Tim Buletin MPR- Banjarmasin- Setelah ada upaya
"perdamaian" atau tepatnya "Persidangan" ala Suku Dayak,
maka Warga Madura dan Duku Dayak Banjar berhasil membuat kesepakatan bersama
tentang arti indahnya persaudaraan sesama ummat manusia dan sesama ummat beragama
serta sesama bangsa Indonesia. Beginilah cara Warga Asli Banua Banjar
menerapkan yang namanya Persaudaraan walau terdapat "Perbedaan".
untuk info lengkap bisa klik
di https://m.tempo.co/read/news/2016/04/03/063759299/mengintip-sidang-adat-suku-dayak-mengadili-para-pembunuh
Tapi sungguh miris terjadi di Pasuruan Jawa Timur, tepatnya
di Bangil, beberapa orang yang "Mengaku" perwakilan NU, Muhammadiyah
tetapi ternyata hanya "Segelintir orang yang "Ngaku-ngaku" Islam
Sunni, tetapi sebenarnya menerapkan agenda zionis israel cs yang selalu seiring
sejalan dengan ideologi teroris isis wahabi salafi takfiri kerajaan arab saudi
yang selalu menebarkan ujaran "Kebencian". Masa..!!??? Hanya karena
mereka memperingati Maulid / Kelahiran Sayidah Fatimah anak tercinta Nabi Muhammad
Saw lalu mereka "Dibubarkan" ...??? Bukan karena membela Syi'ah,
tetapi sungguh contoh demikian membuat mata kita tersadar, bahwa mereka kaum
Penyebar Kebencian sesama ummat manusia dan ummat islam ternyata terus hadir
dan memprovokasi masyarakat kita yang terkenal santun dan toleran untuk saling
berbenturan ditengah perbedaan yang memang menjadi ikon kita bersama
"Bhineka Tunggal Ika" (Berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Mari warga Banua Banjar, Bangsa Indonesia, hingga warga
seluruh dunia kita harus lebih mewaspadai orang yang "Ngaku-ngaku"
tapi ternyata "Bukan", padahal TAKFIRI.
Ngaku Islam Sunni tapi selalu menebarkan ujaran Kebencian,
dia bukan Sunni , tapi TAKFIRI..!!!
Ngaku Islam Syi'ah tapi selalu menebarkan ujaran Kebencian,
dia bukan Syi'ah, tapi TAKFIRI..!!!
Ngaku Muhammadiyah, tapi selalu menebarkan ujaran Kebencian,
dia bukan Muhammadiyah, tapi TAKFIRI...!!!
Ngaku N.U, tapi selalu menebarkan ujaran Kebencian, dia
bukan N.U , tapi TAKFIRI...!!!
Jadi teruslah berfikir smart, jangan sampai mereka yang
selalu menebarkan ujaran kebencian ini mempengaruhi kita sehingga kita menjadi
bangsa yang tidak toleran.
Sebagai catatan tambahan, di Banjarmasin juga menggelar
Wiladah Fatimah Az-zahra di Gedung Wisma Antasari malam Kamis tanggal 30 April
2016, namun walau walikotanya seorang Anggota PKS (Ibnu Sina) dan warga Dayak,
tapi bisa menjunjung Kebhineka Tunggal Ika an, begitu juga Kampus N.U di km
12,5 Gambut baru saja menggelar Dialog tentang Fenomena Takfiri di indonesia,
31 April 2016 agar dapat memahamkan warga banua banjar, agar jangan saling
bacakut papadaan, kiranya Propinsi Jawa Timur harus banyak belajar dengan KAMI
warga Banua Banjar Kalimantan Selatan yang menjunjung tinggi toleransi. Haram
Manyarah waja sampai kaputing NKRI Harga Mati.
(Minggu,3/4/2016/08.30wita/bjm/tim buletin mpr).
BANGIL MEMANAS.. Wahabi dan Simpatisan PKS Demo Bubarkan
Acara Peringatan Kelahiran Putri Nabi
BANGIL-PASURUAN, VOA-ISLAMNEWS.COM – Selang sehari Jokowi
memberikan instruksi kepada POLRI untuk menindak siapa saja baik itu merupakan
kelompok maupun individu yang intoleran yang melakukan tindakan bersifat SARA
untuk ditindak tegas, namun instruksi itu tidak membuat jera kelompok
Intoleran”. (Baca: (Buku) Rekam Jejak Sang Perusak. Mengupas Wahabi Salafi)
Bangil memanas, sehari sebelum acara beredar broadcast di
jaringan wartawan bahwa akan adanya aksi pembakaran gedung Diponegoro Bangil
Pasuruan sebagai tempat berlangsungnya acara peringatan Kelahiran Putri Nabi
“Sayyidah Fatimah ra”, yang sedianya acara ini dihadiri oleh kalangan ibu dan
anak itu dibubarkan oleh kelompok anti terhadap acara keagamaan.
Maka salah satu wartawan VOAI-IslamNews.com dari Jakarta
turun untuk ikut memantaunya. Puluhan warga Bangil Pasuruan Jawa Timur yang tak
jelas mengatasnamakan siapa, berunjuk rasa menuntut pembubaran acara peringatan
itu, mereka menganggap acara ini bid’ah. (Baca: Labelisasi SYIAH. Cara Wahabi
Pro Teroris Men-stigma Tokoh Pemersatu)
Menurut keterangan beberapa warga setempat saat kita
wawancarai, mereka menolak namanya disebutkan, bahwa Bangil dari dulu sampai
saat ini tidak mengerikan begini, namun saat banyaknya mantan-mantan Ekspatriat
Suriah yang berikan ceramah di Masjid Ar-Riyadh milik kelompok yang konon
dibilang Wahabi atau PKS itu, Bangil sering memanas, dan tindakan aparat juga
kurang tanggap, dan menurut saksi mata dilapangan setiap malam Rabu di Masjid
Jami’ Bangil salah satu Ust … memberikan ceramah yang mengadu domba Sektarian,
kami sebagai warga bangil aja sudah sumpek mendengarkan ceramah tak bermutu
itu, namun ya begitu mereka masih saja suka adu domba, padahal pihak pemkab dan
polisi Pasuruan mengetahui hal tersebut, namun tidak ada tindakan tegas untuk
membungkam ceramah provokasi tersebut. Lihat saja yang demo itu banyak yang
bercelana cingkrang, jenggotnya panjang-panjang mirip ISIS. itu salah satu
pengakuan dari warga bangil yang kami temui di lokasi kejadian. Saat ini pihak
kepolisian Polres dan Pemkab Pasuruan belum memberikan pernyataan tentang hal
ini. (Baca: Terduga Teroris Mantan Anggota HTI dan Kader PKS)
Aksi yang digelar di Alun-alun dan dilanjutkan longmarch di
sekitaran bangil, Jumat (01\04\2016), mereka tidak menginginkan acara itu
terjadi. Itulah fakta dari gerombolan anti keluarga Nabi yang ingin menjauhkan
umat Islam dari sejarah dan kecintaan kepada keluarga nabi. Banyak para pemuda
dan simpatisan dari PKS yang ikut dalam barisan pendemo. Mereka membubarkan
acara itu hanya karena mereka ingin hapus sejarah keluarga nabi di hati dan
pikiran umat Islam.
Seperti kita ketahui bahwa kelompok Khilafah Wahabi adalah
sebuah kelompok radikal yang telah diboikot oleh beberapa negara karena mereka
ingin membuat kekacauan dan keos disana. Mereka akan mendirikan Negara Khilafah
ala mereka. Ideologi yang dianut oleh mereka adalah Ideologi radikal Wahabi.
Khilafah Wahabi adalah gerakan Islam radikal yang telah
dinyatakan sebagai organisasi teroris di beberapa negara di Timur Tengah.
Saat masih menjabat Menhan, Juwono Sudarsono pernah
memberikan peringatan akan adanya gerakan radikal dari Timur Tengah yang
menyusup pada partai Islam. Penyusupan gerakan radikal dari Timur Tengah
tersebut bertujuan untuk mendirikan Negara Islam dan menghancurkan NKRI. Juwono
Sudarsono meminta masyarakat waspada, karena penyusup menunggu momentum yang
tepat untuk melakukan radikalisasi dan mendirikan Negara Islam. Pernyataan Anis
Matta yang terkesan “membela ISIS” dan “memuja Osama Bin Laden” tentu tidak
bisa kita lepaskan dari peringatan Juwono Sudarsono agar masyarakat waspada.
Dan gerakan ini membahayakan NKRI karena mereka ingin membuat negara khilafah.
Apalagi jika kita bedah sejarah kelahiran PKS di Indonesia.
Faktanya, memang tidak bisa lepas dari organisasi gerakan radikal di Timur
Tengah yaitu Khilafah Wahabi. Fakta juga menunjukkan elit-elit PKS banyak yang
lulusan dari Timur Tengah seperti Arab Saudi dan Mesir. Ada benang merah yang
terjalin jelas antara PKS-Indonesia, Khilafah Wahabi-Mesir dan Wahabi-Arab
Saudi. Namun demikian fakta yang sudah jelas dan diketahui oleh publik tersebut
masih sering dibantah oleh elit-elit PKS. Padahal dalam sebuah pernyataannya,
Dr. Yusuf Qardhawi pernah menyebutkan bahwa Partai Keadilan (saat ini PKS)
adalah perpanjangan tangan Khilafah Wahabi di Mesir.
Sejarah juga menunjukkan, sejak berdiri hingga saat ini, PKS
dikelola oleh gerakan Tarbiyah yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
gerakan politik Khilafah Wahabi. Sejak tahun 80-an, gerakan Tarbiyah mampu
menguasai kampus-kampus terkemuka seperti ITB, IPB, UI, UGM, Unpad, Unair,
Unbraw dan Unhas. Mereka membentuk usroh-usroh yang dibimbing oleh para murobbi
dan menyusupkan ideologinya melalui asistensi mata kuliah wajib Agama Islam.
Tumbangnya rezim ORBA dan lahirnya reformasi 1998 merupakan momentum pertama
gerakan Tarbiyah mulai berani membuka diri. Mereka lalu membentuk partai
politik yang diberi nama Partai Keadilan. Meskipun hal ini tidak pernah diakui
terang-terangan oleh PKS.
Khilafah Wahabi menjadi besar dan kuat karena mendapat
pendanaan dari Arab Saudi selama lebih dari 50 tahun. Khilafah adalah gerakan
Radikal yang berafiliasi dengan ajaran Salafi Wahabi yang berasal dari Arab
Saudi, dan dianut oleh teroris Al-Qaeda & ISIS. Artikel asli. Dan di Mesir
pun Depertemen Kementerian Wakaf (Agama) akan terus memantau dan melakukan
pemeriksaan masjid dan perpustakaan di setiap Provinsi, untuk memastikan dua
tempat itu bersih dari buku-buku yang mengajak pada “militansi dan
ekstremisme”, baik perafiliasi dengan pemikiran Salafi Wahabi.
Semoga pihak aparat keamanan maupun pemerintah segera bisa
menumpas kelompok radikal yang ingin membuat Negara kacau. Karena mereka
membenci nasionalisme dan akan melakukan maker kepada pemerintah. (VOAI)
/ http://www.voa-islamnews.com/bangil-memanas-wahabi-dan-simpatisan-pks-demo-bubarkan-acara-peringatan-kelahiran-putri-nabi.html
NU Garis Lurus
Diskursus wacana publik belakangan di kalangan NU merambah
ke fenomena menyengat. Banyak orang NU dibuat terpana munculnya arus garis
purifikasi Aswaja dari kalangan Nahdliyin, seperti munculnya fenomena Gus Najih
Maimun yang mengkampanyekan Daulah Islamiyah dalam tulisan-tulisannya, Gus
Luthfi Bashori yang mengklaim memperjuangkan NU Garis Lurus, Kyai Idrus Ramli
yang sudah berani menyesatkan KH. Abdurrahman Wahid dan Bu Hj. Shinta Nuriyah
dalam video yang diunggah web NU Garis Lurus; dan munculnya web anonim NU Garis
Lurus di luar web Gus Luthfi Bashori yang juga membawa jargon NU Garis Lurus.
Sengatan NU Garis Lurus
Tulisan ini ingin memberikan kontribusi membaca NU Garis Lurus
untuk kepentingan generasi baru Nahdliyin. Yang mula harus diperjelas adalah NU
Garis Lurus ada tiga hal: pertama, merujuk pada kampanye media sosial Gus
Luthfi Bashori dalam web pribadinya, beralamat di www.pejuangislam.com., yang
dalam logonya diberi nama “Pejuang Islam NU Garis Lurus”; kedua, merujuk pada
kampanye media sosial dalam web yang beralamat di www.nugarislurus.com; dan
blog nu-garislurus.blogspot.com., yang juga memakai nama logo NU Garis Lurus.
Tulisan ini ingin memfokuskan pada rujukan kedua, yang
beralamat di www.nugarislurus.com.Sedangkan rujukan yang ketiga, justru isinya
berseberangan dengan yang kedua dan yang pertama, yang secara serampangan dan
gegabah oleh Uts. Luthfi Bashori disebut berfaham liberal. Sedangkan rujukan
yang pertama, merujuk pada web pribadi Ust Luthfi Bashori, yang isinya
meluap-luap itu, perlu sebuah tempat tersendiri untuk membahasnya.
Hubungan antara www.nugarislurus.com dan situs
www.pejuangislam.com yang dimiliki Gus Luthfi Bashori, di antaranya diklarifikasi
dalam situs www.pejuangislam.com dalam surat berjudul “Klarifikasi Munculnya
Blog dan Facebook NU Garis Lurus”. Klarifikasi itu berbunyi demikian:
Sehubungan dengan munculnya blog dan facebook atas nama NU
Garis Lurus yang mencatut foto kami pribadi (Luthfi Bashori), serta artikel dan
logo kami (ww.pejuangislam.com), jika ada isi dan blog & FB atas nama NU
Garis Lurus yang merugikan kami, maka dengan ini situs kami pejuang Islam NU
Garis Lurus belum pernah secara resmi membuka akun fb, fanpage, grup fb, atau
blog. Saat ini muncul juga alamat link nu-garislurus.blogspot.comdikelola kaum
liberal, yang isinya bersebarangan dengan situs kami Pejuang Islam NU Garis
Lurus. Dengan demikian seluruh isi blog & FB atas nama NU Garis Lurus,
bukan menjadi tanggungjawab kami. Mohon kepada pembuat akun blog/FB NU Garis
Lurus dengan tanpa seijin kami itu segera bertobat kepada Allah dan
menghapusnya dari jejaring sosial.
Wassalam
Pengasuh situs Pejuang Islam, NU Garis lurus
Luthfi Bashori
Klarifikasi Gus Luthfi Bashori itu menjelaskan dua hal: NU
Garis Lurus yang mula-mula digagas oleh dan dikendalikan olehnya telah menjadi
“ajang pertempuran”; dan tampak ada keterusterangan bahayanya NU Garis Lurus
ini ketika ia menjadi liar, justru diakui sendiri oleh Gus Luthfi Bashori yang
menyebutkan “jika ada isi dan blog & FB atas nama NU Garis Lurus yang
merugikan kami”. Ketakutan NU Garis Lurus yang tidak berada di dalam
jangkauannya, sementara wacananya dilontarkan olehnya, menunjukkan kepada publik
bahwa secara inheren dan tersirat ia menyadari bahwa NU Garis Lurus yang
demikian akan merugikan dirinya. Kalau dia sendiri merasakan merugikan dirinya,
mestinya dia juga merasakan betapa NU Garis Lurus merugikan secara moral bagi
NU dan masyarakat Nahdliyin, dan ini yang sayang kurang disadarinya.
Arus Pemurnian NU Garis Lurus
Al-Faqir ingin melihat bahwa fenomena NU Garis Lurus adalah
fenomena arus pemurnian Aswaja yang tumbuh di kalangan Nahdliyin, baik yang ada
di www.nugarislurus.com ataupun situswww.pejuangislam.com., terlepas tidak
dimunculnyakannya pengelola situs www.nugarislurus.com. Arus ini di antaranya
digulirkan dalam wacana publik oleh Gus Luthfi Bashori. Substansi isinya juga
tidak berbeda jauh dengan apa yang dikampanyekan dalam situs www.pejuangislam.com.
yang diasuhnya, meskipun di bagian-bagian tertentu, www.nugarislurus.com lebih
keras dan serampangan.
Yang diperjuangkan oleh www.nugarislurus.com ini adalah
propaganda dan provokasi: untuk membuat arus pengentalan sektarianise anti syi’ah,
Ahmadiyah, dan kelompok-kelompok lain di dalam diskursus Nahdliyin; melecehkan
tokoh-tokoh NU yang benar-benar berjuang untuk NU, seperti KH. Abdurrahman
Wahid dan Gus Mus, dan juga pesantren-pesantren yang didedikasikan untuk
membina kader-kader NU, seperti PP. Raudlatuth Thalibin, PP Dar at-Tauhid, PP
Ciganjur, dan lain-lain; mengungkapkan eksistensi para penentang Pancasila di
tubuh NU; dan ikut mengkampanyekan muktamar NU di Jombang dengan menyerukan
saatnya NU menghancurkan orang-orang Syi’ah dan liberal di NU, dengan
mengunggul-unggulkan dan pembelaan-pembelaan tertentu terhadap sosok KH. Hasyim
Muzadi, di dalam beberapa tulisan web ini.
Dari rangkaian jalinan argumentasi, mereka ingin membuat
arus daulah Islamiyah di tubuh NU dengan fondasi purifikasi Aswaja, dan dalam
hal ini, mereka menampilkan tulisan-tulisan, video, wawancara, dan sejenisnya
dari kalangan NU sendiri seperti Gus Najih Maemun, Gus Luthfi Bashori, Ust.
Idrus Romli, dan sejumlah tokoh lain. Ada jalinan terpadu dari berbagai kampnye
tulisan dan video yang ada di sini, yang ingin dibangun dengan mengarusutamakan
daulah islamiyah di tubuh NU dengan fondasi puurifikasi Aswaja. Entah sadar
atau tidak, orang seperti Gus Najih Maemun, Gus Luthfi Bashori, Ust. Idrus
Romli, dan beberapa narasumber telah menjadi pemompa dan pemukul untuk
memberikan jalan bagi arus daulah islamiyah ini, meskipun dalam detil-detil
mereka bisa saja berbeda.
Al-Faqir tidak gelisah munculnya arus ini, kalau hanya
berpikir untuk diri sendiri, bilcuek. Pertimbangannya, metamorfosis mereka ini
akan menjadi arus daulah islamiyah di tubuh NU dengan basis ideologi purifikasi
Aswaja atau pemurnian Aswaja, yang akan menempatkan mereka di luar garis
politik Negara Pancasila dan UUD 45. Hasil akhirnya bisa diduga, kecil saja
melihat dari sudut sejarah sosial-politik di Indonesia. Mereka yang faham
sejarah Indonesia dan gerakan-gerakan Islam, akan tersenyum kecut atas arus
itu, sambil garuk-garuk kepala.
