Pidato Ahmadinejad di Columbia University
Posted by on September 28, 2007Aris Prasetya wrote:
Salam,
saya kebetulan menonton pidato Ahmadinejad di Columbia University
tersebut yg disiarkan secara langsung oleh MSNBC.transcript lainnya bisa dilihat di sini :
http://www.azstarne t.com/sn/ hourlyupdate/ 202820.php
sejauh ini, saya lihat transcript di situs itu cukup baik dan komplet,
dan lebih kurang sama dengan apa yg diterjemahkan saat dialog itu terjadi.
ada bbrp hal menarik dari dialog tsb:
– pidato “penyambutan tamu” oleh Lee Bollinger, president columbia
univesity, sangat tidak santun. Alih-alih menyambut, dia malah
memberikan julukan yg buruk kpd presiden Iran, “Mr. President, you
exhibit all the signs of a petty and cruel dictator. “. kmd
dilanjutkan dg tuduhan2 yg tdk punya bukti/dasar yg kuat.
– “pidato balasan” dari Ahmadinejad sangat mencengangkan. luar biasa,
utk ukuran seorang presiden. krn selama ini, para politisi, lebihterkesan terlalu diplomatis, sedemikian sehingga inti dari pidatonya
sering kurang dimengerti. dan alih2 marah atas julukan yg diberikan
bollinger, dia hanya cukup mengatakan bhw,
“In Iran, tradition requires that when we demand a person to invite us
as a — to be a speaker, we actually respect our students and the
professors by allowing them to make their own judgment, and we don’t
think it’s necessary before the speech is even given to come in”.
kmd dilanjutkan dg mengatakan,
“Nonetheless, I should not begin by being affected by this unfriendly
treatment.”
– Ahmadinejad mengajarkan science kpd mahasiswa columbia university dg
cara yg sangat filosofis.
“In our culture, the word “science” has been defined as
“illumination. ” In fact, the “science” means “brightness” and the real
science is a science which rescues the human being from ignorance to
his own benefit. In one of the widely accepted definitions of science,
it is stated that it is the light which sheds to the hearts of those
who have been selected by the Almighty; therefore, according to this
definition, science is a divine gift, and the heart is where it resides.
If we accept that “science” means “illumination, ” then its scope
supersedes the experimental sciences, and it includes every hidden and
disclosed reality. One of the main harms inflicted against science is
to limit it to experimental and physical sciences; this harm occurs
even though it extends far beyond this scope.
Realities of the world are not limited to physical realities. And the
material is just a shadow of supreme realities, and physical creation
is just one of the stories of the creation of the world. Human being
is just an example of the creation that is a combination of the
material and the spirit.”
– dan ternyata, sampai sekarang dia masih mengajar di universitas
“You know that my main job is a university instructor. Right now as
president of Iran I still continue teaching graduate and Ph.D level
courses on a weekly basis.”
– ini ttg holocaust
” I am an academic, and you are as well. Can you argue that
researching a phenomenon is finished, forever done? Can we close the
books for good on a historical event?
There are different perspectives that come to light after every
research is done. Why should we stop research at all? Why should we
stop the progress of science and knowledge?”
“if, given that the Holocaust is a present reality of our time, a
history that occurred, why is there not sufficient research that can
approach the topic from different perspectives? ”
” But then why don’t we encourage more research on a historical event
that has become the root, the cause of many heavy catastrophes in the
region in this time and age? Why shouldn’t there be more research
about the root causes?”
“well, given this historical event, if it is a reality, we need to
still question whether the Palestinian people should be paying for it
or not. After all, it happened in Europe. The Palestinian people had
no role to play in it. So why is it that the Palestinian people are
paying the price of an event they had nothing to do with?”
– ttg tekhnologi nuklir
” How come is it anyway that you have that right and we can’t have it?
We want to have the right to peaceful nuclear energy. They tell us,
“Don’t make it yourself. We’ll give it to you.”
” We want to have the right to self-determination towards our future.
We want to be independent. Don’t interfere in us. If you don’t give us
spare parts for civilian aircraft, what is the expectation that you’d
give us fuel for nuclear development for peaceful purposes?”
– tentang 911
“September 11 tragic event was a huge event. It led to a lot of many
other events afterwards. After 9/11, Afghanistan was occupied and then
Iraq was occupied, and for six years in our region there is
insecurity, terror and fear. If the root causes of 9/11 are examined
properly — why it happened, what caused it, what were the conditions
that led to it, who truly was involved, who was really involved — and
put it all together to understand how to prevent the crisis in Iraq,
fix the problem in Afghanistan and Iraq combined.”
– undangan Ahmadinejad kpd universitas comlumbia utk mengunjungi dan
berbicara di universitas Iran
” I was asked, would I allow the faculty and Columbia students here to
come to Iran? From this platform, I invite Columbia faculty members
and students to come and visit Iran, to speak with our university
students. You are officially invited.”
” We’ll give you the true platform. You can — we’ll respect you 100
percent. We will have our students sit there and listen to you, speak
with you, hear what you have to say.
Right now in our universities on a daily basis, there are hundreds of
meetings like this. They hear, they talk, they ask questions, they
welcome it.”
