau Pertamina membeli dari Chevron trading dan Exxon trading di Singapura, maka akan dikenakan pajak pertambahan nilai (PPN) impor tiga persen.

"Peraturan pajak kita menyatakan begitu. Chevron maupun Exxon tidak mau penerimaan mereka berkurang sebesar itu, Pertamina juga keberatan menambah pengeluaran sebesar itu," ucap Amien.

Kendala perpajakan inilah yang diakui Amien menjadi ganjalan untuk merealisasikan transaksi langsung, dari lapangan minyak domestik ke kilang Pertamina, tanpa harus melalui trader di Singapura.

"Tentunya ini diperlukan kebijakan dari Direktorat Jenderal Pajak, dalam hal ini ditetapkan Kementerian Keuangan. Kalau memang itu bisa diberikan pengecualian, maka minyak yang ada di Riau atau Cepu tinggal dikirim ke kilang Pertamina walaupun transaksinya Pertamina dengan Chevron trading dan Exxon trading," kata Amien. [IT/Kompas/ http://islamtimes.org/id/doc/news/510862/]

Ketegangan Baru Arab Saudi-Iran

Kamis, 7 Januari 2016 01:06

Ketegangan Baru Arab Saudi-Iran
Oleh: Ahmad Barjie B
Mahasiswa Pascasarjana IAIN Antasari Banjarmasin

Putus sambung, putus lagi sambung lagi. Begitulah gambaran hubungan bilateral Arab Saudi dengan negara Teluk Republik Islam Iran. Sejak pecahnya Revolusi Iran 1979, hubungan kedua negara belum pernah normal sepenuhnya. Selalu saja ada persoalan yang mengganjal kedua negara, sehingga tidak bisa menjalin hubungan secara mesra dan permanen.
Setelah sempat membaik dan Kedutaan Besar (Kedubes) dibuka di kedua negara, kini hubungan itu tegang dan putus lagi. Seperti diberitakan sejumlah media, Pemerintah Arab Saudi, 2 Januari 2016 tadi mengeksekusi 47 orang terpidana mati, satu di antaranya adalah ulama Syiah, Syekh Nimr al-Nimr bersama tiga warga Syiah lainnya.
Setahun terakhir (2015), Arab Saudi banyak sekali memvonis dan mengeksekusi terpidana mati. Jumlahnya mencapai 157 orang, angka tahunan tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Mereka yang dieksekusi tidak hanya pelaku kriminal seperti pembunuh, perampok, pelanggar moral perkawinan perzinaan, tetapi juga pelaku kejahatan politik yang disebut terorisme yang kontroversial.
Itulah pula yang dialami oleh ulama Syiah Nimr al-Nimr dan pengikutnya yang tinggal di wilayah timur Saudi di mana terdapat cukup banyak penganut Islam Syiah. Mereka mengalami diskriminasi di tengah dominasi Islam Sunni-Wahabi yang menjadi mazhab resmi Pemerintah Saudi Dinasti Suudi saat ini.
Di persidangan Nimr memang mengaku mengerahkan massa menentang diskriminasi yang dilakukan Pemeritah Saudi terhadap penganut Syiah. Namun demonstrasi yang digerakkannya bersifat damai dan tidak bersenjata. Meski demikian, Pemerintah Saudi tetap menganggapnya sebagai bahaya, sehingga nekad mengeksekusinya.
Eksekusi inilah yang menyulut kemarahan banyak warga Iran dan Irak, di mana muslim Syiah menjadi mayoritas dunia, termasuk pegiat HAM di London dan Jerman. Selang sehari, unjukrasa besar terjadi di Teheran, massa sempat membakar sebagian kecil bangunan Kedubes Saudi di Teheran. Petugas dapat mengevakuasi Dubes Saudi dan stafnya, dan bersamaan dengan kebijakan resmi Pemerintah Iran, mereka diminta pulang ke Saudi.
Hal sama dilakukan Saudi, Dubes Iran dan stafnya di Riyadh juga diminta meninggalkan tempat secepatnya. Sekutu dekat Saudi, Kuwait juga melakukan sikap serupa, Dubes Iran diminta meninggalkan Kuwait City.