Al-Faqir juga tidak gelisah, karena kok bisa Aswaja
diartikulasikan begitu ya? Bisa dong, karena kalau seorang Nahdliyin tidak
mengenal konsep an-Nahdliyah yang menyandingkan Aswaja NU dengan dunia baru,
bangsa, kemanusiaan, dan kekuatan sosial riil di Indonesia, memang bisa
terjerumus ke arus daulah islamiyah. Aswaja dan kitab kuning an sich
menyediakan bacaan-bacaan daulah islamiyah juga, di samping bacaan-bacaan yang
mencerahkan, karena referensi kitab kuning di kalangan Aswaja memang disusun
pada abad tengah tatkala masyarakat Muslim ada dan hidup pada zaman kekhilafahan
dan kesultanan Islam.
Arus mereka ini memberikan fondasi lahirnya generasi baru
daulah islamiyah di tubuh NU. Dan, lagi-lagi kalau berpikir secara pribadi
bilcuek, al-Faqir sendiri tidak gelisah. Seperti itu tadi, mereka tidak akan
pernah besar di dalam sistem sosial-politik di Indonesia, karena bekalnya untuk
mengarungi samudra luas dan dalam di Indonesia yang kompleks ini, hanya dengan
satu perspektif kitab kuning semata, dan itu memperlemah mereka; dan
ketidakmampuan membaca sistem sosial dan sejarah politik di Indonesia, juga
titik lemah arus ini.
Kalaupun mereka bisa membesar dan bermetamorfosis menjadi
memperjuangkan daulah islamiyah di kalangan NU, apalagi kalau sampai
bersenjata, toh mereka dengan sendirinya akan menghadapi kekuatan TNI-Polri.
Kalau sudah begitu, bukan hanya Ust. Idrus, Gus Najih, dan Gus Luthfi dan
lain-lain tokoh yang dipampang dan dijadikan pemukul di NU Garis Lurus akan
menggali lubangnya sendiri. Lagi-lagi, ini kalau al-faqir berfikir untuk diri
sendiri dan bilcuek saja, mencermati arus daulah islamiyah di tubuh NU ini
menjadi tidak menarik, dan kadang-kadang membuang waktu saja.
Akan tetapi al-faqir menjadi gelisah kalau berfikir tentang
NU ke depan, sebagai bagian dari komunits Nahdliyin. Arus seperti Gus Najih,
Gus Luthfi, dan Ust. Idrus yang dipampang dan menjadi pemukul di NU Garis
Lurus, akan meletakkan fondasi bagi arus Daulah Islamiyah di NU vis a vis
negara Pancasila, meskipun itu dibungkus dengan halus dengan cara apa pun,
dengan kitab-kitab kuning dan lain-lain. Kegelisahan al-faqir bukan terletak
akan besarnya mereka mempengaruhi NU; juga bukan karena terletak hebatnya
mereka mengusai kitab kuning; dan juga bukan terletak pada betapa shuhbah-nya
mereka dengan kalangan arus daulah islamiyah lain, seperti shuhbah-nya Kyai
Idrus dengan Adian Husaini dan kalangandaulah islamiyah lain; dan shuhbah-nya
Gus Luthfi Bashori dengan kalangan yang memperjuangkan arusdaulah islamiyah di
Indonesia; dan sementara mereka memusuhi orang-orang yang benar-benar NU,
seperti Gus Dur, seperti dilakukan Ust. Idrus Ramli. Bukan terletak pada itu
kalau al-faqir gelisah.
Kegelisahan al-faqir justru terletak pada efek dari apa yang
dilakuan NU Garis Lurus ini merembet ke kyai-kyai lain yang diprovokasi dengan
purifikasi Aswaja itu. Ditambah, para guru di kampung-kampung ini tidak
memiliki cara pandang di mana posisi mereka di tengah arus perubahan dan arus
kelompok yang memanfaatkan ide-ide itu di Indonesia. Pada sisi lain, mereka
sendiri tidak merepresentasikan kekuatan sebenarnya di dalam arus perubahan di
Indonesia, karena hanya mengandalkan kitab kuning dan selebari dari seminar ke
seminar, terutama untuk kasus Ust. Idrus Ramli; dan kalau sudah ada dalam
posisi itu, mereka tidak akan bisa memandu bangsa Indonesia, karena mereka
sudah menempatkan diri sendiri dalam pagar yang dibuatnya sendiri. Yang terjadi
justru mereka akan terjebak untuk memusuhi orang-orang NU sendiri, dan
mujahid-mujahid yang mengangkat derajat masyarakat NU.
Jadi, ibarat ayam jago, NU Garis Lurus berkokok di siang
hari, prematur. Padahal arus perubahan sesungguhnya di Indonesia terletak pada
basis kekuatan ekonomi, pengetahuan-pengetahuan baru termasuk teknologi, dan
kepemilikan senjata (diprepresentasikan oleh TNI). Dapat diduga dengan tidak
memiliki basis ini, mereka akan tersingkir dengan sendirinya dalam arus
perubahan. Akan tetapi kampanye mereka bisa meninabobokkan kyai-kyai di kampung
untuk meneruskan dan memperjuangkandaulah islamiyah. Efeknya, kyai-kyai di
kampung itu kalau tidak bisa direm akibat provokasi mereka, akan
bermetamorfosis menjadi seperti Ajengan Masduki yang berkultur Islam tradisi
yang masuk NII, vis a visnegara Pancasila. Mereka akan menggali kubur untuk
para kyai-kyai NU di kampung dengan dalih dibungkus Aswaja lurus, yang
sejatinya akan bermetamorfosis menjadi vis a vis dengan negara Pancasila dan
UUD 45.
NU Garis Lurus dengan sendirinya bisa dibaca sedang
menjerumuskan kyai-kyai Nahdliyin di kampung-kampung ke dasar yang dalam
melawan negara Pancasila, secara sadar atau tidak. Padahal para penggerak NU
Garis Lurus yang anonim itu, dan tokoh-tokoh yang ditampilkannya untuk
memprovokasi bisa saja beralih haluan, karena mereka kelas menengah santri
pesantren di NU. Akan tetapi kyai-kyai NU di kampung yang tidak memiliki akses
politik, ekonomi, dan media, dan telah terprovokasi akan masuk jebakan. Kalau
sudah begitu mereka tidak bisa lari lagi kalau sudah tersudut dan disudutkan.
Sementara arah percaturan global dan nasional tidak dipahaminya; tidak bisa
ditebak dengan garis lurus, dengan kacamata kuda.
Telah benderang, kalau yang punya senjata marah, Baasyir
saja bisa dicokok, apa belum menjadi bukti, padahal Baasyir itu punya asykar
dan berlatir militer; dan Kartosoewirjo saja hancur apa belum menjadi ibrah.
Melasnya, para guru kita, yaitu kyai-kyai NU di kampung yang tidak pernah
belajar militer dan tidak memiliki asykar, tetapi diprovokasi menjadi berani
lantang membusungkan dada: kami pejuang syariat Islam akan melawan thaghut
Pancasila, inilah NU Lurus.”
Dari sudut inilah al-faqir betul-betul gelisah, arus daulah
islamiyah akan menjadi fondasi menggali kubur kyai-kyai NU di kampung-kampung
berhadapan dengan negara Pancasila dan UUD 45, sambil kelompokdaulah islamiyah
lain di luar NU riang bertepuk tangan, karena mereka menyaksikan kyai-kyai NU
mendapat gilirannya. Bukanlah mereka ini juga punya dendam kepada NU yang ikut
terlibat dalam negara Pancasila dan ikut mengubur NII? Hanya orang yang bukan
NU, atau semata berkedok NU, yang tidak memiliki rasa welas kepada kyai-kyai NU
di kampung, yang notabene adalah guru-guru kita sendiri.
Aswaja Minus an-Nahdliyah
Dari sudut an-Nahdliyyah, arus daulah islamiyah di dalam NU
Garis Lurus dan serapahan-serapahannya kepada tokoh-tokoh yang mendedikasikan
hidupnya untuk NU, perlu dilihat kembali. Memang Aswaja bisa saja dipeluk oleh
berbagai kelompok. Di Indonesia, Aswaja yang Syafi`iyah saja, di antaranya ada
NW, al-Washliyah, Perti, dan lain-lain. Akan tetapi jelaslah bahwa setiap
Aswaja belum tentu NU. Padahal setiap orang NU mesti dan harus berpijak untuk
kepentingan NU dan masyarakatnya di tengah sistem sosial dan arus perubahan
yang ada di Indonesia. Dalam hal itu, gagasan bukan semata untuk gagasan.
Tetapi sejauh mana gagasan itu mampu bisa digunakan untuk membantu dan
mengangkat derajat orang Nahdliyin, dengan optik luas dan jauh ke depan, yang
kadang harus meliuk-liuk, tidak sekadar garis lurus.
Dari sudut an-Nahdliyyiah juga, setiap orang yang merasa
menjadi NU terikat oleh keputusan-keputusan yang dilahirkan oleh organisasi NU
kalau dia ingin membawa nama NU dan Nahdliyin, termasuk hasil-hasil Bahsul
Masail NU, keputusan Khittah NU, dan lain-lain. Kalau ada orang NU yang justru
mengampanyekan daulah Islamiyah, sebagaimana dalam NU Garis lurus yang
mengatasnamakan NU dan bersebarangan dengan jamiyah NU yang telah menganggap
NKRI final dan Pancasila syah sebagai dasar negara, jelaslah perlu diberi
teguran. Bahkan dalam berbagai hal lain, tampak bersebarangan secara frontal,
maka dapat diposisikan bahwa orang seperti ini dapat dipertanyakan dari sudut
an-Nahdliyahnya, walaupun bisa saja dianggap syah secara Aswaja, karena memang
Aswaja bukan NU saja.
Dari sudut an-Nahdliyah, juga perlu dilihat bahwa Aswaja
diterapkan dalam kondisi dan konteks di Indonesia, berliku-liku dan
berbelok-belok. Dari sudut ini, kalau menganggap bahwa NU lurus itu seperti NU
Garis Lurus atau seperti Gus Luthfi, Ust Idrus, dan Gus Najih dan tokoh lain
yang menjadi pemukul di NU Garis Lurus misalnya, maka yang lain dianggap
sebagai bengkok. Padahal justru NU Garis Lurus itu yang tidak memahami sejarah
NU yang berbelok-belok, dan karenanya NU Garis Luruslah seben arnya yang
menyempal dari tradisi sejarah NU. Sebab dalam perjalanan sebuah bangsa,
berjalan lurus itu bisa saja menjadi seperti kuda, kepala batu, dicucuk
hidungnya, pakai kacamata tebal, nggak boleh noleh kanan dan kiri, alias tidak
canggih dalam melihat keadaan; dan sejarah NU itu jelas berbelok-belok seiring
dengan situasi sosial dan politik.
An-Nahdliyyah juga berarti al-ukhuwah an-Nahdliyyah,
melengkapi al-ukhuwah al-Islamiyah, al-basyaraiyah dan al-wathaniyah, dan ini
penulis usulkan dimasukkan sebagai nilai-nilai yang mesti dihidupkan di
kalangan NU. Dengan ini, memusuhi secara frontal orang-orang yang benar-benar
hidupnya didedikasikan untuk masyarakat NU, seperti Gus Dur, Gus Mus, KH. Said
Aqil Siraj, NU Garis Lurus benar-benar perlu dipertanyakan dari sudut Ukhuwah
Nahdliyah-nya. Karenanya, patut dipertanyakan ke-NU-annya, meskipun mereka
mungkin telah membungkusnya dengan Aswaja.
Beberapa tokoh yang dijadikan sebagai pemukul di NU Garis
Lurus, tampaknya salah mengira dan menakar diri terlalu tinggi, karena sering
diundang seminar ke sana kemari dan telah menjadi selebriti. Hanya karena
kepintaran dan kecerdasan mengutip kitab-kitab kuning, tidak cukup. Bukankah
kepintaran yang demikian tidak berbading lurus dengan seberapa besar orang yang
membela dan menjadi pengikutnya; dan tidak berbanding lurus dengan mesti
mendapat ridha Allah dan para masyayikh NU yang telah meninggal. Kalau dengan
kepintaran itu, lalu digunakan semaunya justru untuk menghantam orang-orang NU
sendiri, seperti pemukul yang ditampilkan NU Garis Lurus, Ust Idrus yang
menyesatkan KH. Abdurrahman Wahid dalam sebuah video yang diunggah, al-faqir
tersenyum kecut.
Bukankah Lebih baik berdiksusi dalam keluarga besar
Nahdliyin, dimana letak hal-hal yang bisa dipandang sama dan di mana letak yang
tidak bisa sama, harus saling dihormati, sebagaimana Mbah Bishri menghormati
Mbah Wahab meskipun tidak sepakat dalam hal-hal tertentu. Akan tetapi kalau
sudah melangkah seperti itu, menyesatkan KH Abdurrahman Wahid; menganggap Gus
Mus sebagai pion pesantren liberal; dan menghantam secara frontal dan kasar KH.
Said Aqil Sirajd, dan lain-lain al-faqirbenar-benar kecut. Bayangkan,
orang-orang daulah islamiyah di luar NU sendiri tidak ada yang sefrontal itu
terhadap tokoh-tokoh kita ini, tetapi para pemukul dari kalangan NU sendiri
mengumbar kepintaran itu menjadi kebodohan yang menjerumuskan.
Konteks Global dan Lokal
Arus daulah islamiyah di kalangan NU ini juga bisa dilihat
dengan melihat konteks global dan lokal. Penting ini dilihat, meskipun bisa
saja mereka yang menjadi pemukul dalam NU Garis Lurus berargumentasi bahwa yang
dilakukannya sebagai wacana ilmiah, tidak ada kaitannya dengan hal-hal yang
al-faqir bicarakan itu. Kalaupun ini dianggap benar, posisi ini justru
menempatkan mereka dalam arus kenetralan pengetahuan, seakan steril dan sebagai
murni kegelisahan individual. Padahal madzhab seperti ini dipegangi kaum positivistik
di kalangan dunia barat, disenangi kaum liberal barat. Sementara mereka sendiri
melawan Islam liberal, jadi tampak kenaifannnya di titik ini. Belum lagi mereka
memiliki proyek pemurnian Aswaja yang di kalangan gerakan pemurnian saja, ini
sudah terbukti gagal, adalah titik kritis lain. Oleh karena itu, dapatlah
dibaca, mereka secara sadar atau tidak, dengan kenaifan-kenaifannya,
keterbatasan-keterbatasan bacaannya tentang Indonesia dan dunia, justru berani
dengan lantang digambarkan NU Garis Lurus, akan meetakkan fondasi bagi jalan
daulah islamiyah di NU, di tengah situasi yang komplek di aras global dan
lokal.
Penting kemudian melihatnya dari sudut konteks global dan
local munculnya arus daulah islamiyah di NU. Dalam konteks global, di timur
tengah sedang gencar-gencarnya terjadi tragedi negara-negara yang akan
mengalami kemunduran drastis dalam beberapa generasi ke depan: Suriah, Irak,
Mesir, Lebanon, Suriah, Palestina, dan lain-lain. Di Suriah dan Irak,
orang-orang Sunni yang terjebak dalam pusaran wilayah yang dikuasai kelompok
petempur salafi-wahhabi justru yang menjadi korban: dari kalangan
salafi-wahhabi mereka tidak akan dipercaya, karena mereka bukan wahhabi; dan
dari negara nasional Irak Suriah, mereka dianggap membantu ISIS. Padahal
sejatinya yang bertempur adalah negara-negara nasional yang sedang berubah
karena dua poros bertarung antara Arab Saudi dkk melawan poros Iran untuk
memperebutkan pengaruh politik, dan penataan ulang penguasaan ulang gas-gas
bumi; dan AS- Rusia di poros globalnya.
Permusuhan sektarian digunakan anasir-anasir yang ada dalam
peperangan ini oleh kampanye wahhabi-Saudi sebagai perang Sunni-Syi’ah.
Faktanya, justru orang-orang Sunni seperti Syaikh Ramadhan al-Buti mendukung
negara nasional, di dalam pemerintah nasional Suriah, dan terbunuh oleh sebuah
bom yang dilakukan di masjid ketika ia mengajar; dan orang-orang Sunni di Irak
mendukung pemerintah nasional Irak dari kalangan Kurdi, Turkmen, dan Arab,
kontras dengan kampanye yang disebarkan kaum salafi-wahhabi di Irak bahwa Sunni
melawan Syiah atau Syiah melawan Sunni. Faktanya, pemerintah nasional di Suriah
dan Irak sedang bertempur dengan pemberontak yang didukung awalnya oleh
negara-negara tetangga; dan yang mendukung pemerintah nasional mereka itu
banyak sekali dari kalangan sunni.
Melihat konteks lokal, ada dua hal penting: pertama, di
Indonesia arus NII formal telah pupus, tetapi anak cucu mereka dalam beragam
faksi masih terus muncul; dan kelompok yang menginginkan negara Pancasila
diganti dengan negara Islam masih ada, baik yang terlibat dalam partai politik
ataupun yang tidak terlibat. Kelompok-kelompok ini, hanya akan mungkin bisa
berjuang lebih keras, manakala NU bisa ikut mendukung agenda negara Islam dan
khilafah. Di tengah situasi seperti ini, mereka menyadari bahwa berhadapan
secara frontal dengan kalangan NU, yang sudah banyak para aktivis, kalangan
terdidik, dan kiai-kiai canggih yang terintegrasi dengan negara Pancasila, akan
sangat kesulitan. Cara paling memungkinkan adalah bagaimana membentuk arus daulah
islamiyah di NU dari dalam NU sendiri, dengan memanfaatkan kitab kuning dan
Aswaja; bertujuan untuk mengiris NU.
Kedua, kekuatan sesungguhnya di Indonesia sebenarnya adalah:
kelompok perusahaan transnasional, tentara, Islam, dan nasionalis; sementara partai
politik hanya sebagai wujud tertentu dari pertarungan ini. Di kalangan Islam,
kekuatan bersenjata yang ingin menabalkan arus daulah islamiyah telah
dilumpuhkan secara meyakinkan dengan hancurnya NII pada 1962. Kelompok NII baru
dalam generasi teroris dan lain-lain, hanya sebagai riak-riak yang tidak akan
pernah menjadi arus besar daulah islamiyah. Dari sudut ini, yang tersisa dari
kekuatan arus Islam adalah kekuatan gagasan yang muncul dari Islam, sementara
kekuatan ekonomi dan politik telah lemah, hancur.
NU dalam hal itu memiliki potensi kuat secara ekonomi,
pendidikan, dan gagasan. Kuat secara ekonomi dan pendidikan, karena NU
mendukung negara nasional Pancasila dan memungkinkan ia terlibat dalam proses
membangun dan memperoleh manfaat dari pembangunan. Kalau mau jujur, sebenarnya
kekuatan NU itu hanya tinggal dari sudut kultural-pesantren, kemungkinan besar
membangun jaringan ekonomi-pendidikan, dan munculnya lapisan terdidik yang
luas. Dengan kekuatan NU seperti ini, kelas terdidik NU akan memungkinkan mengkonsolidasikan
basis ekonomi, gagasan pengetahuan, gerakan sipil, politik, pendidikan, dan
lain-lain, dan ini akan mengganggu kemapanan basis lama kekuatan sosial di
Indonesia, termasuk mengejutkan mereka yang memiliki senjata.