Menahan Diri
Banyak kalangan menyesalkan ketegangan baru yang mewarnai hubungan Saudi - Iran terakhir ini. Turki meminta agar Pemerintah Saudi dan Iran menahan diri, tidak perlu memperpanjang ketegangan ini dalam bentuk bentrokan bersenjata. Iran memang negara besar dan memiliki angkatan bersenjata terkuat di kawasan Teluk Persia, melebihi negara-negara Teluk lainnya.
Namun Dunia Islam pun tidak ingin Saudi berperang dengan negara mana pun. Apalagi di belakang Saudi selalu ada Amerika yang siap mendukung dan campur tangan ketika ada konflik bersenjata di kawasan teluk. Terbukti dulu ketika Saudi diancam oleh Irak era Saddam Hussein, Amerika langsung mengirimkan tentaranya. Saudi berhasil diselamatkan dari ancaman Irak, sekaligus membebaskan Kuwait dari aneksasi Irak. Hingga kini tentara Amerika tetap bertahan di Saudi, dan Saudi tidak mau atau tidak mampu menyuruhnya pulang.
Sekjen PBB Ban Ki Moon juga meminta kedua negara menahan diri. Pihaknya sangat menyesalkan eksekusi mati tersebut. Sebenarnya dunia internasional melalui PBB sudah berusaha mendekati Saudi agar mengurangi, kalau tidak menghapuskan eksekusi mati. Bahkan baru-baru ini, Saudi dipercaya sebagai Ketua Panel HAM PBB. Tetapi tingginya hukuman mati di Saudi justru menjadi ironi yang kontraproduktif bagi penegakan HAM.

Terlalu Puritan
Hubungan Saudi-Iran memang sudah semakin tegang akhir-akhir ini. Menyusul Tragedi Mina di musim haji lalu yang memakan ribuan korban tewas, dan korban terbanyak adalah jamaah haji Iran, hubungan tersebut sudah panas. Sambil menyalahkan Saudi yang lemah atau terlalu kaku dalam pengelolaan perhajian, Iran tidak mau jamaah yang tewas itu dimakamkan di Saudi sebagaimana berlaku selama ini. Iran memaksa membawa semua korban untuk dimakamkan secara khusus di Iran.

Iran juga menuding Saudi terlalu puritan dalam beragama, sehingga banyak situs peninggalan Nabi yang dihapus dari catatan sejarah. Sekadar contoh, rumah kelahiran Nabi tidak ada lagi, makam syuhada di kaki Bukit Uhud dipagar, dan sebuah gua yang menjadi perlindungan Nabi ketika terdesak dalam Perang Uhud ditutup dengan kotoran sapi/onta agar tidak dimasuki peziarah. Anehnya tempat itu tetap harum.
Sikap Saudi begini menyulitkan banyak muslim Syiah untuk menziarahi tempat-tempat bersejarah yang semula sangat banyak di Saudi. Memang muslim Syiah di manapun paling getol dalam urusan berziarah ke tempat-tempat suci dan keramat, seperti situs peninggalan Nabi, para sahabat dan ulama besar yang mereka hormati. Tak hanya di tempat asalnya Islam, di Iran dan Irak sendiri begitu banyak tempat yang mereka suci dan keramatkan hingga sekarang.
Belum lagi Pemerintah Saudi terlalu tertutup terhadap arus dan desakan perubahan ke arah kehidupan yang lebih demokratis. Akibatnya unjukrasa damai pun mereka anggap berbahaya, sehingga pelakunya terancam hukuman dan eksekusi mati.
Mestinya Saudi tidak perlu terlalu bereaksi terhadap kelompok lain. Sebelum era Dinasti Suudi, Saudi pernah dikuasai Turki dan semua mazhab agama berdampingan secara damai. Bahkan Syiah juga pernah berkuasa di wilayah Saudi. Sebaiknya semua mazhab agama diakomodasi, tak perlu diskriminasi, karena hal itu melanggar HAM dan rentan gejolak.
Kita sangat berharap hal-hal apa pun yang dapat memicu ketegangan antarnegara di Timur Tengah dapat diminimize. Tidak ada untungnya, bahkan hanya menjadikan Dunia Islam tidak solid.
Ada musuh bersama yang seharusnya jadi sasaran untuk dihadapi, yaitu Israel yang sudah lebih setengah abad menjajah Palestina. Namun Israel selama ini hampir tidak tersentuh karena negara-negara Arab, Teluk dan Dunia Islam senang berkonflik sesamanya dan terseret kepentingan sempit masing-masing.
Inilah salah satu wujud sinyalemen Syekh Mohammad Syakib Arselan di awal abad ke-20 lalu: al-Islam mahjubun bil-muslimin, Islam itu mundur karena ulah penganutnya sendiri. Wallahu a’lam. (*)
Mainsource : http://banjarmasin.tribunnews.com/2016/01/07/ketegangan-baru-arab-saudi-iran?page=3

Maulid dan Natal

Jumat, 8 Januari 2016 00:37

Maulid dan Natal
dok BPost
KH Husin Naparin
Oleh: KH Husin Naparin LC MA
Wakil Ketua MUI Kalsel
Maulid dan Natal sama-sama berarti kelahiran, tapi penggunaannya berbeda. Kata maulid digunakan untuk kelahiran Nabi Muhammad SAW, sedang kata natal digunakan untuk kelahiran Isa Al-Masih. (Kamus Besar Bahasa Indonesia hal.567 dan 620).
Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (20 April 571 M) menurut pendapat yang masyhur. Agak istimewa maulid tahun ini (1437 H) jatuh pada 24 Desember 2015. Hari dan tanggal tersebut menjadi hari libur nasional di negeri kita. Besoknya, 25 Desember 2015 juga hari libur nasional, karena hari dan tanggal ini bertepatan dengan natal Isa Al-Masih.
Beberapa catatan, bahwa Isa yang dilahirkan tanpa ayah mengundang dua pendapat bertolak belakang. Pertama beranggapan adanya unsur ketuhanan dalam diri Isa As, dan pendapat kedua menuduh Maryam (ibu Isa As) sebagai perempuan tidak terhormat dan bahkan ada yang meragukan keberadaan Isa As. (Thobbarah, hal.319).
Kedua pendapat itu dijawab oleh Alquran, yang artinya; Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.” (Qs Ali Imran 59). Bahkan penciptaan Adam lebih unik, karena ia diciptakan dari tanah sedangkan Isa As mempunyai ibu.
Penciptaan Isa As di dalam Alquran digambarkan secara jelas dan rinci, mulai Jibril As meniupkan roh ke dalam rahim Maryam lewat kantong jubahnya, lahirnya Isa di tempat terpencil, sedihnya Maryam sampai menginginkan kematian agar dilupakan kalangan manusia, suara gaib yang menghiburnya agar tidak bersedih, sampai Isa dibawa ke tengah-tengah masyarakat Bani Israil, munculnya tuduhan yang bukan-bukan dan berbicaranya Isa di pangkuan sang ibu bahwa dirinya adalah hamba Allah, kepadanya diberikan Al-Kitab, dijadikannya ia seorang Nabi, penuh berkat dan keselamatan ketika hari dilahirkan, hari kematian dan hari kebangkitan. (Qs Maryam 27-33).
Salah satu tugas Isa As sebagai Rasulullah adalah memberikan kabar gembira akan datangnya seorang rasul. Rasul itu nantinya adalah paraclet dalam bahasa Yunani piriciatus. Hal ini tersebut di dalam Injil Yahya pasal 16 ayat 17. Paraclet atau piriciatus diartikan penghibur. Lembaga Al-Kitab Indonesia menerjemahkan dengan penolong.
Menurut seorang orientalis Italia, ahli Injil bernama Dr Karlo Nallino, paraclet atau piriciatus artinya adalah yang banyak mendapat pujian.(Kiblat No 17/XXVIII/hal. 15 dan Thobbarah hal.323). Bila rasul yang diberitakan itu nantinya banyak mendapat pujian, maka itulah dia Ahmad. Allah berfirman yang artinya;” Dan (Ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan Kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” (Qs Ash-Shaff 6)
Di hari ke tujuh usianya, sang bayi digendong oleh kakeknya Abdul Muttalib dibawa ke samping Ka’bah, diberi nama Muhammad. Ketika ditanya, mengapa diberi nama Muhammad? Ia menjawab, diharapkan bayi ini sesuai artinya terpuji, terpuji di sisi Allah di atas langit dan terpuji di sisi manusia di permukaan bumi.(Haikal, Hayatu Muhammad, hal.109). (*)
mainsource : http://banjarmasin.tribunnews.com/2016/01/08/maulid-dan-natal
 


9 komentar:

  1. Aku Widya Okta, saya ingin bersaksi pekerjaan yang baik dari Allah dalam hidup saya kepada orang-orang saya yang mencari untuk pinjaman di Asia dan bagian lain dari kata, karena ekonomi yang buruk di beberapa negara. Apakah mereka orang yang mencari pinjaman di antara kamu? Maka Anda harus sangat berhati-hati karena banyak perusahaan pinjaman penipuan di sini di internet, tetapi mereka masih asli sekali di perusahaan pinjaman palsu. Saya telah menjadi korban dari suatu 6-kredit pemberi pinjaman penipuan, saya kehilangan begitu banyak uang karena saya mencari pinjaman dari perusahaan mereka. Aku hampir mati dalam proses karena saya ditangkap oleh orang-orang dari utang saya sendiri, sebelum aku rilis dari penjara dan teman yang saya saya menjelaskan situasi saya kemudian memperkenalkan saya ke perusahaan pinjaman dapat diandalkan yang SANDRAOVIALOANFIRM. Saya mendapat pinjaman saya Rp900,000,000 dari SANDRAOVIALOANFIRM sangat mudah dalam 24 jam yang saya diterapkan, Jadi saya memutuskan untuk berbagi pekerjaan yang baik dari Allah melalui SANDRAOVIALOANFIRM dalam kehidupan keluarga saya. Saya meminta nasihat Anda jika Anda membutuhkan pinjaman Anda lebih baik kontak SANDRAOVIALOANFIRM. menghubungi mereka melalui email:. (Sandraovialoanfirm@gmail.com)
    Anda juga dapat menghubungi saya melalui email saya di (widyaokta750@gmail.com) jika Anda merasa sulit atau ingin prosedur untuk memperoleh pinjaman.

    BalasHapus
  2. Katanya sebarkan perdamaian , tpi isi artikelnya malah menghujat dan menebar kebencian , ini munngkin yang tepat untuk anda "(Orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekah­kan) selain sekadar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih."(QS. AT-TAUBAH;79)

    BalasHapus
  3. Sangat jelas anda lah yang ingin memecah belah umat islam..., Tolong artikelnya agak dipercantik dalam rayuan dan hasutannya, klo caranya kayk gini. .ga sprti orang cerdik ,lucchuuu

    BalasHapus
  4. IMAM MAHDI MENYERU UNTUK PARA IKHWAN
    BENTUKLAH PASUKAN MILITER PADA SETIAP ZONA
    ISLAM
    SAMBUTLAH UNDANGAN PASUKAN KOMANDO BENDERA HITAM
    Negara Khilafah Islam Ad Daulatul Islamiyah Melayu

    Untuk para Rijalus Shaleh dimana saja kalian berada,
    bukankah waktu subuh sudah dekat? keluarlah dan hunuslah
    senjata kalian.

    Dengan memohon Ijin Mu Ya Allah Engkaulah Pemilik Asmaul
    Husna, Ya Dzulzalalil Matien kami memohon dengan namaMu
    yang Agung
    Pemilik Tentara langit dan Bumi perkenankanlah kami
    menggunakan seluruh Anasir Alam untuk kami gunakan sebagai
    Tentara Islam untuk Menghancurkan seluruh Kekuatan
    kekufuran, kemusyrikan dan kemunafiqan yang sudah merajalela
    di muka bumi ini hingga Dien Islam saja yang berdaulat , tegak
    perkasa dan hanya engkau saja Ya Allah yang berhak disembah !

    Firman Allah: at-Taubah 38, 39
    Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu jika dikatakan
    orang kepadamu: “Berperanglah kamu pada jalan Allah”, lalu
    kamu berlambat-lambat (duduk) ditanah? Adakah kamu suka
    dengan kehidupan didunia ini daripada akhirat? Maka tak adalah
    kesukaan hidup di dunia, diperbandingkan dengan akhirat,
    melainkan sedikit sekali. Jika kamu tiada mahu berperang, nescaya Allah
    menyiksamu dengan azab yang pedih dan Dia akan menukar
    kamu dengan kaum yang lain, sedang kamu tiada melarat kepada
    Allah sedikit pun. Allah Maha kuasa atas tiap-tiap sesuatu.

    Berjihad itu adalah satu perintah Allah yang Maha Tinggi,
    sedangkan mengabaikan Jihad itu adalah satu pengingkaran dan
    kedurhakaan yang besar terhadap Allah!

    Firman Allah: al-Anfal 39
    Dan perangilah mereka sehingga tidak ada fitnah lagi, dan jadilah
    agama untuk Allah.

    Peraturan dan undang-undang ciptaan manusia itu adalah
    kekufuran, dan setiap kekufuran itu disifatkan Allah sebagai
    penindasan, kezaliman, ancaman, kejahatan dan kerusakan
    kepada manusia di bumi.