Dalam situasi dan konteks itu, cara melemahkan NU secara
mudah adalah dengan memanfaatkan basis pengetahuan NU sendiri, yaitu
menghidupkan anasir garis keras di tubuh NU untuk memecah konsentrasi NU yang
konsen di dalam negara Pancasila dan turut serta dalam membangun, menghormati
Pancasila, dan UUD 45. NU harus berurusan dengan hal-hal laten sektarian, dan
perang gagasan kembali, tentang Syiah, Ahmadiyah, dan sejenisnya, sehingga
tidak sempat mengonsolidasikan kekuatan ekonomi dan kekuatan-kekuatan lain
dalam arus pembangunan nasional. NU dan lapisan terdidiknya harus dikembalikan
ke kandang, diisolir, dipukul, dan pariahkan kembali agar mengurus perang
sektarian.
Dengan melihat hal-hal demikian, dapat dijadikan
pertimbangan:
Mereka memiliki jejering dengan kalangan arus dulah islamiyah
di luar NU yang tidak di-jahr-kan kepada publik, dan ini sebenarnya mudah saja
bisa dibaca, dari shuhbah-nya para pemukul yang ada di NU Garis Lurus dengan
para aktivis daulah islamiyah di Indonesia.
Para aktivis daulah islamiyah di Indonesia, banyak
bersentuhan, bertimbalbalik, dan bahkan ada yang diilhami oleh gerusan-gerusan
pengetahuan salafi wahhabi, meskipun secara formalnya mereka membangun
pengetahuan anti wahhabi di NU, yang melihat pertarungan global di Timur Tengah
sebagai perang antara Syiah dan Sunni. Dalam titik ini, NU Garis Lurus
berpotensi membuat kekaburan-kekaburan fenomena di Timur Tengah sebagai
hancurnya negara-negara nasional di Irak dan Suriah melawan para pemberontak,
diubah menjadi persoalan sektarian. Mereka ingin menjadikan Indonesia adalah
bagian dari pertempuran di Timur Tengah, dan NU Garis Lurus menyediakan kayu
bakar itu di kalangan Nahdliyin, yang rujukan-rujukan pembenarnya bisa dicari
dari kitab kuning.
Untuk proyeksi demikian, mereka tentu melihat sulitnya
melakukan itu di NU, karena NU sudah terintegrasi dengan Pancasila dan UUD 45,
sehingga kader-kader NU menjadi nasionalis, dan jumlah kadernya begitu banyak.
Untuk memukulnya, mereka mengamputasi Islam liberal sebagai biang kerok, dan
stigmatisasi yang terus menerus; dan pada saat yang sama IsIam liberal dan Ulil
sendiri membuat blunder. Dengan serampangan mengikuti arus daulah Islamiyah
lain, sebagaimana tergambar dalam NU Garis Lurus, mereka member cap Islam
liberal kepada tokoh-tokoh NU yang harus disingkirkan; dan manakala tokoh-tokoh
NU dan anak-anak muda NU memperjuangkan anti kekerasan sektarian, dianggap
membela Syiah, Ahmadiyah, membela thaghut Pancasila, dan lain-lain. Padahal
mereka yang mendaku Islam liberal itu hanya beberapa gelintir orang yang dikomandani
Ulil Abshar Abdalla, dan itu tidak ada kaitannya dengan NU, karena tidak
berkaitan dengan baom atau lembaga di NU. Gus Mus dan Gus Dur diperluas dengan
cap itu. Turunan dari ini, kalau mereka sudah tidak bisa menganggap orang lain
sebagai Islam liberal, akan keluar dengan serangan komunis masuk NU, dan
lain-lain atau yang sepadan. Dari sudut ini, mereka mencapai tujuan antaranya,
yaitu keserampangan ini merepotkan para aktivis NU yang dianggap mereka
liberal, yang sebenarnya adalah lapisan terdidik di kalangan NU, dan yang
jelas-jelas bukan bagian dari Islam liberal dan bukan komunis. Tujuan akhirnya
adalah akan memperlemah konsolidasi Nahdliyin untuk ikut terlibat dalam proses
pemberdayaan masyarakat NU dan membangun bangsa Indonesia; memisahkan masyarakat
Nahdliyin dengan Pancasila dan UUD 45, yang menganggap setiap warga negara sama
di hadapan hokum; dan mengembalikan generasi Nahdliyin ke titik bawah lagi.
Dari sudut ini, sadar atau tidak, mereka memanfaatkan
orang-orang yang bisa digunakan untuk memukul NU sendiri di jantungnya; bahkan
dimanfaatkan orang tanpa memanfaatkannya secara langsung, dengan megalomania
cita-cita daulah islamiyah-nya. Mereka yang kritis dan mengkaji sejarah siapa
di belakang kelompok-kelompok daulah islamiyah di Indonesia pasca NII hancur
tahun 1962; dan siapa di belakang HTI yang seakan-akan di muka pro-khilafah
tapi di dalam dibelokkan menjadi ormas didaftarkan ke Depdagri dan mengakui
Pancasila, tentu akan mudah memahami alur ini.
NU Garis Lurus yang tidak mencantumkan siapa sebenarnya
pengelola dan komunitas mana yang mengembangkan ini, justru memperkuat dugaan
demikian. Web ini berusaha memicu pergolakan internal NU dan dimanfaatkan oleh
orang tertentu, agar lapisan terdidik NU terus menerus mengurusi soal laten
percekcokan sektarian. Yang bisa dimanfaatkan untuk itu adalah figur-figur
seperti Ust. Idrus Ramli, Gus Najih, Gus Luthfi, dan lain-lain-lain. Dari
jantungnya sendiri, mereka menghantam orang-orang yang telah bertahun-tahun
berjuang untuk NU dan menegakkan muruah NU di jagad Indonesia dan dunia,
sepertu Gus Dur dan Gus Mus.
Al-Jadid dan al-Qadim
Kenaifan lain, juga bisa dirujuk dari filosofi NU,
al-muhafazhah alal qadim ashs-shalih wal akhdzu biljadidi al-ashlah. Dan
sebagaimana dinoktahkan dalam Khittah NU: “NU mengikuti pendirian bahwa Islam
adalah agama yang fithri yang bersifat menyempurnakan segala kebaikan yang
sudah dimiliki manusia. Faham keagamaan yang dianut oleh NU bersifat
menyempurnakan nilai-nilai yang baik yang sudah ada dan menjadi miliki serta ciri-ciri
suatu kelompok manusia seperti suku maupun bangsa, dan tidak bertujuan
menghapus nilai-nilai tersebut” (Khittah NU No. 3. ayat 3).
Fondasi yang diletakkan Khittah NU ini adalah nilai-nilai
yang berkembang di pesantren dan masyarakat NU yang membentuk watak
kemanusiannya yang menghargai kearifan dan tradisi lokal; Islam yangrahamtan
lilamain yang secara operasional dijabarkan oleh KH. Abdurrahman Wahid dengan
pribumisasi Islam; dan diungkapkan di pesantren dengan idiom al-muhafazhah `ala
al-qadim ash-shalih wal-akhdzu biljadid al-ashlah.
Tentu saja ada dimensi-dimensi baru yang mungkin dan bisa
kita terima dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Buktinya sendiri, NU
dalam Bahsul Masail untuk konteks maudhuiyah, telah membicarakan hal-hal baru,
seperti perempuan, nashbul imam dan demokrasi, lingkungan, Pancasila dan UUD
45, ekonomi kerakyatan, dan lain-lain. Meskipun tentu saja ada hal-hal baru
yang belum dijawab, di antraranya soal rekonsiliasi nasional, eksploitasi
pertambangan, monopoli waralaba-waralaba yang merambah sampai ke desa, pasar
bebas ASEAN, problem demografi, dan lain-lain.
Dengan menilik hal ini, maka jalan arus daulah islamiyah di
kalangan NU Garis Lurus ini sama sekali sekali bukan jalan alternatif yang baik
bagi generasi baru Nahdliyin. Mereka tidak memeberikan ruang dimensi al-ijad
biljadidi al-ashlah, dan terus menerus hanya berfikir al-muhafazhah ala
al-qadim. Untuk memantapkan itu, supaya kelihatan benar-benar NU, mereka anti
wahhabi dan ini sudah jelas.
Dengan mengikuti pola, arus argumentasi, dan arah yang
dikembangkan arus pemikiran NU Garis Lurus ini, efeknya akan memotong generasi
NU yang sudah terintragsi dengan negara bangsa, Pancasila dan UUD 45; dan ini
akan menempatkan generasi NU ke depan dalam kebuntuan-kebuntuan di tengah
kepungan sistem sosial yang serba canggih; akan menempatkan generasi NU sebagai
orang-orang asing di tengah perang bintang wawasan sosial, ilmu-ilmu sosial,
dan perkembangan-perkembangan yang baru; dan akan menjadikan anak-anak terdidik
NU sebagai gembel dan paria sosial.
Arus daulah islamiyah mereka ini hanya akan memberikan
jawaban dari kepintaran-kepintaran dalil kitab kuning, yang al-faqir sendiri
awalnya kagum, tetapi kemudian memandangnya naif. Al-Faqir kemudian menyadari
bahwa, jauh lebih penting dari kepintaran adalah kebijaksanaan, kelembutan,
kesopanan, inkisyaf, dan keberanian mensinkronkan yang baru dengan yang lama.
Yang merepotkan, mereka yang menjadi pemukul di NU Garis
Lurus ini tampak menikmati irama ketika di manaa-mana dianggap orang yang
sangat pintar, lihai mengutip kitab kuning dan bisa membabat Syiah, Ahmadiyah,
dan lain-lain itu. Meskipun, dalam penglihatan yang lebih luas; tanpa memiliki
kemampuan bagaimana mengatasi hubungan Islam dan negara nasional, Pancasila dan
UUD 45; tanpa kemampuan membaca sejarah kelompok-kelompok sosial dan
pertarungannya di Indonesia dan kepintaran melahap kitab kuning, justru
menjerembabkan masyarakat Nahdliyin, karena mereka tidak meletakkan jalan
keluar hidup bermartabat di dalam negara nasional Pancasila.
Mereka disulut untuk adu pintar dengan dalil dan melapangkan
arus daulah islamiyah. Tampaknya mereka puas di situ. Padahal pertarungan
sebenarnya untuk membela masyarakat Nahdliyin di tengah sistem sosial di
Indonesia bukan di situ. Inilah kenaifan NU Garis Lurus dan para pemukul yang
digunakannya.Idfin wujudaka fi ardhil humul dari Ibnu Athaillah as-Sakandari,
telah dilupakan, lalu dikenallah mereka sebagai orang-orang pintar melahap
kitab kuning. Tetapi para guru mengingatkan al-faqir bahwa orang pintar tidak
mesti seorang yang bijaksana, dan itu terang benderang.
Memainkan Untuk Muktamar NU
Munculnya NU Garis Lurus ini bersamaan dengan akan
diselenggarakannya muktamar NU di Jombang pada akhir tahun ini. Beberapa
pembacaan lain bisa dilakukan terhadap NU Garis Lurus dengan mempertimbangkan
beberapa hal. Mereka yang jeli akan melihat berita-beritanya mengarah pada arus
untuk menjatuhkan kalangan NU yang banyak bersentuhan dengan KH. Abdurrahman
Wahid (dan secara tidak langsung kepada KH. Achmad Shidiq), Gus Mus, KH. Aqil
Siradj, dan lain-lain yang benar-benar orang NU. Caranya bahkan sangat frontal
dan vulgar, termasuk dengan memanfaatkan sang pemukul, Ust. Idrus Ramli untuk
menyesatkan Gus Dur dan Bu Sinta Nuriyah Wahid yang betul-betul orang NU; dan
menuduhkan Gus Mus sebagai punggawa pesantren liberal. Pada sisi yang lain ada
berita-berita yang mengunggulkan dan memuji-memuji salah seorang tokoh yang
hendak mencalonkan Rais Am PBNU.
Dari situ, ada dua kemungkinan yang bisa dibaca: NU Garis
Lurus ini ada hubungannya dengan salah satu calon yang ingin mencalonkan
menjadi pimpinan NU itu, dan karenanya salah satu calon mengakumulasi seluruh
potensi perlawanan untuk menjatuhkan lawannya dengan cara-cara kotor,
serampangan, vulgar, dan forntal, sembari dia bersembunyi. Dalam pepatah, calon
ini lempar batu sembunyikan tangan. Akan tetapi karena berita-berita dan apa
yang dimuat di N U Garis Lurus lebih dalam dari sekadar untuk kepentingan
muktamar; lebih berkaitan dengan arus purifikasi Aswaja dan daulah islamiyah,
maka calon ini dengan sendirinya adalah bagian dari koneksi itu. Muktamar NU
hanya salah satu bagian di mana mereka akan bertarung dan mencoba peruntungan.
Kemungkinan lain, NU Garis Lurus ini tidak berhubungan
dengan salah satu calon, tetapi orang-orang yang mengelola NU Garis Lurus sadar
bahwa kepentingannya bisa bertemu dengan salah satu calon yang diunggulkan dan
dipuji-puji dalam berita-berita NU Garis Lurus, sembari menghabisi Gus Dur, Gus
Mus, KH. Said Aqil Siradj, dan lain-lain. Muktamar NU hanya menjadi salah satu
kanal saja, tetapi proyeksi yang sesungguhnya adalah meresahkan masyarakat NU,
membentuk arus daulah islamiyah di tubuh NU, dan menjadikan generasi Nahdliyin
sibuk berurusan dengan soal-soal sektarian.
Al-faqir semakin yakin bahwa hanya orang luar NU yang benci
dan faham tentang pertarungan sosial; yang mampu melihat kekuatan NU, dan yang
tahu kelemahannya pula, yang akan bisa merepotkan NU, dan mengerjai NU,
termasuk dengan memanfaatkan orang NU sekalipun. Kalau seseorang mengaku NU
tentu akan mengutamakan ukhuwah Nahdliyyah, kasih sayang, dan saling
menghormati, karena setiap usaha akan diserahkan pada Allah dan kebaikan
jamiyah.
Sementara jelas, NU Garis Lurus dan para pemukul yang
ditampilkannya, seperti Ust. Idrus, Gus Najih, Gus Luthfi, dan mungkin tokoh
lain asyik berfantasi tentang gagasannya, melahap kitab-kitab kuning, pada saat
yang sama mereka menyediakan kuburan yang dalam untuk kyai-kyai kampung yang
tidak memiliki akses apa-apa dalam pertarungan sosial di Indonesia; dan
masyarakat awam NU ke dalam arus daulah islamiyah tanpa tahu mereka ada dalam
posisi mana dalam pertarungan ini.
Lagi-lagi, kalau kyai-kyai kampung terprovokasi oleh apa
yang dilakukan arus NU Garis Lurus yang menyempal dari tradisi sejarah NU ini,
dan tidak bisa direm, lalu tersudut dan disudutkan dalam situasi sosial politik
yang runyam, mereka tidak bisa mengelak lagi dan tidak bisa lari lagi.
Mengerikan. Inilah bencana yang ditimbulkan oleh munculnya arus daulah
islamiyah yang diberi bungkus dengan Aswaja yang tidak an-Nahdliyah di kalangan
NU ini. Nama mereka adalah NU Garis Lurus. Wallahu alam. []
Tulisan ini sebelumnya dimuat di
http://santrigusdur.com/2015/04/masalah-pemurnian-aswaja-nu-garis-lurus/.
Kembali dimuat di Kampung Gusdurian ini demi penyebaraluasan gagasan.
/ http://arrahmahnews.com/2015/04/03/nu-garis-lurus/
Radikalisme Agama, Apa Penyebabnya?
Oleh: Husein Muhammad Alkaf*
Akhir-akhir ini perbincangan seputar radikalisme agama
menjadi topik yang paling hangat menyusul terjadinya berbagai kekerasan, ujaran
kebencian (hate speech), pembantaian dan penyembelihan manusia yang dilakukan
oleh atas nama agama. Sekelompok orang,sambil membawa simbol-simbol agama,
melakukan berbagai aksi antikemanusiaandi beberapa belahan dunia, termasuk di
Tanah Air. Dan yang sangat disayangkan dan menyedihkan, karena kebanyakan
pelakunya adalah muslim, saat publik membicarakan tentang radikalisme agama,
hampir pasti yang dimaksud adalah radikalisme Islam.
Padahal, di sisi lain, banyak pihak berusaha meyakinkan
kepada publik bahwa ajaran Islam sesungguhnya jauh dari segala bentuk
radikalisme. Kalimat-kalimat seperti “Islam adalah agama kasih sayang (rahmatan
lil alamin)” atau “kehadiran Nabi Muhammad saw. merupakan anugerah kasih sayang
(al-Rahmah al-Muhdâh)” sering diulang-ulang oleh para ulama. Namun, realitas
menunjukkan bahwa sebagian kelompok Islam justru pelaku utama kekerasan di muka
bumi, sehingga akibatnya, Islam diidentikkan dengan kekerasan, ujaran
kebencian, pembunuhan dan peperangan. Apakah gerangan penyebab kesenjangan ini?
Berbagai analisis bisa dikemukakan. Sebagian penulis akan
mengajak pembaca untuk melacak akar radikalisme dalam Islam ke sejarah masa
lalu. Namun dalam kesempatan ini, penulis mencoba untuk mengaplikasikan sebuah
teori psikologi,the theory of multiple intelligencesuntuk melacak sebab
munculnya radikalisme agama. Teori yang digagas oleh pakar psikologi Amerika,
Dr. Howard Gardner ini banyak diaplikasikan di berbagai pusat-pusat pendidikan
di Tanah Air.
Sebelumnya, perlu kami tegaskan bahwa yang dimaksud dengan
radikalisme dalam Islam adalah tindakan-tindakan kekerasan yang dilakukan oleh
sebagian muslim atas nama ajaran Islam; bukan kekerasan yang dilakukan karena
faktor ekonomi, politik, dan masalah sosial lainnya, meskipun sebagian
pelakunya muslim.
Dalam buku fenomenalnya Frame of Mind (1983) dan
Intellegence Reframed (2000),Dr. Howard Gardner menyebutkan delapan intelegensi
(kecerdasan) yang dimiliki manusia, yaitu kecerdasan logis-matematis,
visual-spasial, musikal, gerak-badan/kinestik, interpersonal, intrapersonal,
naturalis dan eksistensial. Dia berasumsi jika kecerdasan-kecerdasan ini
mendapatkan perhatian yang layak sehingga berkembang dengan baik, anak didik
akan menjadi manusia yang bisa dikatakan “ sempurna”.
Penulis meyakini, didasarkan pada sumber-sumber Islam, Nabi
Muhammad saw. adalah sosok yang dalam dirinya telah berkembang delapan
kecerdasan ini secara sempurna sehingga beliau menjadi sosok yang sempurna
(insan kamil) sehingga harus menjadi teladan tertinggi umat manusia (uswatun hasanah).
Dan konsekuensinya, ajaran yang dibawanya didekasikan untuk menciptakan
manusia-manusia yang sempurna. Oleh karena itulah agama Islam disebut sebagai
agama fitrah.
Yang menjadi persoalan kemudian adalah adanya reduksi dan
degradasi dalam pengajaran dan pengamalan agama Islam yang fitrah itu. Agama
Islam yang sejatinya dapat mengembangkan semua kecerdasan itu justru tidak
berkembang pada sebagian para pengikutnya. Masih banyak kecerdasan-kecerdasan
yang belum berkembang di tengah umat Islam.
Misalnya saja, dalam kecerdasan musikal, yaitu kecerdasan
yang mampu mengungkapkan emosi cinta lewat lagu, puisi, sastra dan musik.
Melalui kecerdasan ini manusia dapat mengeluarkan kesenangan dan kesedihan yang
menimpa dirinya, dan pada gilirannya dia akan merasakan ketenangan dan
kedamaian. Syair-syair, kata-kata puitis dan kasidah-kasidah pujian yang
digubah oleh para Sufi dalam mengungkapkan isi hati mereka telah menciptakan
ketenangan dan kedamaian hati; ayat-ayat Qur’an yang dibacakan dengan nada dan
lagu yang indah dan merdu oleh para Qori’ Mesir dapat menciptakan kenikmatan
dan ekstase bagi para pendengarnya; dan senandung duka dan derita (ma’tam) atas
kesyahidan Ahlul Bait telah meluluhkan hati dan menderaikan air mata para
pengikutnya. Semua itu merupakan jalur-jalur kecerdasan musikal, dan melepaskan
mereka dari jiwa yang sesak dan marah.
Namun, jalan untuk mencapai kecerdasan musikal ini justru
diharamkan oleh sekelompok umat Islam yang menganut paham Wahabiyah. Berbeda
dengan kaum Sufi dan Syiah, para pengikut Wahhabiyah mengharamkan segala bentuk
kesenian dan menganggap bid’ah pujian dan ma’tam. Karena itu, kecerdasan
musikal di tengah mereka tidak berkembang. Mereka tidak terbiasa mendengar
lantunan syair-syair pujian dan senandung-senandung duka. Bahkan mereka
mengharamkan pembacaan Qur’an ala Qori Mesir. Jalur-jalur kecerdasan ini telah
ditutup rapat. Karena itu emosi mereka meledak-ledak. Dada mereka telah sesak
dengan kebencian. Tidak kuat dengan itu, maka yang keluar dari mereka adalah
ujaran kebencian dan sikap permusuhan. Semua yang pernah berziarah ke Mekkah
dan Medinah tentu telah menyaksikan betapa dua tempat suci itu jauh dari
suasana yang tenang. Yang ada adalah teriakan para muthawwi’ yang berbunyi,
“Haram! Bid’ah! Musyrik!”
Andai dua tempat suci itu dikuasai para ulama al-Azhar dan
Syiah, bisa dipastikan yang akan terdengar di Haramain adalah ayat-ayat dengan
suara merdu Abdul Basith dan Qori lainnya, dan ruangan-ruangannya akan dipenuhi
dengan halaqah-halaqah zikir, kasidah pujian, serta senandang duka.
Kecerdasan-kecerdasan lain, juga bisa dianalisis dari sudut
pandang ini. Misalnya kecerdasan interpersonal yang dihambat oleh paham Wahabi
menyebabkan maraknya intoleran dan kekerasan terhadap orang-orang di luar
Wahabi. Kecerdasan bahasa, juga sangat berperan. Kita tahu kaum Wahabi selalu
berpegang pada teks dan menafikan pemaknaan yang melampaui teks. Hal ini
mengakibatkan munculnya generasi yang bersumbu pendek, langsung marah saat
melihat ada perbedaan penafsiran. Dan lain sebagainya.
Penelitian lebih lanjut tentang hal ini sangat penting untuk
dilakukan, untuk kemudian diaplikasikan dalam pendidikan di Tanah Air, demi
menjaga agar NKRI tidak runtuh akibat dihambatnya kecerdasan anak-anak bangsa
oleh paham Wahabi. Wallahu a’lam.
*penulis adalah alumnus Hauzah Ilmiyah Qom dan magister UIN
Sunan Gunung Jati Bandung
/ http://liputanislam.com/analisis/radikalisme-agama-apa-penyebabnya/
Kisah Fiktif Pengadilan AS Atas Tuduhan Iran Soal Serangan
Teror 11 September
Islam Times - "Sekarang ini ada puluhan kasus yang
melibatkan serangan teroris yang dibawa ke pengadilan AS selama bertahun-tahun
dengan penilaian standar yang telah dibuat terhadap Iran atas berbagai
serangan," terang Porter menjelaskan.
Pengadilan federal New York memerintahkan Iran untuk
membayar 10,5 miliar dollar AS atas ganti rugi korban 11 September 2001,
serangan teroris setelah Tehran menolak tunduk kepada tuntutan hukum yang
menuduh keterlibatan konspirasi dengan al-Qaeda.
Analis politik Timur Tengah, Gareth Porter Porter dalam
bincang-bincang dengan Radio Sputnik, Senin malam, 14/03/16, mengatakan,
"semuanya terdengar begitu akrab bagi saya, itu adalah hakim yang sama,
sama dengan ruang sidang di Manhattan pada tahun 2011, saat hakim menjatuhkan
putusan yang memungkinkan hal ini untuk terus diproses, keputusan yang merestui
gagasan bahwa Iran bisa diseret ke pengadilan atas dasar khayalan bahwa Tehran
terlibat dengan al-Qaeda pada serangan 9/11.
Namun, menurut Porter, klaim bahwa Iran memikul tanggung
jawab atas peristiwa 9/11 adalah fiktif belaka, jika tidak disebut bahwa
seluruhnya adalah delusional.
"Latar belakang itu benar-benar sebuah kisah sinting
dari aktivis anti-Islam, perakit serial, dan kisah Iran dengan peristiwa 9/11,
adalah nama artikel saya, dan itu apa yang mau dikatakan," terang Porter.
Menurut penyelidikannya, fakta menunjukkan bahwa kasus itu
ditampilkan atas perintah orang-orang dari sayap kanan ekstrim Islamophobia
dari spektrum politik.
"Tujuan nyata dari kasus ini diajukan oleh keluarga
korban serangan teror 9/11 adalah untuk memenangkan ganti rugi dari mereka yang
bertanggung jawab atas peristiwa 11 September," kata Porter. Namun, ia
meragukan alasan sebenarnya di balik kasus ini.
"Sekarang ini ada puluhan kasus yang melibatkan
serangan teroris yang dibawa ke pengadilan AS selama bertahun-tahun dengan
penilaian standar yang telah dibuat terhadap Iran atas berbagai serangan,"
terang Porter menjelaskan.
"Tidak ada peluang yang pernah mendapatkan uang untuk
keluarga."
Tujuan sebenarnya di balik kasus ini, menurut Porter, adalah
"untuk mempromosikan kebenaran sayap mitos politik tentang
Iran."
Porter menjelaskan, kurangnya proses adversarial yang tepat,
karena Iran tidak akan menyerahkan diri ke pengadilan kanguru, yang berarti
saksi tidak tunduk pada pemeriksaan silang, sehingga mereka dapat menyemburkan
dan menikmati fantasi sayap kanan.
"Ini adalah pengadilan politik, dorongan yang datang
dari orang-orang yang berharap kue tar pemerintah Iran dengan menyatakan bahwa
mereka adalah kekuatan di balik atau setidaknya terlibat dalam setiap serangan
teroris besar dari 20 tahun terakhir," kata Porter.
Dia berpendapat, pendanaan untuk percobaan ini berasal dari
sumber Islamophobia yang sama yang telah melakukan upaya publisitas terhadap
Iran, dan sekarang menggunakannya di pengadilan sebagai mimbar gangguan.
Ketika ditanya apa hubungan nyata antara Iran dengan
al-Qaeda dan hubungan nyata dengan Amerika Serikat pada peristuwa 9/11, Porter
mengakatakan, dalam beberapa tahun terakhir Departemen Keuangan AS telah
memutar narasi fiktif bahwa Iran terlibat dalam upaya al-Qaeda waktu peristiwa
9/11.
Pada kenyataannya, bahkan Iran sendiri menawarkan, pada
beberapa kesempatan, untuk melacak operator al-Qaeda di Timur Tengah dan,
menurut Porter, " Iran memiliki sekelompok operator al-Qaeda dan melakukan
penculikan di sepanjang perbatasan Afghanistan dan Iran, dan dipersiapkan untuk
bertukar informasi serta melakukan trading dengan para elemen al-Qaeda yang
ditangkap. Namun, menurut Porter, pemerintahan Bush, sengaja memberikan
punggung tangannya untuk kerjasama apapun dengan Iran, apakah mengenai
keterlibatan inteijen bersama atau perdagangan apapun.
Sementara pemerintahan Bush menyebarkan narasi palsu
mengenai operator al-Qaeda yang ditangkap oleh Iran dengan menuduh diizinkan
untuk melakukan operasi terhadap kepentingan AS, cerita sebenarnya yang justru
diubah menjadi sesuatu yang lain sama sekali.
"Ada seorang pejabat al-Qaeda peringkat tinggi yang
mengatakan bahwa kebijakan Iran dengan menangkap dan menahan para pejabat
al-Qaeda pada dasarnya telah menutup 75% peluang dan usaha mereka di wilayah
tersebut, Iran sebenarnya melakukan hal yang sangat sukses terhadap operasi
anti-teroris yang manfaatnya untuk Barat," kata Porter.
Pada akhirnya, semua tahu, bahwa Iran-lah yang justru
ditekan oleh al-Qaeda dan menawarkan kerja sama dengan pemerintahan Bush.
Sedangkan semua tahu bahwa 15 dari 19 pembajak adalah warga negara Arab Saudi
dengan mayoritas dana untuk entitas teroris berasal dari kerajaan Saudi.
Namun, posisi kebijakan AS selama dekade terakhir, melihat
Iran sebagai musuh utama, sementara AS merangkul Arab Saudi sebagai sekutu
setia. [IT/Onh/Ass]
/ http://islamtimes.org/id/doc/article/527620/
Fatimah dalam Konteks Kekinian
MAHDI-NEWS.COM | — Fatimah is Fatimah, kata Syariati.
Kehebatan dan kebesarannya tak mampu dilukiskan dgn kata. Tapi persoalannya,
apakah Fatimah sekedar romantika masa lalu? Apakah Fatimah hanya kenangan tempo
dulu? Apakah ajaran dan ujaran Fatimah sudah menjadi puing-puing sejarah?
Apakah Fatimah sudah menjadi isu yang usang dan tidak
relevan diangkat lagi ke permukaan? Apakah pola pikir dan pola sikap ala
Fatimah sudah ketinggalan zaman? Dan apakah ide dan gagasan serta pemikiran
Fatimah terkubur bersamaan dengan terkuburnya jasadnya?
Tidak! Fatimah bagai matahari yang senantiasa menyinari
kehidupan karena Fatimah adalah kehidupan itu sendiri. Fatimah adalah insan
kamil yang akal, hati dan jiwanya senantiasa hidup, tumbuh dan menyempurna,
meskipun fisiknya tampak kurus dan lemah, tapi keteguhan dan ‘azm (tekadnya)
melelehkan baja dan menghancurkan gunung yang perkasa.
Fatimah bukan perempuan manja dan berpikir simple/sederhana
dan gampang mengeluh saat terkena derita. Fatimah berpikir besar dan berbuat
besar dan baginya tiada yang lebih besar daripada Allah Yang Mahabesar. Maka,
kehidupan tanpa mengenal Fatimah dan mengamalkan nilai-nilai fatimiyyah adalah
kematian dan kegelapan.
Ya, Fatimah nyaris terlupakan dan terpasung oleh kebodohan
dan ketidakjelasan tujuan hidup kita. Di mana posisi Fatimah di antara deretan
artis dan tokoh nasional dan dunia yg kita kagumi?! Di mana Fatimah di antara
rak-rak buku kita?! Di mana Fatimah dalam doa dan munajat kita? Di mana kisah
Fatimah dalam dongeng yang kita ceritakan pada anak dan siswa kita? Di mana
pesan moral Fatimah dalam buku pelajaran kita?! Di mana Fatimah dalam umrah dan
haji kita? Di mana Fatimah saat kita berziarah ke makam ayahnya, Baginda Rasul?
Di mana Fatimah saat kita berhadapan dengan masalah? Di mana Fatimah dalam setiap
sisi hidup kita? Berhargakah Fatimah bagi kita? Hidupkah Fatimah dalam hati
kita? Dekatkah kita dgn Fatimah? Asingkah Fatimah bagi kita?
Di mana Fatimah dalam ritual dan majlis kita? Di mana dan di
mana…
Wahai para pecinta Zahra Mardhiyyah, beliau dengan tangan
kasar hingga kapalan, karena gilingan gandum, Fatimah mempersembahkan Lu’lu dan
Marjan, dua penghulu pemuda surga, lalu apa yang kau persembahkan bagi
masyarakatmu?! Dengan pendidikan Ilahiah di rumah sangat sederhana dan
perabotnya yang mudah diingat (karena saking sedikit dan tidak berharganya),
Fatimah menerbitkan cahaya Hasani dan Husaini serta Zainabiyyat dan mencetak
anak-anak serta keturunan terhebat dan teralim serta terbaik sepanjang masa.
lalu, kamu dengan kondisi ekonomi dan kehidupan serta tekhnologi yang lebih
baik daripada Fatimah, apa yang kamu cetak; apa yang kamu terbitkan; dan apa
yang kamu tanam?!
Dengan himpitan dan serangan badai persoalan yang
bertubi-tubi mendera dan menyanderanya, yang andaikan musibah hidupnya itu
ditimpakan pada siang bolong niscaya ia akan menjadi malam yang gelap gulita,
Fatimah tidak pernah stress dan depresi, dan dengan khusuk dan khidmat ia
membaca tasbih Zahra dan mengenangi mihrabnya dengan linangan air mata dan
teringat ayat, “wala saufa yu’thika Rabbuka fatardha”, lalu kenapa Anda
cengeng, stress dan galau hanya karena secuil dan sekerikil masalah, memangnya
itu masalah buat lu?!
Kenapa harus mengurung diri di kamar, kenapa harus murung;
kenapa semuanya harus urung; kenapa perut kita harus mules dan badan kita harus
lemes karena setitik dan setes problem yang terkadang sebab utamanya bukan dari
kita? Di mana spirit survive ala Fatimah?
Anda yang tak tahu menahu tentang Fatimah, tanyakan kepada
diri Anda kenapa Anda tidak tahu? Maukah Anda tidak tahu selamanya? Kenapa Anda
membiarkan ketidaktahuan dan kedangkalan pengetahuan Anda tentang Fatimah?
Sekarang juga bangkitlah, belilah buku tentang Fatimah, lalu bacalah dan
hayatilah! Kalau tidak punya uang, pinjamlah buku bertemakan Fatimah ke perpustakaan
atau teman Anda dan update-lah informasi tentang putri kecintaan Nabi saw ini!
Anda yang tidak pernah membaca tasbih, doa dan munajat Fatimah, mulai sekarang
jadikan salah satu doa Fatimah sebagai menu baru doa Anda!
Anda yang sudah merasa tahu dan dekat dengan Fatimah,
tunjukkan bukti kedekatan Anda! Apakah Anda yakin bahwa pola pikir dan pola
sikap Anda jauh lebih baik daripada orang-orang yang tidak atau kurang
mengenalnya?! Apakah Anda rajin mendoakan tetangga dan saudara seiman
sebgaimana yang ditradisikan Fatimah, Al jar tsumma al dar?!
Wahai Fatimiyyun ( orang-orang yang merasa berafiliasi
dengan Fatimah), terutama kaum hawa, di mana Iffah zahraiyyah (Fatimah
menggunakan hijabnya ketika bertemu dengan pria buta)?! Kenapa kalian dengan
gampang dan teledor membuka hijab dan mempertontonkan aurat kalian (rambut dan
bagian yang mesti tertutup) kepada pria-pria yang masih melek dan mencicil?!
Pantaskah kalian masuk di Madrasah Az Zahra dengan sikap seperti ini?!
Saat Fatimah ditanya, apa yang terbaik bagi kaum wanita,
beliau menjawab, pria tidak melihat wanita dan begitu juga sebaliknya. Lalu
kenapa kalian dengan begitu gampang bertemu dengan non-muhrim dan bersenda
gurau tidak pada tempatnya?! Kenapa di pesta dan pelebagai acara wanita-pria
berbaur tanpa batas dan nilai-nilai iffah ditinggalkan?!
Saat hari pertama pasca pernikahan dengan Fatimah, Nabi saw
bertanya kepada Sayyidina Ali, bagaimana kau menilai Fatimah? Ali menjawab,
Ni’mal ‘aun fi tha’atillah ( sebaik-baik penolong dalam ketaatan kkepada
Allah). Maka, wahai para istri, sudahkah kamu menjadi sahabat dan penolong
terbaik bagi suami kalian dalam mendekatkan diri kepada Allah?!
Pernakah kalian mengajak suami kalian berdoa dan bermunajat
serta tadarusan bersama?!
Sudahkah kalian mengurusi suami kalian dengan baik dan
ikhlas?!
Saat Fatimah wafat, Ali- dengan derai air mata yang
membasahi pipi–secara emosional dan menyentuh berujar: :Aku serahkan amanat dan
titipanmu ya Rasul saw sesuai dengan perintah dan pesanmu, tanpa cela dan cacat
secara spiritual dan moral. Aku rela padanya dan dia pun rela padaku.”
Maka, wahai para suami, sudahkah kalian menjaga istri kalian
dengan sebaik mungkin?! Apakah lisan kalian tidak menyakiti istri? Apakah
tangan kalian tidak gampang melayang dan mulut kalian tidak memaki hanya urusan
sambel kurang pedes, kopi kurang pahit dan masakan kurang lezat?! Apakah kalian
dapat menjaga amanat Ilahi yg besar ini, mitsaqan ghalizha (janji agung)?!
Apakah perilaku kalian memuaskan istri kalian?! Apakah rumah
tangga kalian benar-benar menjadi madrasah yang saling asah, saling asih dan
saling asuh?! Apakah kalian para suami hanya memposisikan sebagai guru dan
tidak mau jadi murid (tidak mau belajar dan menerima kritik)?! Apakah kalian gengsi
menerima saran dan tegoran serta kritikan istri yang membangun?! Apakah cinta
kalian thdp istri tulus alias for nothing or because something?!
Dan akhirnya, hari ini kita memperingati Milad Fatimah az
Zahra, tgl 20 Jumadil Akhir. Kelahiran Fatimah berarti kelahiran cahaya dan
terbitnya hidayah. Mentari Fatimah terbit dan tdk pernah tenggelam dalam hati
pencintanya. Dosa dan kebodohanlah yang menenggelamkan kita dan kemudian
menjauhkan kita dari bahtera Fatimah. Kelalaian kitalah yang membuat warisan dan
pustaka Az-Zahra terabaikan dan terlupakan.
Tidak cukup hanya mengatakan, aku pecinta atau keturunan
Fatimah tanpa disertai usaha serius menapaktilasi jalan dan gagasan Fatimiyyah
serta menyuntikkan semangat dan gelora Fatimi dalam setiap derap langkah kita
dan setiap mengambil keputusan yang kita ambil.