    Ketahuilah !, Semua Negara Didunia ini adalah Negara Boneka
    Dajjal

    Allah Memerintahkan Kami untuk menghancurkan dan
    memerangi Pemerintahan dan kedaulatan Sekular-Nasionalis-
    Demokratik-Kapitalis yang mengabdikan manusia kepada
    sesama manusia karena itu adalah FITNAH

    Firman Allah: al-Hajj 39, 40
    Telah diizinkan (berperang) kepada orang-orang yang diperangi,
    disebabkan mereka dizalimi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
    untuk menolong mereka itu. Iaitu
    orang-orang yang diusir dari negerinya, tanpa kebenaran,
    melainkan karena mengatakan: Tuhan kami ialah Allah

    Firman Allah: an-Nisa 75
    Mengapakah kamu tidak berperang di jalan Allah untuk
    (membantu) orang-orang tertindas. yang terdiri daripada lelaki,
    perempuan-perempuan dan kanak-kanak .

    Dan penindasan itu lebih besar dosanya daripada pembunuhan
    (al-Baqarah 217)

    Firman Allah: at-Taubah 36, 73
    Perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagai mana mereka
    memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahawa Allah bersama
    orang-orang yang taqwa. Wahai Nabi! Berperanglah terhadap
    orang-orang kafir dan munafik dan bersikap keraslah terhadap
    mereka.

    Firman Allah: at-Taubah 29,
    Perangilah orang-orang yang tidak beriman, mereka tiada
    mengharamkan apa yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya dan
    tiada pula beragama dengan agama yang benar, (iaitu) diantara
    ahli-ahli kitab, kecuali jika mereka membayar jizyah dengan
    tangannya sendiri sedang mereka orang yang tunduk..

    Bentuklah secara rahasia Pasukan Jihad Perang setiap Regu
    minimal dengan 3 Anggota maksimal 12 anggota per desa /
    kampung.

    Bersiaplah menjadi Tentara Islam akhir Zaman sebelum anda
    dibantai oleh Zionis,Salibis,Munafiq dan Musyrikin
    Siapkan Pimpinan intelijen Pasukan Komando Panji Hitam
    secara matang terencana, lakukan analisis lingkungan terpadu.

    Apabila sudah terbentuk kemudian Daftarkan Regu Mujahid
    ke Markas Besar Angkatan Perang Pasukan Komando Bendera
    Hitam
    Negara Khilafah Islam Ad Daulatul Islamiyah Melayu

    Mari Bertempur dan Berjihad dalam Naungan Pemerintah
    Khilafah Islam, berpalinglah dari Nasionalisme (kemusyrikan)

    email : seleksidim@yandex.com

    Dipublikasikan
    Markas Besar Angkatan Perang
    Khilafah Islam Ad Daulatul Islamiyah Melayu

    BalasHapus
  5. PENDAFTARAN BELA NEGARA
    KHILAFAH ISLAM AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU

    Untuk Wali Wali Allah dimana saja kalian berada
    Sekarang keluarlah, Hunuslah Pedang dan Asahlah Tajam-Tajam

    Api Jihad Fisabilillah Akhir Zaman telah kami kobarkan
    Panji-Panji Perang Nabimu sudah kami kibarkan
    Arasy KeagunganMu sudah bergetar Hebat Ya Allah,

    Wahai Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang
    hamba memohon kepadaMu keluarkan para Muqarrabin bersama kami

    Allahumma a’izzal islam wal muslim wa adzillas syirka wal musyrikin wa dammir a’da aka a’da addin wa iradaka suui ‘alaihim yaa Robbal ‘alamin.

    Wahai ALLAH muliakanlah islam dan Kaum Muslimin, hinakan dan rendahkanlah kesyirikan dan pelaku kemusyrikan dan hancurkanlah musuh-mu dan musuh agama-mu dengan keburukan wahai RABB
    semesta alam.

    Allahumma ‘adzdzibil kafarotalladzina yashudduna ‘ansabilika, wa yukadzdzibuna min rusulika wa yuqotiluna min awliyaika.

    Wahai ALLAH berilah adzab…. wahai ALLAH berilah adzab…. wahai ALLAH berilah adzab…. orang-oramg kafir yang telah menghalang-halangi kami dari jalan-Mu, yang telah mendustakan-Mu dan telah membunuh Para Wali-Mu, Para Kekasih-Mu

    Allahumma farriq jam’ahum wa syattit syamlahum wa zilzal aqdamahum wa bilkhusus min yahuud wa syarikatihim innaka ‘ala kulli syaiin qodir.