Cinta Fatimah tanpa makrifat dan upaya meneladani dan
mengikuti, serta keharmonisan langkah pecinta dan yang dicintai adalah omong
kosong dan spt pepatah tong kosong nyaring bunyinya. Berapa kali Anda merayakan
Milad Fatimah?! Lalu apa hubungan milad ini dengan hutang yang blm Anda bayar,
padahal Anda punya uang lebih?! Apa benang merah milad ini dengan akhlak buruk
yang masih menjadi ciri khas Anda?! Memperingati Milad Fatimah, tapi sholat
tidak tepat waktu, bahkan terbiasa meng-qadha sholat, kok bisa?!
Milad Fatimah, tapi mulutnya tetap menyakiti orang lain, kok
bisa?! Milad Fatimah, tapi anak-suami atau istrinya tidak puas dengan sikapnya,
kok bisa?! Milad Fatimah, tapi kurang peduli dengan sesama, kok bisa?! Milad
Fatimah, tapi bakhilnya minta ampun, kok bisa?!
Bila manusia selembut dan sedahsyat Fatimah belum mampu
mengubah Anda, siapa gerangan yang mampu mengubah Anda?! Apa artinya Milad ini
kalau tidak disertai perubahan dari yang buruk menjadi baik, dari yang baik
menjadi lebih baik, dan dari yang lebih baik menjadi yang terbaik. Bila hari
ini sama dgn hari kemarin itu kerugian dan kebodohan, demikian kata Sayyidina
Ali.
Marilah peringatan Milad Fatimah kita jadikan momentum
evaluasi diri dan introspeksi diri bahwa Fatimah telah memberikan segalanya
bagi kita, lalu apa yang kita berikan kpd beliau?!
Kisah hidup dan nilai yang ditawarkan oleh az Zahra harus
selalu menjadi inspirasi kehidupan kita. Jadi, Milad ash Shiddiqah ath Thahirah
Fatimah az Zahra yang sebagian merayakannya sebagai hari wanita sedunia tidak
hanya disimbolkan dengan pemberian bunga thdp orang-orang yang kita cintai,
seperti ibu, saudari, istri, dan putri kita, tapi lebih daripada itu bagaimana
kita mampu mentransfer akhlak Fatimiyyah dalam diri kita sehingga membuat
orang-orang di sekitar kita berbunga-bunga. Dengan, kata lain menperingati hari
kelahiran Fatimah bermakna mentransformasi diri biasa menjadi luar biasa; diri
kurang menjadi lengkap dan sempurna. Di samping itu, kita juga perlu
merekontruksi bangunan pola pikir dan paradigma kita dgn kontruksi pola pikir
ala Fatimah. Karena biasanya kegagalan mengubah pola sikap itu didahului atau
dilatarbelakangi kegagalan mengubah pola pikir. Dan kegagalan melakukan
transformasi (perubahan) di dua sisi tersebut menyebabkan Fatimah yang begitu
terpuji dan tersanjung dalam teks/ literatur keagamaan justru terpasung oleh
pengikut dan pencintanya sendiri.
Terakhir aku ucapkan Salam kepadamu wahai putri Nabi saw di
saat engkau dilahirkan, Salam kepadamu saat engkau mengorbankan segalanya demi
Kebenaran, Salam kepadamu saat engkau wafat dalam keadaan syahid dan didzalimi
dan salam atasmu saat dibangkitkan nanti untuk memberi syafaat kepada pengikut
dan pecintanya.. Ya Wajihataan Indallah, Isyfa’i Lanaa Indallah
Oleh : Abuthalib Husein Almuhdar
/ http://www1.mahdi-news.com/2016/03/29/fatimah-dalam-konteks-kekinian/
Massa Intoleran Bangil Berusaha Bubarkan Acara Keagamaan
Kelompok intoleran berusaha membubarkan acara keagamaan yang
dituding sebagai acara Syiah
MAHDI-NEWS.COM | — Selang beberapa jam setelah Presiden Joko
Widodo memberikan instruksi khusus kepada Polri untuk menindak tegas pelaku
intoleransi, dan SARA, pagi ini Jumat 1 April 2016 sekelompok massa intoleran
menggeruduk acara keagamaan.
Mereka mendatangi dan mencoba membubarkan Acara Kelahiran
Sayidah Fatimah puteri Nabi Muhammad saw, di Jalan Kalirejo,
Bangil, Pasuruan, Jawa Timur. Mereka menyebut acara tersebut
merupakan tradisi Syiah.
Menurut sumber yang tidak mau disebutkan namanya, mereka
juga meneriakkan yel-yel berbau intoleransi bahwa Syiah sebagai ajaran yang
sesat. “Mereka konvoi dari alun alun Bangil, melewati rute jalan Lumba
Lumba – Kancil Mas – Kalirejo (lokasi acara red),” kata sumber.
Sejauh ini di lokasi terlihat ada sekitar 150 personil
Polisi sudah berjaga dengan peralatan lengkap. Aparat membentuk 5 ring
barikade. Mereka menerobos barikade Polisi. Hingga berita ini diturunkan, massa
telah berada di ring 3.
Sumber itu mengatakan, acara yang digelar sebanarnya tradisi
Islam di Nusantara, di mana memperingati kelahiran (wiladah) dan kematian
(haul) tokoh-tokoh Islam amat lazin dan sering ditemui, seperti Maulid Nabi
Muhammad Saw, Haul Abdulqadir Jaylani, Haul Habaib, dan lainnya.
Tindakan menjurus intoleransi dan SARA ini sudah berulang
kali terjadi di Jawa Timur. Ditengarai ada tokoh masyarakat dan politik yang
ikut dalam aksi ini.
[Satuislam.org] / http://www1.mahdi-news.com/2016/04/01/18385/
Lembaga pembela hak-hak asasi manusia menyebutkan, Arab
Saudi adalah negara dengan pelanggaran HAM terbesar dan terbanyak di dunia.
Phobia Syiah, Rezim Saudi Larang di Masjid Syiah
Dikumandangkan Azan
Menurut Kantor Berita ABNA, intimidasi Rezim Arab Saudi
terhadap warganya yang bermazhab Syiah terus berlanjut. Selain menangkapi dan
menyiksa aktivis-aktivis Syiah yang melakukan aksi damai menuntut persamaan hak
dan reformasi, baru-baru ini rezim represif Saudi mengeluarkan aturan
pelarangan azan untuk masjid-masjid Syiah di provinsi al Ahsa bagian timur dari
negara kerajaan tersebut.
Disebutkan aturan pelarangan azan tersebut berlaku sejak
rabu (31/3) dan bagi masjid yang melanggarnya akan ditutup dan dilarang
pengoperasiannya. Selain itu juga ditetapkan larangan untuk menyampaikan
ceramah di masjid-masjid Syiah kecuali khutbah Jum’at, itupun waktu untuk
ceramah sangat dibatasi, tidak bisa lewat dari pukul. 12.30.
Intimidasi rezim Saudi tidak hanya dengan mengeluarkan
kebijakan anti Syiah namun juga melakukan teror dan ancaman kepada tokoh dan
ulama-ulama Syiah termasuk kepada Ayatullah Husain ar Radhi, Imam Jumat
provinsi al Ahsa. Berkali-kali mendapat teror dan intimidasi dari pihak
pemerintah kota setempat termasuk dari pihak kepolisian.
Kebijakan anti Syiah Arab Saudi dilakukan karena
kekhawatiran rezim akan kebangkitan rakyat yang akan melengserkan kekuasaan
depostik kerajaan keluarga Su’ud. Tahun 2011 adalah tahun kebangkitan rakyat
menggulingkan rezim-rezim yang otoriter yang terjadi hampir bersamaan
disejumlah negara di Timur Tengah dan Afrika Utara. Arab Saudi termasuk
diantara negara yang terkena gelombang the Arab Spring dengan merebaknya
sejumlah aksi unjuk rasa menentang rezim Arab Saudi dan menuntut terjadinya
reformasi di negara kerajaan tersebut.
Aksi damai pengunjuk rasa khususnya yang terjadi di kawasan
mayoritas berpenduduk Syiah mendapat jawaban dari rezim berupa penyerbuan,
penangkapan, penyiksaan dan hukuman mati. Lembaga pembela hak-hak asasi manusia
menyebutkan, Arab Saudi adalah negara dengan pelanggaran HAM terbesar dan
terbanyak di dunia.
/ http://id.abna24.com/service/middle-east/archive/2016/03/31/744293/story.html
Gabungan kelompok anti Syiah di Bangil melakukan aksi unjuk
rasa menuntut acara Milad Putri Nabi Muhammad Saw yang diadakan komunitas Syiah
di bubarkan.
Kelompok Takfiri Gerah, Syiah Peringati Milad Putri Nabi
Menurut Kantor Berita ABNA, sekolompok organisasi masyarakat
yang mengatasnamakan Tim Peduli Umat Masjid Ar Riyad dan Aswaja Bangil
berkumpul di Kelurahan Kalirejo, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jumat
(1/4).
Mereka menuntut supaya kegiatan memperingati Milad Sayidah
Fatimah az Zahra yang tidak lain putri Nabi Muhammad Saw oleh kelompok Syiah
dibubarkan.
Sehari sebelumnya, gabungan dari organisasi keagamaan di
Kabupaten Pasuruan itu sudah mendatangi Mapolres Pasuruan. Mereka meminta
kegiatan komunitas Syiah tersebut dibatalkan.
Namun dengan berbagai pertimbangan, pihak Polres Pasuruan
bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Pasuruan tetap
mengizinkan kegiatan tersebut karena mengadakan peringatan milad putri Nabi
bukan tindakan kriminal. Tetapi, lokasi kegiatan yang mulanya direncanakan di
salah satu gedung yang ada di Jalan Diponegoro, Bangil itu diminta pindah ke
rumah salah satu tokoh Syiah yang ada di Lingkungan Kwansan RT 2 RW 11
Kelurahan Kalirejo, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan.
"Kalian ingin mereka (kaum Syiah) bubar, buka jalan.
Jangan ada yang foto, jangan ada yang menyentuh. Berikan mereka jalan,"
kata salah seorang orator dari organisasi keagamaan yang menghendaki kegiatan
tersebut bubar.
Sementara Kapolres Pasuruan AKBP Soelistijono yang langsung
turun memantau kondisi di lapangan mengatakan, kegiatan kelompok Syiah itu
tetap berjalan. Hanya saja waktunya dipercepat.
"(kegiatannya) Sempat berjalan sebentar. Dari jam 8
sampai jam 10. Cuma minta dipercepat. Yang menyampaikan kedalam untuk
dipercepat itu Ketua DPRD (Sudiono Fauzan)," katanya.
Pantauan di lokasi, usai mendapat penolakan, kelompok Syiah
satu persatu membubarkan diri. Dalam perjalanan keluar dari lokasi kegiatan,
para peserta peringatan tersebut dijaga ketat oleh pihak keamanan.
Sekitar pukul 10.22 WIB, gabungan kelompok tersebut
membubarkan diri karena menganggap kegiatan oleh kelompok Syiah sudah bubar.
Tidak ada alasan jelas dari gabungan massa yang menuntut peringatan milad putri
Nabi Islam itu dibubarkan. Orator aksi mengatakan, aksi mereka membubarkan
peringatan milad putri Nabi tersebut karena hendak membela dan memperjuangkan
kesucian dan nama baik sahabat-sahabat Nabi.
Aksi intoleransi yang mengatasnamakan membela agama
tersebut, justru dilakukan hanya berselang satu hari dari intruksi Presiden
Jokowi kepada kepolisian untuk menindak tegas para kelompok intoleransi. Para
jamaah yang hadir dalam acara Milad putri Nabi tersebut, yang kebanyakan
perempuan dan anak-anak menyayangkan adanya aksi pembubaran tersebut, sebab menurut
sumber yang tidak ingin diketahui identitasnya menyebutkan, acara serupa telah
sering dilakukan ditempat tersebut dari tahun-tahun sebelumnya dan tidak pernah
mendapat antipati dari warga setempat.
/ http://id.abna24.com/service/indonesia/archive/2016/04/01/744357/story.html
Sejumlah petugas Satpol PPmenurunkan spanduk yang terpasang
di ketinggian sekitar 4 meter dari permukaan tanah dengan bambu yang dipasangi
pisau pada bagian atasnya. Spanduk berwarna hitam berukuran 3x1 meter langsung
digulung.
Spanduk Bertuliskan Provokatif Anti Syiah Dicopot
Menurut Kantor Berita ABNA, spanduk anti aliran Syiah yang
terpasang di simpang 4 Sooko, Jalan RA Basuni, Kecamatan Sooko, Mojokerto
akhirnya dicopot Satpol PP. Selain tak ada izin, spanduk anti Syiah ini berisi
muatan provokatif.
Sejumlah petugas Satpol PPmenurunkan spanduk yang terpasang
di ketinggian sekitar 4 meter dari permukaan tanah dengan bambu yang dipasangi
pisau pada bagian atasnya. Spanduk berwarna hitam berukuran 3x1 meter langsung
digulung.
"Tidak ada izin dari pemerintah daerah dalam hal
pemasangan spanduk, tulisannya provokatif bagi umat Islam," kata Kasat Pol
PP Kabupaten Mojokerto Suharsono kepada wartawan usai memimpin operasi
penurunan spanduk anti Syiah, Selasa (24/3/2015).
Suharsono menuturkan, selain di simpang 4 Sooko, spanduk
bertuliskan "Waspada..! Syiah Bukan Islam" itu juga terpasang di
wilayah Kecamatan Mojoanyar. Pihaknya bergegas melepas spanduk yang meresahkan
masyarakat tersebut.
"Yang memasang mengatas namakan Forum Umat Islam
Mojokerto (FUIM). Kurang tahu dari kelompok mana," ungkapnya.
Spanduk anti Syiah warna hitam bertuliskan
"Waspadai...! Syiah Bukan Islam" salah satunya terpasang di sudut
timur sisi selatan simpang 4 Sooko, Jalan RA Basuni, Kecamatan Sooko,
Mojokerto. Spanduk berukuran sekitar 3x1 meter tersebut membentang diantara
spanduk iklan lainnya.
Pada bagian bawah spanduk tertulis FUIM. Diduga kelompok ini
yang bertanggungjawab atas terpasangnya spanduk tersebut. Informasi yang
dihimpun detikcom, spanduk tersebut dipasang beberapa orang pada Senin (23/3)
sekitar pukul 14.00 Wib.
/ http://id.abna24.com/service/indonesia/archive/2016/04/02/744492/story.html
Ironi Intoleransi Bangil Dan Instruksi Presiden
Peringatan Hari Kelahiran Puteri Rasulullah saw, Sayidah
Fathimah az Zahra as (1/4), yang diadakan di Bangil, Pasuruan, Jawa Timur yang
rencananya dimulai pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB terpaksa
dipercepat hanya sampai pukul 11.00 WIB. Hal ini karena desakan sejumlah massa
yang tidak menginginkan pelaksanaan acara tersebut.
Acara semula akan dilaksanakan di Gedung Diponegoro, Bangil
tapi karena mendapatkan ancaman akan dibubarkan, akhirnya dialihkan ke salah
satu rumah panitia di Kalirejo, Bangil.
Pemindahan lokasi acara tidak menghentikan orang-orang yang
tidak suka peringatan hari lahir Puteri Rasulullah tersebut. Mereka
memobilisasi massa sejak pagi hari dan melakukan konvoi mulai dari alun-alun
kota Bangil menuju lokasi yang berjarak sekitar 3 Km arah Utara dari alun-alun
tersebut.
Salah satu peserta, sebut saja “N” membenarkan acara
tersebut dipercepat. “N” yang datang terlambat akibat tidak tahu informasi
pemindahan lokasi acara menuturkan bahwa dia tiba di lokasi bersama ibunya pada
pukul 10.00 WIB.
“Saya tiba di lokasi acara pukul 10 dan acara sudah
berlangsung,” ujarnya.
Usai pembacaan doa, kemudian dilanjutkan pembacaan ziarah
untuk Sayidah Fathimah az Zahra hingga pukul 11 siang. Selepas itu, ada
pengumuman dari panitia bahwa acara dipercepat dan dinyatakan telah selesai.
Jemaah yang hadir pun dipersilakan meninggalkan tempat acara dan langsung
pulang.
Namun ternyata tak semudah itu segalanya berakhir. “N”
menuturkan bahwa dirinya beserta sejumlah jemaah wanita beserta anak-anak harus
lewat di antara para pendemo dan penolak acara tersebut yang mayoritas adalah
lelaki.
“Saya beserta jemaah lain harus lewat di antara kerumunan
para pendemo dan mereka terus mengambil gambar jemaaah perempuan yang lewat
dengan telepon selulernya,” cerita “N”.
Apa yang terjadi di Bangil hari ini sangat bertolak belakang
dengan instruksi Presiden Republik Indonesia yang sehari sebelumnya (31/3)
melalui Sekretaris Kabinet, Pramono Anung meminta Kapolri bertindak tegas
terhadap pelaku intoleransi atau kelompok manapun yang membubarkan acara
kelompok lain.
Hal lain yang perlu digarisbawahi dan layak diteladani dalam
hal ini adalah keputusan panitia, termasuk juga para kaum ibu dan anak-anak
yang pada akhirnya bersedia memindahkan tempat dan mempersingkat durasi acara
itu semata-mata karena penghargaan mereka atas saran apparat keamanan yang
telah berperan menjaga kelangsungan acara mereka, dan bukan akibat rasa takut
kepada para pendemo intoleran yang membid’ahkan peringatan hari lahir Putri
Rasulullah tersebut. (Lutfi/Yudhi) / http://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/ironi-intoleransi-bangil-dan-instruksi-presiden/
Kader PKS dan Wahabi Pimpin Penolakan Wiladah Sayyidah
Fathimah
Baru saja berselang beberapa jam setelah Presiden Jokowi
menginstruksikan kepada Kapolri dan seluruh jajarannya untuk menindak tegas
setiap pelaku ujar kebencian yang mengandung SARA. Keprihatinan Presiden sangat
beralasan karena maraknya Intoleransi cepat atau lambat akan menghancurkan
bangsa ini. Presiden Jokowi meminta Kapolri menindak pelaku intoleransi dan
SARA. Jokowi meminta Polri bisa bertindak tegas.
“Hal-hal yang berkaitan dengan intoleransi. Pelarangan bagi
kegiatan berekspresi, Presiden memberikan perhatian khusus. Presiden sudah
memberikan arahannya kepada Kapolri. Hal-hal yang bersifat intoleransi ditindak
tegas,” kata Seskab Pramono Anung di komplek Istana, Kamis (31/3/2016).
Menurutnya Presiden Jokowi prihatin, akhir-akhir ini ada
beberapa kelompok yang melarang kelompok lain beraktivitas atau mengadakan
kegiatan. Padahal, kebebasan berserikat dan berkumpul sudah jelas diatur dalam
UUD.
“Siapapun yang melakukan tindakan intoleransi dalam konteks
kenegaraan, tidak memperbolehkan kelompok lain melakukan aktivitas, atau
melakukan tindakan seperti membubarkan, SARA dan sebagainya, Presiden meminta
kepada aparat penegak hukum bersikap tegas,” jelas Pramono.
Tindakan-tindakan intoleransi belakangan mulai muncul.
Beberapa kejadian sebuah acara dibubarkan dengan alasan agama atau ideologi.
Ada pula beberapa pihak yang dengan bebas mengumbar SARA dengan menjelekkan
suku atau ras tertentu.
Jum’at 1 April 2016 di Bangil terjadi demo dan penolakan
dari sekolompok mereka yang intoleran agar Wiladah Sayyidah Fathimah tidak
diselenggarakan di kota Bangil.Kelompok Salafi Wahabi bercelana cingkrang dan
memakai rompi terlihat sangat menonjol dalam demo tersebut.
Sungguh ironis sebuah negeri yang plural dan multi keyakinan
yang selama ini terkenal dengan jiwa toleransinya maka akhir-akhir ini ternodai
dengan massifnya kampanye penyesatan dan pengkafiran dari kelompok fanatik yang
menganggap diri merekalah pemilik satu-satunya kebenaran dan yang menyelisihi
pendapat kelompoknya adalah sesat bahkan mereka kafirkan.
Massa berkumpul dan menolak peringatan Haul Sayyidah Fatimah
yang diselenggarakan sebuah LSM bernama Islamic Women Center (IWOC) di Bangil,
Pasuruan, Jawa Timur. Acara ini dianggap sebagai ajang pengkaderan aliran
Syiah.
“Acara dimulai, mereka datang dipimpin Ustazd Nadhir
Basyaib, Anggota DPRD PKS Kabupaten Pasuruan,” kata tuan rumah acara Haul
Sayyidah Fatimah,Jumat (1/4).
Menurut dia, Nadhir membawa massa sebanyak seratusan orang.
Mereka mendekati lokasi acara dan meminta agar peringatan Haul Sayyidah Fatimah
dibubarkan.
“Menurut keterangan beberapa warga setempat saat kita
wawancarai, mereka menolak namanya disebutkan, bahwa Bangil dari dulu sampai
saat ini tidak mengerikan begini, namun saat banyaknya mantan-mantan Ekspatriat
Suriah yang berikan ceramah di Masjid Ar-Riyadh milik kelompok yang konon
dibilang Wahabi atau PKS itu, Bangil sering memanas, dan tindakan aparat juga
kurang tanggap, dan menurut saksi mata dilapangan setiap malam Rabu di Masjid
Jami’ Bangil salah satu Ust … memberikan ceramah yang mengadu domba Sektarian,
kami sebagai warga bangil aja sudah sumpek mendengarkan ceramah tak bermutu
itu, namun ya begitu mereka masih saja suka adu domba, padahal pihak pemkab dan
polisi Pasuruan mengetahui hal tersebut, namun tidak ada tindakan tegas untuk
membungkam ceramah provokasi tersebut. Lihat saja yang demo itu banyak yang
bercelana cingkrang, jenggotnya panjang-panjang mirip ISIS. itu salah satu
pengakuan dari warga bangil yang kami temui di lokasi kejadian. Saat ini pihak
kepolisian Polres dan Pemkab Pasuruan belum memberikan pernyataan tentang hal
ini.”
Aksi yang digelar di Alun-alun dan dilanjutkan longmarch di
sekitaran bangil, mereka tidak menginginkan acara itu terjadi. Itulah fakta
dari gerombolan anti keluarga Nabi yang ingin menjauhkan umat Islam dari
sejarah dan kecintaan kepada keluarga Nabi. Banyak para pemuda dan simpatisan
dari PKS yang ikut dalam barisan pendemo. Mereka membubarkan acara itu hanya
karena mereka ingin hapus sejarah keluarga Nabi di hati dan pikiran umat Islam.
/ https://satuislam.wordpress.com/2016/04/02/kader-pks-dan-wahabi-pimpin-penolakan-wiladah-sayyidah-fathimah/
“ALLAHU AKBAR”…Hari Ini Muslim Syi’ah Dibantai di Madura
(era zaman SBY)
Presiden Harus Beri Perlindungan untuk Warga Muslim Syiah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Lembaga Studi dan Advokasi
Masyarakat (ELSAM) meminta Presiden SBY sebagai kepala negara agar memberikan
perlindungan terhadap warga Syiah. hal tersebut menyusul adanya pembunuhan
terhadap warga Syiah di Sampang, Madura.
“Presiden harus menegur Kapolri agar melaksanakan fungsi
keamanan secara maksimal dengan menjamin rasa aman bagi seluruh warga negara
Indonesia dalam menjalankan kepercayaannya. Gubernur Jawa Timur cq. Bupati
Sampang agar bisa menjamin warganya untuk bisa memeluk, meyakini dan
menjalankan ibadahnya sesuai dengan kepercayaannya masing-masing sebagaimana
amanat Konstitusi,” kata Direktur Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat
(ELSAM), Indriaswati Dyah Saptaningrum dalam siaran persnya, Minggu(26/8/2012).
Posisi kepolisian dalam kasus-kasus berlatar kekerasan atas
nama Agama kerap serupa, yakni tidak pernah menindak tegas para pelaku
kekerasan dan perusakan, bahkan cenderung menyalahkan pihak minoritas. Dalam
kasus Sampang ini, Polres Sampang menyalahkan warga Syiah dengan menganggap
warga Syiah keras kepala karena santri-santrinya ingin kembali ke Pesantren
masing-masing.
Dalam setahun belakangan, tercatat setidaknya telah terjadi
tak kurang dari 6 kali penyerangan terhadap warga Syiah di Sampang oleh massa
anti-Syiah.
ELSAM juga berpendapat bahwa ketiadaan hukuman dan
pengusutan yang tegas dan tuntas dari Kepolisian pada saat penyerangan massa
non-Syiah terhadap rumah Tajul Muluk yang terjadi beberapa bulan lalu telah
mengakibatkan bertambah suburnya tindakan intoleran ini.
Karena itulah ELSAM juga meminta Kapolri untuk mengusut dan
mengambil tindakan hukum yang tegas kepada para pelaku penyerangan dan para
pihak yang turut serta memprovokasi dan membenarkan kekerasan terus terjadi.
“Kapolri harus memastikan jajarannya di Polda Jawa Timur cq.
Polres Sampang dapat melakukan pengamanan tanpa memihak dengan mengedepankan
perlindungan terhadap pihak korban dan menindak tegas para pelaku kekerasan,”
jelas Indri.
Sementara itu, Komnas HAM diminta untuk segera melakukan
investigasi atas kejadian ini, diikuti berbagai langkah yang lebih proaktif
dalam jalankan mandatnya untuk dapat menyelesaikan dan menghentikan kasus-kasus
kekerasan atas nama agama di masa datang. Majelis Ulama Indonesia (MUI) serta seluruh
Ormas Keagamaan (NU-Muhammadiyah) untuk bisa membantu menenangkan massa dan
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang makna menghormati, kerjasama,
toleransi dan sebagainya.
Untuk diketahui, dua warga Syiah di Sampang, Madura meregang
nyawa akibat penyerangan yang dilakukan ± 500 (lima ratus) orang hari ini.
Korban meninggal, yakni Hamamah (50 tahun) dan Thorir meninggal akibat serangan
senjata tajam dan tumpul. Selain itu terdapat 4 orang luka berat, 6 orang luka
ringan dan seorang wanita bahkan pingsan.
Kejadian bermula ketika sekitar pukul 11 santri-santri warga
Syiah yang akan kembali ke Pesantren masing-masing di luar Sampang, yakni di
YAPI Bangil dan satu Ponpes di Pekalongan (dikarenakan esok hari aktivitas
belajar kembali dimulai). Para santri dihadang ratusan orang di wilayah
Kecamatan Omben, dan disuruh untuk kembali ke rumahnya dengan ancaman akan
membakar kendaraan roda empat yang mereka tumpangi, jika tidak diturutu.
Akhirnya para santri Syiah ini pun kembali ke perkampungannya.
Tak berhenti di situ, massa penghadang pun mendatangi rumah
Tajul Muluk (pimpinan Syiah di Sampang – saat ini dipenjara), massa melakukan
pelemparan ke rumah Tajul Muluk. Akibat penyerangan dan pelemparan inilah,
warga Syiah berusaha melindungi diri dan rumahnya Tajul Muluk, akhirnya timbul
korban jiwa dan luka-luka. Para korban kritis sempat berada di Tegalan dan
tidak bisa dievakuasi karena dikepung para penyerang, dan saat ini telah berada
di RSUD Sampang.
Sumber : Tribunnews
http://www.tribunnews.com/2012/08/26/elsam-presiden-harus-beri-perlindungan-untuk-warga-syiah
Bentrok di Sampang, 2 Warga Syi’ah Tewas
Metrotvnews.com, Madura: Warga Syiah di Nangkernang,
Sampang, Madura, Jawa Timur, kembali diserang sekelompok massa intoleran, Ahad
(26/8).
Dua orang bernama Hamama dan Tohir tewas dibacok senjata
tajam, sedangkan empat orang mengalami luka serius, enam orang luka ringan.
Sementara itu ibunda Ustad Tajul Muluk pingsan terkena lemparan batu.
Peristiwa dipicu saat sekelompok massa mengadang para orang
tua siswa yang hendak mengantarkan anak-anak mereka melanjutkan sekolah ke
pesantren di Pulau Jawa, di pagi hari itu. Mereka lalu mengancam akan membakar
angkot yang ditumpangi.
Meski para korban sudah melapor kepada pihak kepolisian.
Namun, pihak kepolisian mengabaikan laporan dan justru menyalahkan pihak korban
karena memaksa diri mengantarkan anak-anak mereka melanjutkan sekolah ke luar
pulau.
Peristiwa teror tersebut teror yang kesekian kalinya
terhadap warga Syiah di Sampang. Sebelumnya, terjadi pembakaran terhadap
pesantren milik Ustad Tajul Muluk itu.
Bukannya aparat menindak para pelaku, justru Ustad Tajul
malah divonis Pengadilan Negeri Sampang 2 tahun penjara dengan mengenakan pasal
penondaan agama.
Direktur Lembaga Bantuan Hukum Universalia Ahmad Taufik
menilai, hal itu tindakan yang mengerikan. “Ketika sekelompok warga negara
diteror sedemikian rupa, negara dan aparaturnya abai bahkan seolah ikut
mengamini aksi teror tersebut,” ujarnya.
Bupati Sampang, Kepala Kepolisian Resor Sampang, Gubernur
Jawa Timur, dan Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur harus bertanggung jawab
atas pengabaian ini. Pengabaian tersebut menurut Taufik adalah pelanggaran Hak
Asasi Manusia yang dilakukan negara.(MI/RZY)
Sumber : Metro News
http://www.metrotvnews.com/metromain/news/2012/08/27/103492/Sekelompok-Orang-Menyerang-Warga-Syiah-Sampang-2-Tewas
Kerusuhan kembali pecah di Dusun Nangkernang, Desa
Karanggayam, Omben, Kabupaten Sampang Madura. Untuk mencegah kerusuhan yang
dipicu perbedaan paham agama ini semakin meluas, satu kompi Brimob dan 120
anggota Dalmas Polres Sampang – Bawah Kendali Operasi (BKO) dari Polres
Pamekasan dan Bangkalan diturunkan.
“Pasukan dan Kapolres Sampang dan korps masih di lapangan
untuk melakukan upaya pencegahan agar kerusuhan tidak meluas,” ujar Kadiv Humas
Mabes Polri Brigjen Anang Iskandar kepada detikcom, Minggu (26/8/2012).
Anang juga mengatakan terdapat satu orang meninggal dalam
kerusuhan tersebut. Sementara itu 5 rumah warga Syiah yang dibakar oleh massa.
“Pada saat sekarang sudah berkembang terjadinya pembakaran
rumah warga Syiah. Lima rumah warga terbakar, satu orang meninggal dunia atas
nama Mad Hasyim, 50 tahun, warga Karang Bayang, Sampang. Untuk korban lain,
data menyusul,” lanjutnya.
Sementara itu menurut Sekjen Ahlul Bait Indonesia, Ahmad
Hidayat, 2 orang warga Syiah meninggal akibat luka bacok dalam kerusuhan ini.
Mereka adalah Hamama dan Tohir. Ahmad mengatakan bahwa kerusuhan ini diawali
dengan aksi pencegatan 20 orang santri dari Pekalongan yang ingin kembali ke
pesantren oleh massa.
“Awalnya tadi pagi sekitar pukul 09.00 WIB, 20 orang santri
yang berasal dari Pekalongan akan menuju pesantrennya. Tapi dicegat oleh
puluhan massa yang melarang mereka masuk sambil mengancam akan membakar biu.
Lalu sekitar pukul 12-an, mulai terjadi pembakaran rumah warga Syiah,” ujar
Ahmad kepada detikcom.
Sebelumnya pada Kamis (29/12/2011) juga terjadi amuk massa
di dusun tersebut. Penyebabnya, warga desa menuding penganut Syiah melanggar
perjanjian dan kesepakatan.(sip/nrl)
Sumber : detiknews.com
http://news.detik.com/read/2012/08/26/163825/1999261/10/polri-turunkan-1-kompi-brimob-dan-120-anggota-dalmas-di-lokasi-rusuh-sampang?9911012
Komunitas Syiah Sampang Diserang Lagi, 2 Orang Tewas
Dua orang meninggal, mereka bernama Hamama dan Tohir, lima
orang luka-luka saat mencoba melindungi anak-anak dan wanita, saya ketakutan
sekali
Dua orang tewas dan lima orang lainnya terluka dalam
penyerangan terhadap komunitas Syiah di Sampang, Madura, yang terjadi hari ini.
“Dua orang meninggal, mereka bernama Hamama dan Tohir, lima
orang luka-luka saat mencoba melindungi anak-anak dan wanita, saya ketakutan
sekali,” ujar Umi Kulsum, istri dari ustad Tajul Muluk, pemimpin Syiah Sampang,
kepada Beritasatu.com, hari ini.
Umi mengatakan, kejadian berasal saat pagi hari sebanyak 30
anak-anak, termasuk lima orang putra-putri Umi dan Tajul, dan lima
kemenakannya, akan berangkat ke Pesantren Bangil di Malang dari Desa
Nangkerenang Kecamatan Omben Sampang, Madura.
Tiba-tiba ribuan orang menghadang mobil yang membawa mereka
dan mendesak mereka untuk tidak pergi.
“Saat kejadian tidak ada polisi, massa menyerang pria dewasa
yang mencoba melindungi anak-anak dan wanita dengan pedang, golok dan
lain-lainnya,” ujar Umi.
Sampai saat ini, menurutnya, hanya ada delapan polisi dari
Kepolisian Sampang yang berada di lokasi. Jenazah korbanpun belum dimakamkan.
Sebanyak empat rumah, termasuk rumah milik Umi dan Tajul
sudah dibakar massa yang marah.
“Mungkin sekarang sudah lebih dari empat rumah, api sudah
bergerak ke timur, tolonglah kami, suasana sangat mencekam,” kata Umi.
Dalam kerusuhan tersebut, Umi terpisah dari anak-anaknya dan
sampai saat ini ia tidak mengetahui keberadaan mereka.
Umi mengatakan, ia mendengar kabar rencana penyerangan
tersebut beberapa hari yang lalu dan sudah dilaporkan ke pihak Kepolisian,
namun tidak ada tindakan nyata untuk mencegah insiden tersebut.
Umi mengatakan ia mengenali beberapa dari penyerang tersebut
sebagai rekan dari Roisul Hukama, tokoh Nahdlatul Ulama di Dusun Nangkernang,
Kecamatan Omben, Sampang, sekaligus adik kandung Tajul Muluk, yang melaporkan
kakaknya, ke Kepolisian Daerah Jawa Timur, atas dasar penistaan agama.
“Mau berapa nyawa lagi yang harus jadi korban sampai polisi
dan pemerintah mau turun tangan? Anak-anak kami sudah lima bulan putus sekolah,
suami saya dipenjara, saya hidup dalam teror,” Umi berkata dengan penuh emosi.
Umi berharap Polisi Sampang tidak memihak dan segera
menindak paara penyerang dan menghukum mereka dengan adil.
Penulis: Dessy Sagita/ Ayyi Achmad Hidayah
http://www.beritasatu.com/nasional/68040-komunitas-syiah-sampang-diserang-lagi-2-orang-tewas.html
Korban Tewas Syiah Sampang Jadi Dua Orang
TEMPO.CO, Surabaya – Korban tewas kelompok minoritas Syiah
Sampang bertambah menjadi dua orang. “Korban tewas adalah kakak beradik,” kata
Ip, salah satu warga dari kelompok Syiah yang tidak mau disebutkan nama
lengkapnya, saat dihubungi Tempo pada 26 Agustus 2012.
Ia mengatakan korban tewas adalah Thohir, 40 tahun, dan
Muhammad Khosim (45). Keduanya adalah tetangga pemuka agama Syiah Sampang,
Ustad Tajul Muluk, yang kini ditahan di lembaga permasyarakatan setempat
setelah divonis dua tahun penjara karena penodaan agama.
Lebih lanjut ia menerangkan Muhammad Khosim alias Bapak
Hamamah meninggal dunia karena sabetan clurit diperutnya. Sedangkan saudaranya
Thohir meninggal dunia karena sabetan pedang dan clurit dipunggungnya saat akan
menyelamatkan saudaranya yang terjebak di dalam rumah dan dilempari batu oleh
kelompok antisyiah.
“Thohir sempat dievakuasi di sekolah dasar Karanggayam,
namun nyawanya tidak bisa diselamatkan,” ujar dia.
Kordinator Komisi Orang Hilang dan Tindak Kekerasan
(Kontras) Jawa Timur, Andy Irfan Junaidi, mengatakan telah meminta kepada
polisi untuk melakukan pengamanan agar korban tidak berjatuhan. “Bapak Kapolda
telah menyampaikan sudah mengirim pasukan untuk pengamanan,” ujar dia.
Sementara itu, Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Inspektur
Jenderal Hadiatmoko hingga berita ini diturunkan belum membalas pesan pendek
atau berhasil dihubungi. Demikian juga saat Tempo menghubungi Kepala Bidang
Hubungan Masyarakat Kombes Polisi Hilman Thayib.
DINI MAWUNTYAS
http://www.tempo.co/read/news/2012/08/26/058425591/Korban-Tewas-Syiah-Sampang-Jadi-Dua-Orang
Sampang Memanas Lagi dua Muslim Syi’ah Tewas
SURABAYA – Kerusuhan di Kabupaten Sampang, Madura, kembali
pecah. Kali ini, belasan rumah milik pengikut Syiah di Desa karang gayam
kecamatan Omben dan Desa Bluuran Kecamatan Karang Penang, Sampang hangus
terbakar. Tak hanya itu, dua orang pengikut syiah harus meregang nyawa akibat
kerusuhan tersebut.
Menurut Divisi Monitoring dan Dokumentasi KontraS Surabaya
Fatkhul Khoir, hingga saat ini kondisi di lokasi masih mencekam. Selain aksi
pembakaran perkampung milik warga Syiah, dua orang telah meningggal akibat
kejadian itu.
“Informasi yang saya terima dari lapangan ada dua orang
tewas. Saat ini kondisi lokasi mencekam,” kata pria yang akrab disapa Juir ini
ketika dihubungi Okezone, Minggu (26/8/2012). Kata Juir, dua warga yang tewas
tersebut adalah Hamama dan Tohir warga setempat.