    Wahai ALLAH pecah belahlah, hancur leburkanlah kelompok mereka, porak porandakanlah mereka dan goncangkanlah kedudukan mereka, goncangkanlah hati hati mereka terlebih khusus dari orang-orang yahudi dan sekutu-sekutu mereka. sesungguhnya ENGKAU Maha Berkuasa.

    Allahumma shuril islam wal ikhwana wal mujahidina fii kulli makan yaa rabbal ‘alamin.

    Wahai ALLAH tolonglah Islam dan saudara kami dan Para Mujahid dimana saja mereka berada wahai RABB Semesta Alam.
    Aamiin Yaa Robbal ‘Alamin

    Wahai Wali-wali Allah Kemarilah, Datanglah dan Berkujunglah dan bergabunglah bersama kami kami Ahlul Baitmu

    Al Qur`an adalah manhaj (petunjuk jalan) bagi para Da`i yang menempuh jalan dien ini sampai hari kiamat, Kami akan bawa anda untuk mengikuti jejak langkah penghulu para rasul Muhammad SAW dan pemimpin semua umat manusia.

    Hai kaumku ikutilah aku, aku akan menunjukan kepadamu jalan yang benar (QS. Al-Mu'min :38)

    Wahai para Ikwan Akhir Zaman, Khilafah Islam sedang membutuhkan
    para Mujahid Tangguh untuk persiapan tempur menjelang Tegaknya Khilafah yang dijanjikan.

    Mari Bertempur dan Berjihad dalam Naungan Pemerintah Khilafah Islam, berpalinglah dari Nasionalisme (kemusyrikan)

    Masukan Kode yang sesuai dengan Bakat Karunia Allah yang Antum miliki.

    301. Pasukan Bendera Hitam
    Batalion Pembunuh Thogut / Tokoh-tokoh Politik Musuh Islam

    302. Pasukan Bendera Hitam Batalion Serbu
    - ahli segala macam pertempuran
    - ahli Membunuh secara cepat
    - ahli Bela diri jarak dekat
    - Ahli Perang Geriliya Kota dan Pegunungan

    303. Pasukan Bendera Hitam Batalion Misi Pasukan Rahasia
    - Ahli Pelakukan pengintaian Jarak Dekat / Jauh
    - Ahli Pembuat BOM / Racun
    - Ahli Sandera
    - Ahli Sabotase

    304. Pasukan Bendera Hitam
    Batalion Elit Garda Tentara Khilafah Islam

    305. Pasukan Bendera Hitam Batalion Pasukan Rahasia Cyber Death
    - ahli linux kernel, bahasa C, Javascript
    - Ahli Gelombang Mikro / Spektrum
    - Ahli enkripsi cryptographi
    - Ahli Satelit / Nuklir
    - Ahli Pembuat infra merah / Radar
    - Ahli Membuat Virus Death
    - Ahli infiltrasi Sistem Pakar

    Semua Negara adalah Negara Dajjal, sebab itu
    Bunuhlah Tentara , Polisi dan semua pendukung negara dajjal dimana saja berada

    Disebarluaskan
    MARKAS BESAR ANGKATAN PERANG
    PASUKAN KOMANDO BENDERA HITAM
    KHILAFAH ISLAM AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU

    Syuaib Bin Shaleh
    singahitam@hmamail.com

    BalasHapus
  6. Walah.. Isinya finah semua. Baca kitabnya selesaikan dahulu, haul sunni mana ya? Sahabat tdkbada yg melakukan di hadist2. Allah maha adil atas apa yg kita berbuat. Berhenti memfitnah, karena hari akhir siksanya berat

    BalasHapus
  7. Walah.. Isinya finah semua. Baca kitabnya selesaikan dahulu, haul sunni mana ya? Sahabat tdkbada yg melakukan di hadist2. Allah maha adil atas apa yg kita berbuat. Berhenti memfitnah, karena hari akhir siksanya berat

    BalasHapus
  8. Ngaji jangan setengah setengah !!!. Dan jangan jadi islam ikut ikutan mas. Pada rame ikut ikutan aja

    BalasHapus
  9. Ini spertinya media buatan kaum Syi'ah antek Yahudi yg gencar tebar fitnah, hozx, ujaran kebencian, hasutan, memutar balikan sejarah yg usinta banyak fitnah.

    BalasHapus