Juir juga mengatakan, KontraS Surabaya akan turun ke lokasi
seperti pada kasus sebelumnya. “Ini kami akan ke lokasi. Tadi sudah kontak-kontakkan
dengan pihak keluarga Ustadz Tajul Muluk. Mereka (warga Syiah) sangat
ketakutan,” ujarnya.
Dia meminta kepada aparat kepolisian untuk turun tangan agar
kerusuhan ini tidak bertambah parah. Hingga saat ini, kondisi kampung tersebut
masih mencekam.
Sebelumnya, kerusuhan yang menimpa pengikut Syiah di
kabupaten Sampang pernah terjadi pada Desember 2011 lalu. Saat itu, massa
intoleran melakukan pembakaran terhadap Kompleks Pesantren Islam Syiah di Dusun
Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang.
Kepolisian belum mengungkap motif serta dalang kerusuhan
yang menciderai keberagaman indonesia ini. Malahan, pengasuh ponpes itu, Ustadz
Tajul Muluk harus menjadi terpidana karena kasus penistaan agama.(ded)
http://indah.web.id/m/post-/read/2012/08/26/519/680799/sampang-memanas-lagi-2-pengikut-syiah-tewas
Kronologi Penyerangan Warga Syiah di Sampang
TEMPO.CO, Sampang – 27/8/2012-Perayaan Lebaran ketupat warga
Syiah di Dusun Nangkernang, Desa Karanggayam, Kecamatan Omben, Sampang,
kemarin, berubah menjadi horor. Kejadian penyerangan pada Desember 2011
terulang. Satu orang tewas, empat orang lainnya kritis, dan puluhan rumah
terbakar akibat penyerangan, Minggu, 26 Agustus 2012.
Korban tewas diketahui bernama Hamamah, 45 tahun. Dia
meninggal akibat sabetan senjata tajam dari kelompok penyerang. Sedangkan
korban kritis bernama Tohir, Mat Siri, Abdul Wafi, dan ibunda ustad Tajul
Muluk. “Padahal ibunda ustad Tajul bukan penganut Syiah,” kata Zain, anak salah
seorang korban kritis, Tohir. Tajul Muluk adalah pemimpin Syiah di Nangkernang
yang kini mendekam di penjara setelah divonis dua tahun bui karena penodaan
agama.
Adapun korban kritis akibat sabetan senjata tajam dan
lemparan batu. Kini mereka tengah dirawat di RSUD Sampang dan mendapat
pengawalan ketat aparat kepolisian. “Untuk yang luka ringan, saya tidak tahu
mereka dirawat atau tidak,” kata Zain kepada Tempo.
Zain, yang merupakan pengajar di pesantren Syiah, menuturkan
bahwa penyerangan terjadi mulai pukul 08.00. Saat itu, sebagian besar warga
Syiah sedang merayakan Lebaran ketupat. Tiba-tiba, dari arah sebelah timur yang
tertutupi perbukitan, muncul ratusan orang. Mereka menyebar dengan berjalan
melintasi persawahan sambil mengacungkan celurit dan berteriak. “Sekarang bukan
hanya rumahnya, tapi orangnya juga harus habis,” tutur Zain, menirukan teriakan
itu.
Melihat itu, Zain bersama beberapa warga Syiah, termasuk
korban tewas, bersembunyi di salah satu bagian rumah Tajul Muluk, yang selamat
dari amuk massa dalam penyerangan sebelumnya. “Mereka tidak langsung duel, tapi
melempari kami dulu dengan batu,” kata Zain.
Akibat lemparan batu itu, sejumlah orang Syiah mengalami
cedera. Salah satunya Hamamah, yang akhirnya tewas dibantai. “Kami sembunyi
dalam sungai, kami selamat setelah polisi datang,” tutur Zain.
Meski selamat, Zain mengaku kecewa terhadap aparat
kepolisian karena baru tiba di lokasi pukul 15.00 atau delapan jam setelah
penyerangan. “Semua rumah jemaah Syiah dibakar pakai bensin, sekitar 50 rumah,
termasuk rumah saya,” katanya.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris
Besar Hilman Thayib memastikan korban tewas akibat kerusuhan Sampang berjumlah
satu orang. Hilman menuturkan kronologi yang berbeda dengan Zain. Menurut
Hilman, awalnya, sebanyak 20 anak warga Syiah yang menumpang minibus dihadang
30 sepeda motor. Mereka kemudian dipaksa pulang dan dilarang belajar di
pesantren Syiah yang ada di luar Sampang.
“Saat itu, terjadi keributan dan perkelahian hingga
menimbulkan satu korban meninggal bernama Hamamah,” kata Hilman.
Pasca-penyerangan, polisi menerjunkan ratusan personel di
lokasi kejadian dan dibantu personel dari Komando Distrik Militer setempat.
Seluruh warga Syiah juga diungsikan ke Gelanggang Olahraga Sampang.
MUSTHOFA BISRI | DINI MAWUNTYAS | MASRUR | FATKHURROHMAN
TAUFIQ | JULI
Sumber : Tempo Interaktif
http://www.tempo.co/read/news/2012/08/27/058425697
Senin, 27/08/2012 12:46 WIB
Kronologi Kerusuhan Sampang Versi KontraS Surabaya
Imam Wahyudiyanta – detikSurabaya
Surabaya – Kekerasan dialami warga Syiah di Sampang, Madura.
Satu warga Syiah meninggal dunia akibat bentrokan yang terjadi dengan kelompok
lain pada Minggu (26/8) itu. Warga Syiah yang kalah jumlah diserang dengan batu
dan senjata tajam.
Berdasarkan siaran pers yang dikirimkan Kontras Surabaya
pada Senin (27/8/2012), keributan dipicu oleh kedatangan puluhan pria warga non
syiah yang mengancam warga Syiah untuk tidak meninggalkan desa.
Berikut kronologi kekerasan di Sampang pada Minggu (26/8):
– Pukul 06.30 WIB
Sejumlah anak-anak warga Syiah dengan didampingi orang
tuanya akan pergi keluar desa mereka dengan tujuan ke beberapa tempat. Di
antara mereka ada yang akan bersilaturahim ke keluarga yang ada di luar Omben,
dan beberapa yang lain akan berangkat ke luar kota untuk masuk sekolah dan
pesantren mengingat libur lebaran sudah usai.
Ketika rombongan anak-anak warga Syiah dan orang tuanya yang
berjumlah sekitar 20 orang ini akan menaiki dua buah mobil yang mereka sewa,
puluhan lelaki dewasa dari warga non Syiah dengan membawa senjata tajam
mendatangi mereka dan melarang mereka meninggalkan desa.
Bahkan mobil yang akan mereka tumpangi diancam akan dibakar.
Dan selanjutnya, layaknya ‘tawanan perang’ rombongan anak-anak warga Syiah
digiring kembali ke desa dan dipaksa pulang ke rumah masing-masing. Saat
itulah, orang tua dari anak-anak warga syiah berusaha melawan tindakan
sekumpulan warga yang mengancam mereka. Akhirnya seluruh anak-anak warga Syiah
beserta orang tuanya kembali ke rumah mereka masing-masing.
– Pukul 08.00 WIB
Puluhan warga non Syiah yang mengancam akan menyerang warga
Syiah telah bertambah menjadi ratusan orang. Dan tersiar kabar bahwa mereka
akan menyerang dan membakar semua rumah warga syiah dan bagi yang melawan akan
dibunuh. Dan serangan akan dimulai dari rumah Ustadz Tajul Muluk, yang saat itu
ditempati oleh ibu, istri, dan 5 orang anak-anaknya.
Rumah Tajul Muluk sesungguhnya telah dibakar massa anti
Syiah pada akhir Desember 2011, dan saat ini tersisa bangunan seluas 4×5 meter
dan ditempati oleh ibu, istri dan anak-anaknya. Sedangkan Tajul sendiri sedang
berada di LP Sampang. Dia menjalani hukuman 2 tahun penjara yang diputuskan
oleh PN Sampang dengan dakwaan penodaan agama.
– Pukul 09.30 WIB
Sekitar 20 orang lelaki dewasa dari warga Syiah berkumpul di
rumah Ustadz Tajul bersiap untuk melindungi perempuan dan anak-anak yang
tinggal di rumah itu dari serangan warga non Syiah.
– Pukul 10.30 WIB
Warga non Syiah yang berjumlah lebih dari 500 orang,
sebagian besar adalah lelaki dewasa yang bersenjatakan aneka macam senjata
tajam, batu dan bom ikan (bahan peledak yang biasa digunakan nelayan untuk
menangkap ikan di laut) bergerak mengepung rumah Ustad Tajul. Tidak berselang
lama terjadilah perang mulut di antara mereka yang dilanjutkan dengan saling
lempar batu.
Saat kondisi sedang memanas, salah satu warga Syiah, Moch
Chosim (50), yang biasa dipanggil Pak Hamama berusah menenangkan massa. Lelaki
tua ini maju ke tengah-tengah massa non Syiah yang akan menyerang mereka.
Nahas bagi Chosim, maksud baiknya justru memicu amarah
massa. Sedikitnya 6 orang lelaki dewasa dengan senjata celurit, pedang dan
pentungan mengeroyoknya. Tubuhnya bersimbah darah, perutnya terburai dan
meninggal di tempat.
Melihat Chosim dikeroyok, Tohir (45 th) adiknya berusaha
melerai dan melindungi sang kakak. Akibatnya, Tohir mengalami luka berat di
bagian punggung dan sekujur tubuhnya akibat sabetan pedang, celurit dan
lemparan batu. Untunglah nyawa Tohir masih terselamatkan.
Massa semakin beringas. Ratusan massa beramai-ramai
melempari rumah Tajul dengan batu. Semua orang yang berada dalm rumah itu
terkena lemparan batu. Ibu Tajul Muluk, Ummah (55), jatuh pingsan karena
kepalanya terkena lemparan batu. Anak-anak menjerit, sebagian di antaranya
pingsan.
Selain Ummah, 3 orang yang lain juga mengalami luka serius
akibat terkena lemparan batu, yaitu Matsiri (50), Abdul Wafi (50), dan Tohir
(45 th). Akhirnya keluarga Ustad Tajul dan warga Syiah yang terkepung itu tidak
lagi melawan dan membawa kerabat mereka yang luka-luka dan meninggal ke gedung
SD Karang Gayam yang berjarak beberapa ratus meter dari rumah itu. Massa
penyerang membiarkan mereka menyelamatkan diri. Selanjutnya massa membakar
rumah Ustad Tajul hingga habis.
– Pukul 11.30 WIB
Setelah massa non Syiah membakar rumah yang didiami istri,
ibu dan anak-anak Ustad Tajul, massa mulai bergerak membakar satu demi satu
rumah warga Syiah. Tidak ada polisi di lokasi, padahal sudah sejak pagi
diberitahu.
– Pukul 12.00 WIB
Puluhan petugas polisi datang ke lokasi dan memberikan
pertolongan kepada sejumlah warga Syiah yang terluka. Akan tetapi jumlah polisi
sangat tidak memadai untuk mencegah dan melarang massa melakukan pembakaran rumah-rumah
warga Syiah.
– Pukul 18.00 WIB
Jumlah rumah yang dibakar berjumlah setidaknya 60 unit
bangunan dari sekitar 35 rumah milik warga Syiah. Aparat kepolisian tidak
berdaya mencegah hal ini terjadi.
– Pukul 18.30 WIB
Sejumlah warga Syiah dievakuasi oleh pihak kepolisian di
Gedung Olah Raga Sampang. Sedang ratusan warga Syiah yang lain berlari
bersembunyi ke hutan dan persawahan yang berada di sekitar rumah mereka.
Total korban yang telah dievakuasi adalah 155 orang, dan
masih ada sekitar 300-400-an orang korban yang belum dievakuasi. 1 Orang tewas
Muhammad Khosim (50) dan 1 luka berat, Tohir (45), sempat dikabarkan meninggal
tapi masih menjalani perawatan di RSUD Sampang.(iwd/fat)
http://surabaya.detik.com/read/2012/08/27/124635/1999842/475/kronologi-kerusuhan-sampang-versi-kontras-surabaya?y991102465
Kronologi Penyerangan Syiah Versi AKBB Jatim
INILAH.COM, Surabaya – Hari Minggu tanggal 26 Agustus 2012,
seminggu setelah Idul Fitri, sekitar pukul 10.00 WIB, komunitas Syiah di Desa
Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang kembali diserang. Berikut
kronologi penyerangan yang dibuat oleh Kelompok Kerja Aliansi Kebebasan
Beragama Berkeyakinan (POKJA AKBB) Jatim:
Dalam rilis AKBB tertanda Akhol Firdaus, Senin (27/8/2012),
dijelaskan bahwa penyerangan bermula ketika beberapa orang tua hendak mengantar
sejumlah 20 anak untuk kembali menuntut ilmu di Yayasan Pondok Pesantren Islam
(YAPI), Bangil, Pasuruan. Mengingat liburan lebaran kemarin, anak-anak tersebut
pulang ke kampung mereka.
Pada 11.000 WIB, sebelum keluar dari gerbang desa, rombongan
pengantar tersebut dihadang oleh massa yang berjumlah sekitar 500 orang. Massa
melengkapi dirinya dengan celurit, parang, serta benda tajam lainnya.
Berdasarkan keterangan salah seorang jamaah Syiah yang tidak
mau disebutkan namanya, pelaku penyerangan merupakan orang suruhan Roies Al
Hukama. Massa menyerang jamaah Syiah Sampang dengan menggunakan senjata tajam.
Rombongan yang terdiri dari anak-anak dan sejumlah perempuan
sontak berlarian menyelamatkan diri. Mereka kembali ke dalam rumah
masing-masing untuk bersembunyi. Meski jamaah Syiah sudah berusaha bersembunyi,
massa terus mengejar hingga menuju rumah mereka.
Massa Penyerang meluruk sampai ke rumah-rumah jamaah Syiah
dan mulai membakar sejumlah rumah milik jamaah Syiah, yaitu rumah Ust Tajul
Muluk, Muhammad Khosim alias Hamamah, dan Halimah.
Korban pun berjatuhan, dua orang jamaah Syiah yang bernama
Thohir (laki-laki, 40 tahun) kritis, dan Muhammad Hasyim alias Hamamah (laki-laki,
45 tahun) meninggal dunia. Baik Thohir dan dianiaya ketika mereka berniat
menyelamatkan anak-anak dari rumah yang terbakar. Thohir dan Hamamah mengalami
luka bacok yang cukup parah di bagian tubuhnya.
Meski penyerangan sudah terjadi pukul 11.00 WIB, akan tetapi
sampai malam hari Polisi tidak melakukan tindakan pencegahan dan penyelamatan
secara serius. Saat penyerangan terjadi, sejumlah Polisi memang berada di
lokasi tetapi tidak berbuat apa-apa. Mereka terlihat hanya duduk-duduk di
sekitar lokasi.
Berdasarkan keterangan salah seorang sumber, aksi
penyerangan ini sebenarnya telah direncanakan jauh hari sebelum lebaran tiba.
Isu penyerangan sudah terdengar di wilayah Karang Gayam. Patut diketahui bahwa
korban meninggal adalah saksi meringankan terdakwa Ust Tajul Muluk dalam
persidangan di PN Sampang.
Baru pukul 18.30 WIB jamaah Syiah mulai dievakuasi ke GOR
Sampang oleh Polisi. Berdasarkan keterangan Ibunda Ust Tajul Muluk, tidak semua
jamaah Syiah berhasil dievakuasi karena sebagian mereka masih bersembunyi dan
keberadaannya belum diketahui. Ada yang lari ke gunung, sebagian memilih
bersembunyi di tempat keluarga di luar Karang Gayam.
Hingga pukul 21.00 WIB ada 176 Jamaah Syiah yang berhasil
dievakuasi ke GOR Sampang, terdiri dari: 51 laki-laki; 56 perempuan; 36
anak-anak; 9 balita, dan; 3 manula. Masih ada 4 orang yang ada di RSUD Sampang.
Sampai laporan ini ditulis, korban masih bisa bertambah
mengingat belum semua jamaah Syiah diketahui keberadaanya. Total kerugian
material belum diketahui, tapi setidaknya sampai pukul 21.00 WIB, 80 rumah
jamaah Syiah telah dibakar oleh massa penyerang.
Penyerangan ini juga dilakukan saat komunitas Syiah tidak
memiliki pemimpin. Hal ini karena Ust Tajul Muluk sendiri sudah diputus 2 tahun
penjara oleh PN Sampang. Selain itu, penyerangan dilakukan di depan sejumlah
anak, sehingga menyebabkan trauma pada anak dan perempuan. [beritajatim.com]
http://nasional.inilah.com/read/detail/1897833/kronologi-penyerangan-syiah-versi-akbb-jatim
Tragedi Sampang Butuh Ketegasan Presiden
Selasa, 28 Agustus 2012
KERUSUHAN di Sampang, Madura, penyerangan dan pembakaran rumah
hingga menimbulkan korban tewas yang dialami warga Syiah, sungguh
memprihatinkan. Tragedi di wilayah Jawa Timur itu pantas membuat siapa pun
bertanya, ke mana saja aparat keamanan? Tidak berlebihan pula jika penyerangan
yang dilakukan sesama warga namun berlainan kelompok itu dinilai sebagai
kegagalan pemerintah melindungi rakyat.
Apa yang terjadi di Dusun Nanggernang, Desa Karang Gayam,
Sampang, Madura, tidak bisa dianggap selesai, dengan alasan aparat kecolongan.
Tidak boleh pula diakhiri hanya dengan membangun kembali rumah-rumah warga yang
dibakar. Pemerintah harus menuntaskan pertikaian yang terjadi. Itu memang tidak
mudah, tapi harus diupayakan jika tidak ingin peristiwa serupa terulang.
Seperti dikatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kepada
pers usai memimpin rapat terbatas kabinet di Kantor Presiden, Senin (27/8)
siang, kejadian Minggu (26/8) di Sampang harus disikapi penegak hukum dengan
tegas dan adil. Tragedi yang berakibat tewasnya seorang warga Syiah itu harus
diselesaikan tuntas.
Jangan sampai kejadian Sampang justru dimanfaatkan pihak
tertentu, baik perseorangan maupun kelompok, menangguk di air keruh demi
kepentingan mereka. Jangan beri peluang bagi siapa pun “menari” di atas
penderitaan orang lain, termasuk mengadu domba atas nama agama.
Sudah menjadi kebiasaan di negeri ini, banyak orang merasa
ahli, merasa berhak bicara, merasa perlu didengar atas suatu kasus, termasuk
pertikaian antara masyarakat. Padahal sejatinya mereka memanfaatkan moment
untuk menarik perhatian, atau dalam upaya memengaruhi opini masyarakat agar
mendukung rencananya.
Karena itu, seperti diminta Presiden SBY, jajaran
pemerintah-menteri terkait hingga aparat keamanan-wajib mengambil langkah cepat
dan tepat. Kasus Sampang harus dihadapi dengan tegas dan adil, tanpa
memolitisasi agama. Tegakkan hukum sebagaimana mestinya. Jatuhkan hukuman berat
kepada yang melakukan kesalahan berat, jangan sampai ada yang lolos.
Apa yang terjadi di Sampang memang sangat kompleks. Jika
penanganannya tidak tuntas, peristiwa itu dapat terulang, seperti terjadi di
beberapa daerah lain. Jangan biarkan tragedi Sampang dimanfaatkan pihak mana
pun untuk keuntungan mereka, dengan tetap “memelihara” terjadi pertikaian antar
warga di wilayah tersebut.
Peran intelijen-baik yang ada di kepolisian maupun
teritorial TNI-harus dimaksimalkan. Badan Itelijen Nasional (BIN) dituntut
lebih mempertajam kemampuan terkait soal keamanan masyarakat. Intelijen
dituntut memiliki kemampuan mendeteksi secara dini dan akurat, sehingga tragedi
seperti di Sampang dan tempat-tempat lainnya dapat dicegah.
Yang lebih penting lagi, Presiden SBY harus memberi contoh
kepada jajarannya di kabinet dan kepada para penegak hukum. Sesuatu yang
berkaitan dengan nasib bangsa dan negara perlu dihadapi dengan penuh tanggung
jawab dan tegas. Kecepatan bertindak sangat menentukan berhasil tidaknya suatu
keinginan penyelesaian. Jangan mulai segala sesuatunya dengan keraguan.***
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=310035
Jika Konflik Syiah Berlanjut, Madura yang Dirugikan
Misbahol Munir – Okezone
Senin, 27 Agustus 2012 20:07 wib
JAKARTA – Politikus Partai Demokrat Achsanul Qosasi
menyesalkan terjadinya konflik horizontal warga di Sampang, Madura yang
menyebabkan tewasnya dua pengikut Syiah. Konflik itu menurut dia, seharusnya
tidak terjadi, apalagi Madura sudah memasuki era keterbukaan informasi.
Semestinya keterbukaan dan kemudahan akses menjadi sarana
agar masyarakat tidak mudah terprovokasi.
“Isu SARA semestinya sudah tidak terjadi lagi di Madura.
Perkembangan informasi dan akses masuk ke Madura yang begitu mudah harus
disambut dengan pembekalan yang intensif kepada seluruh lapisan masyarakat agar
tidak mudah termakan isu,” ungkap politikus asal Sumenep, Madura itu kepada
Okezone, di Jakarta, Senin (27/8/2012).
Kata dia, jika peristiwa semacam itu terus berulang maka
Madura dapat dirugikan. Oleh sebab itu, dia berharap kerukunan dan kebersamaan
bisa ditingkatkan dan terus dijaga.
“Madura dirugikan jika terus terjadi saling bunuh.
Kebersamaan Madura harus kita jaga,” kata dia.
Kekerasan yang menewaskan dua warga itu lanjut dia, tak
dapat dibenarkan atas nama apapun. Sebab agama sendiri menghargai perbedaan
keyakinan. Warga Madura harus selalu menumbuhkan energi positif.
“Agama itu menyeragamkan perbedaan dan menghargai keragaman.
Rakyat Madura harus tetap menumbuhkan energi positif. Membunuh itu
menghilangkan hak orang untuk hidup,” kata dia.
Dia berharap insiden ini merupakan terakhir kalinya dan
masyarakat tidak mudah terpancing dengan adu domba yang bisa memecah belah
kerukunan masyarakat Madura.
“Semoga ini kali terakhir terjadi pembunuhan sesama Madura.
Kita harus bersatu, jangan mudah percaya pada issue yang memecahbelah Madura,”
jelas dia.
Kata dia, musuh yang harus dilawan bukan sesama masyarakat
madura, melainkan setan dan iblis. “Musuh kita adalah setan dan iblis bukan
orang madura sendiri,” tukas dia.(put)
http://news.okezone.com/read/2012/08/27/339/681242/jika-konflik-syiah-berlanjut-madura-yang-dirugikan
Mainsource
: https://satuislam.wordpress.com/2012/08/26/allahu-akbar-hari-ini-muslim-syiah-dibantai-di-madura/
Pesan Sejuk Buya Sayyid Muhammad Maliki “Jangan Kafirkan
Sesama Muslim!”
SALAFYNEWS.COM, SAUDI – Menyikapi maraknya aksi adu domba
antara sesama Muslim yang dipropagandakan musuh-musuh Islam wal Muslimin, Guru
Besar Sayyid Muhammad Alawi Maliki -rahimahullah- telah jauh-jauh mengingatkan
umat Islam agar tidak tertipu dengan tipu muslihat mereka.
Musuh-musuh Islam wal Muslimin selalu mendapatkan kesempatan
untuk mengadu domba dan memecah belah kesatuan barisan Umat Islam melalui
sekelompok orang/ulama/penulis yang hanya pandai menyebarkan fitnah di
tengah-tengah Umat Islam.
Beliau -rahimahullah- berkata, Artinya: “Kita benar-benar
telah ditimpa bencana dengan sekelompok orang yang kerjanya khusus membagi-bagi
tuduhan kafir dan syirik, dan mengeluarkan vonis dengan julukan-julukan dan
sifat-sifat yang tidak layak untuk dituduhkan kepada seorang Muslim yang
bersyahadah bahwa ‘Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah’,
seperti ucapan sebagian dari mereka untuk orang yang berbeda pendapat atau
berlainan madzhab‘ ‘rusak akalnya.. Dajjal/penipu.. tukang sihir.. ahli bid’ah..
dan akhirnya musyrik.. kafir. .! Kita telah sering mendengar sebagian orang
dungu yang mengaku-ngaku pembela akidah melontarkan tuduhan seperti itu dengan
tanpa tanggung jawab, dan kaum bodoh dari mereka menambahkan dengan mengatakan
”Penganjur kepada syirik dan kesesatan di zaman ini, pembaharu agama Amr bin
Luhay yang bernama fulan!
Begitulah kita mendengar dari sebagian orang dungu
melontarkan caci-maki dan cercaan dengan kata-kata yang jelek yang tidak
selayaknya muncul kecuali dari orang pasaran yang tidak pandai menjalankan
metode dakwah dan sopan santun dalam berdialoq.” (Kitab At Tahdzîr Min al
Mujâzafah Bi at Takfîr:8)
Beliau -rahimahullah- juga menukil fatwa ad Dâ’i Ilallah, al
Habib Ahmad Masyhûr al Haddâd yang mengingatkan kita agar menjauhkan diri dari
mengafirkan Ahli Kiblah (kaum Muslimin) menurut “Ijma’ yang telah ditetapkan
atas dilarangnya mengafirkan seorangpun dari Ahli Kiblah kecuali disebabkan
mengingkari Allah, Dzat Maha Pencipta, atau kemusyrikan yang nyata yang tidak
bias ditakwil, atau mengingkari kenabian atau mengingkari hal yang diketahui
pasti dari agama, atau mengingkari yang pasti mutawatir dari agama…”. (kitab At
Tahdzîr Min al Mujâzafah Bi at Takfîr:32 dari Syarh Asâs al Aqîdah al
Islamiyah)
Jadi pengkafiran sesama kaum Muslimin dari berbagai Mazdahib
Islamiyah adalah hasil kerjaan musuh-musuh Islam! Dari madzhab manapun mereka
adalah saudara kita, madzhab mereka adalah madzhab Islami.
Belaiu -rahimahullah- memperkenalkan kepada kita nama
madzhab mana saja yang masih tergolong madzhab Islami: “Maka sebenarnya seluruh
buku-buku fikih mazhab-mazhab Islamiyah penuh dengan masalah ini. Perhatikan,
jika engkau mau buku-buku fikih (mazhab) Hanafi! Perhatikan, jika engkau mau
buku-buku fikih (mazhab) Maliki, dan buku-buku fikih (mazhab) Syafi’i dan
Hanbali! Perhatikan, jika engkau mau buku-buku fikih (mazhab) Zaidi, Ibadhi
atau mazhab Ja’fari, engkau pasti temukan mereka menyusun sebuah bab khusus
tentang ziarah (makam Nabi saw.) setelah bab-bab manasik (haji).” (Mafâhim Yajibu
An Tushahhah:186)
Inilah madzhab-madzhab Islamiyah menurut beliau, dan seluruh
penganut madzhab-madzhab ini adalah saudara kita sesama Muslimin. (SFA)
/ http://www.salafynews.com/pesan-sejuk-buya-sayyid-muhammad-maliki-jangan-kafirkan-sesama-muslim.html
Darimana Asal Usul Kebengisan Ajaran Salafy Wahabi?
Salafynews.com – Kejahatan para ekstrimis salafy bukanlah
hal yang baru. Kekejian seperti membantai rakyat sipil tak berdosa, memenggal
kepala bahkan dengan pisau tumpul, membakar hidup-hidup rakyat sipil yang
ditawan, menggantungkan kepala-kepala para ulama dan kaum tak berdosa di
jalan-jalan, meledakkan masjid-masjid kaum Muslimin, meledakkan makam para nabi
dan wali dan berbagai kejahatan yang tak terbayangkan oleh pikiran sehat itu
memiliki akar sejarah yang panjang.
Mustahil kelompok ekstrim itu tiba-tiba muncul dan melakukan
kekejaman tanpa ada “tokoh teladan” yang mereka contoh kebengisan dan
kebiadabannya.
Kali ini kita akan menyimak ulasan dari Syeikh Hasan bin
Farhan Al-Maliky yang membongkar “Asal Usul Kebiadaban Kelompok Teroris Abad
ini” yang ternyata telah dicontohkan oleh Tuan Tuan Bani Umayyah sebagai idola
mereka sejak lebih dari 10 abad yang lalu.
Perhatikan daftar list kejahatan Bani Umayah yang diungkap
Syekh Hasan bin Farhan Al Maliky dibawah ini dan bandingkan dengan kejahatan
yang dipertotonkan terhadap dunia oleh ekstrimis salafy wahabi al Qaedah dan
semua afiliasinya, Kelompok ISIS, Jabhat Nushrah, Anshar Tauhid, Boko Haram, al
Shabab Somalia dan lain sebagainya.
1). Hujur bin Adi
Beliau seorang sahabat yang mulia, Mereka (Bani Umayah)
membunuhnya.
Sebab Pembunuhan: Menurut penguasa (Bani Umayah) karena ia
telah kafir. Sebagian dari kita pun ikut meyakini tuduhan para penguasa itu
hingga hari ini.
Sebab sebenarnya adalah beliau menolak pelaknatan kepada
khalifah keempat, yaitu Imam Ali bin Abi Thalib.
2). Ghailan ad Dimasyqi
Mereka membunuhnya setelah memotong lidah dan kedua
tangannya!
Sebab Pembunuhan: Menurut para penguasa (Bani Umayah) ia
telah kafir! Sebagian dari kita pun masih ada yang meyakini tuduhan para
penguasa itu hingga hari ini.
Sebab sebenarnya: adalah Khalifah Umar bin Abdul Aziz
menugasinya untuk memeriksa kekayaan Bani Umayyah dan mengeluarkan harta
simpanan mereka lalu di jual di pasar bebas. Ia berkata: “Saya berlepas diri
dari menganggap mereka sebagai para pemimpin pembawa hidayah.” Maksudnya adalah
Bani Umayyah.
Kemudian setelah Hisyam bin Abdul Malik berkuasa, ia
menggelar pengadilan formalitas untuk menghukum Ghailan. Ia ajukan tiga
pertanyaan tentang Allah, penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya dan tentang
takdir. Beliau pun menjawab: Saya tidak tau. Maka mereka berkata: Ia telah
kafir! Kemudian mereka membunuhnya.
3). Abdullah bin Zubair
Setelah tewas, mereka menyalibnya dalam keadaan terbalik
bersama jasad seekor anjing, padahal ia seorang sahabat Nabi saw.
4). Muhammad bin Abu Bakar. Putra Khalifah Abu Bakar.
Amr bin Ash memasukkannya ke dalam perut seekor keledai lalu
membakarnya hidup-hidup.
Dalam surah Al Qur’an yang mana Amr bin Ash menemukan
hukuman kejam seperti itu? Kaum Nashibi pun bertepuk tangan, bersorak gembira
dan wajah mereka dihiasi senyum riang.
5). Al Hakim penulis Kitab Al Mustadrak.
Beliau dikeroyok Ekstrimis Salafi dengan pukulan agar beliau
sudi meriwayatkan hadis pujian atas Mu’awiyah, beliau tetap menolak dan gigih
bertahan.
Dalam Syari’at mana Anda temukan hukuman sadis semacam ini?
6). Imam An Nasa’i penulis kitab As-Sunan.
Kaum Nashibi kota Syam mengeroyok beliau dengan pukulan
bertubi-tubi hingga beliau tewas. Hanya karena beliau tidak sependapat dengan
mereka untuk meriwayatkan hadis pujian atas Mu’awiyah?
7). Rasyid al Hajari.
Beliau seorang Sahabat yang hadir dan ikut serta dalam
perang Uhud (seperti terbukti setelah diteliti).
Dan Ziyad bin Abihi memutilasinya.
Dan mereka pun berkata: Rasyid telah kafir !
Sebab sebenarnya: adalah kesetiaannya kepada Imam Ali bin
Abi tholib. Dan atas pembunuhan keji itu kaum Nashibi pun bergembira.
8). Ja’ad bin Dirham.
Mereka menyembelihnya di hari raya kurban (iedul adha).
Menurut para penguasa (Bani Umayah), sebab ia dibunuh karena ia telah kafir!
Dan kita pun hingga hari ini mengikuti para penguasa dan
mendendangkan bait-bait syair di kitab-kitab akidah yang memuji dan menjunjung
mulia para pelaku kezaliman dan kejahatan yang telah menyembelihnya.
Sebab sebanarnya: adalah karena ia punya hubungan politik
dengan Yazid bin Muhallab. Maka Khalid al Qasari menyembelihnya tanpa
mengadilinya dan tanpa mendengar esepsi pembelaan dirinya.
Semua informasi yang kita percayai adalah yang disampaikan
oleh si jagal yang menyembelihnya. Mereka berkata: Ia telah kafir! Dan kita pun
mengamininya.
9). Yazid bin Na’amah adh Dhabbi. Seorang sahabat agung Nabi
saw.
Para penguasa tiran memenjarakannya selama dua puluh tahun
hanya karena ia berkata kepada Gubernur Bashrah ketika ia menunda-nunda
pelaksanaan shalat berjama’ah: “Shalat! Shalat, Semoga Allah
merahmatimu!”
Dalam ayat manakah mengingatkan shalat dianggap sebagai
kejahatan yang harus dijatuhi hukuman seperti itu?
10). Maitsam at Tammar.
Bani Umayyah menyalibnya di batang pohon kurma dan memotong
lidah beliau semata-mata karena kesetiannya yang tulus kepada Imam Ali bin Abi
tholib.
Para penguasa Bani Umayyah mengatakan bahwa Maitsam telah
kafir. Dan kaum dungu pun bertepuk tangan mendukungnya.
11). Amr bin al Hamaq al Khuza’i
Beliau seorang sahabat agung yang ikut berhijrah dan
bergabung bersama Nabi saw.
Kepala beliau dipenggal atas perintah Mu’awiyah lalu
dilemparkan ke hadapan istri tercintanya yang sedang ditahan di penjara
Mu’awiyah. Kaum Nashibi bersuka cita atas kekejian ini.
Sementara label “sahabat” dan perjuangannya dalam berhijrah
bersama Nabi saw hilang begitu saja hingga hari ini.
(Apakah ini bukan termasuk penghinaan dan kekejaman kepada
para sahabat Nabi saw? -Red-)
12). Tsaja’, seorang wanita shalihah.
Ia dibunuh dengan keji oleh Ibnu Ziyad di masa kekuasaan
Mu’awiyah lalu jasadnya disalib dalam keadaan telanjang bulat dengan kepala di
bawah dan kakinya di atas! Dan kaum Nashibi diam seribu bahasa terhadap
kejahatan pemimpin mereka.
Ini adalah hukuman kaum Nashibi dan bukan hukum Islam. Kami
berlindung kepada Allah dari menisbatkan kejahatan hukuman itu kepada Syari’at
Allah.
Perhatikan Kekejaman ISIS.
Kelompok ISIS menyalib seorang tahanan mereka di Suriah.
13). Abdurrahman bin Hassan al Bakri
Ia dikubur hidup-hidup atas perintah Mu’awiyah, hanya karena
ia bersama Sahabat Hujur bin Adi.
14). Shaleh Abdul Quddus.
Beliau Seorang penyair yang hidup zuhud.
Mereka salah paham terhadap dua bait syair yang digubahnya
maka “Khalifah” al Mahdi membunuhnya dengan tuduhan Zindiq. Ia dipotong dari
tengah badannya.
Di mana kita dapat temukan hukuman sadis seperti ini dalam
Syari’at Allah?
15). Ibnu As Sikkit -seorang pakar bahasa Arab terkemuka-
Al Mutawakkil membunuhnya dengan sangat sadis atas saran
seorang ulama yaitu dengan cara menarik lidahnya dari belakang tengkuknya lalu
dipotong, Seketika beliau tewas.
Mengapa ia dibunuh dengan cara sadis seperti itu?
Karena ia menolak untuk merestui pendapat al Mutawakkil bahwa kedua
putranya lebih mulia dari Al-Hasan dan Al-Husein, cucu Baginda Nabi Muhammad
saw.
Inilah 15 nama yang kami kutip dari Syeikh Hasan bin Farhan
Al Maliky, dan masih banyak lagi nama-nama korban kekejian leluhur Salafy
Wahabi bahkan kepada para sahabat nabi sekalipun.
Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa hukuman dan
kekejaman mereka sama sekali tidak sejalan dengan Syariat Islam. Islam adalah
agama rahmatan lil alamin yang tak pernah merestui kebengisan bahkan kepada
orang kafir sekalipun.
Pertanyaannya, mereka para ekstrimis itu mengikuti siapa?
Mengikuti agama rahmat yang dibawa Nabi Muhammad saw atau
mengikuti agama bengis yang diusung oleh Bani Umayah?
Karena itu, jangan heran jika Ekstrimis Masa Kini meniru
perbuatan para leluhurnya dalam kekejian dan kebengisan terhadap kaum muslimin.
Perbuatan biadab Teroris salafy wahhabi menggantung
kepala-kepala manusia di jalanan di Suriah. Silahkan klik link berikut ini
https://youtu.be/sWgXA4H2UTM
Hukuman keji juga diteladani oleh ekstrimis/teroris salafy
di Suriah dengan melempar hidup-hidup penduduk sipil tak berdosa di
Suriah dari gedung yang tinggi. Klik link berikut ini
https://youtu.be/aGTnhyKbyAQ
Mari membuka mata, mari membuka hati untuk menerima
kebenaran sejarah yang sebenarnya.
Sumber: http://almaliky.org/news.php?action=view&id=77
Mainsource
: http://www.salafynews.com/darimana-asal-usul-kebengisan-ajaran-salafy-wahabi.html
Casino Games Near Me - MapyRO
BalasHapusFind your nearest Casino Games and 제주도 출장마사지 other Casino Games near you from 2021. near the gaming area. 포항 출장안마 Find 삼척 출장안마 nearby Casino Games. 동해 출장샵 Search for 경산 출장안마 other Casino Games near you.