Sayangnya, baik media barat atau bahkan media di jazirah arab ini, byk
yg mengutip sekenanya saja. Bahkan byk yg tdk mengutip, tapi
memberikan penilaian, yg semuanya bernuansa negatif. Repot memang, di
jazirah arab ini, baik teknologi, media dan keamanannya … semua
mengikut amrik dan british.
salam dari Bahrain
@rs-;–
— In islam_alternatif@ yahoogroups. com, farah izadi <farah_izadi@ …>
wrote:
>
Terjemahan Transkrip Pidato Ahmadi Nejad di Columbia University
Pembicara: Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad;
Pengantar: Lee Bollinger, Presiden Columbia University, New York City, New York; Waktu: 24 September 2007.
Pengantar yang Kasar dan Bias
MR. BOLLINGER: Saya akan memulai ini dengan berterima kasih kepada Dekan John Coatsworth dan Profesor Richard Bulliet atas kerja mereka mengorganisasikan acara ini dan atas komitmen mereka kepada Fakultas International and Public Affairs dan peranannya—(diinteru psi tepuk tangan)—dan atas peranannya dalam melatih para pemimpin masa depan dalam urusan-urusan dunia. Jika hari ini membuktikan sesuatu, maka terdapat kerja besar di hadapan kita. Ini hanyalah salah satu di antara banyak acara mengenai Iran yang akan berlangsung sepanjang tahun akademi ini, semuanya agar kita dapat memahami dengan lebih baik bangsa yang penting dan kompleks ini dalam konteks geopolitik kontemporer.
Sebelum berbicara secara langsung kepada Presiden Iran, saya mempunyai beberapa poin yang penting untuk digarisbawahi. Pertama, pada 2003, World Leaders Forum telah berhasil mengembangkan tradisi panjang Columbia dalam menyediakan forum utama bagi perdebatan yang sehat, khususnya dalan isu-isu global.
Kedua, bagi mereka yang percaya bahwa acara ini seharusnya tidak pernah terjadi, sehingga tidak sepantasnya bagi universitas untuk mengadakan acara seperti ini, saya ingin mengatakan bahwa saya memahami perspektif kalian dan menghargainya sebagai sesuatu yang masuk akal. Cakupan “free speech” dalam kebebasan akademik dalam dirinya sendiri selalu terbuka bagi perdebatan yang lebih jauh. Sebagaimana salah satu kutipan terkenal mengenai “free speech” mengatakan, “it is an experiment as all life is an experiment”. Saya ingin mengatakan, sejelas yang saya mampu, bahwa acara ini adalah sesuatu yang benar untuk dilakukan, dan tentu saja ini dituntut oleh norma-norma yang ada tentang “free speech”, universitas Amerika, Columbia itu sendiri.
Ketiga, kepada mereka di antara kita yang merasa kecewa dan terluka akibat (acara) hari ini, saya atas nama semua menyatakan bahwa kami mohon maaf dan berkehendak untuk melakukan apa yang kami bisa untuk mengurangi rasa terluka itu.
Keempat, agar menjadi jelas tentang persoalan lain, bahwa acara ini tidak berhubungan sama sekali dengan hak apa pun dari si pembicara (Ahmadinejad) , tetapi hanya berkaitan dengan hak kita untuk mendengar dan berbicara. Kami melakukan ini demi diri kami sendiri. Kami melakukan ini dalam tradisi agung dari keterbukaan yang telah mendefinisikan bangsa ini selama berdekade-dekade hingga sekarang. Kita butuh memahami dunia tempat kita hidup, bukan malah mengabaikan kemuliaan-kemuliaan nya ataupun takut akan ancaman-ancaman dan bahaya-bahayanya. Ini tidak konsisten dengan ide bahwa seseorang perlu mengetahui musuhnya—maafkan saya—ini konsisten dengan ide bahwa seseorang perlu mengetahui musuhnya, untuk memiliki keberanian emosional dan intelektual dalam menghadapi pikiran jahat, dan untuk mempersiapkan diri kita agar bertindak dengan perangai yang benar. Saat ini, argumen-argumen “kemerdekaan berbicara” tidak akan pernah terlihat menandingi kekuatan argumen-argumen lawannya, tetapi apa yang kita harus ingat adalah bahwa ini tepatnya karena “kemerdekaan berbicara” menuntut kita untuk melatih pengekangan diri yang luar biasa melawan dorongan-dorongan yang sangat alamiah tetapi seringkali kontraporduktif, yang membawa kita untuk mundur dari keterlibatan dengan gagasan-gagasan yang tidak kita benci dan takuti. Di sinilah, terletak kejeniusan ide “kemerdekaan berbicara” Amerika.
Terakhir, di universitas, kami mempunyai komitmen yang dalam dan kuat untuk mengejar kebenaran. Kita tidak mempunyai akses kepada kekuasaan, kita tidak bisa memutuskan perang atau damai, kita hanya dapat melahirkan pikiran, dan untuk melakukan hal ini, kita harus memiliki kebebasan pencarian yang paling luas.
Izinkan saya berpaling kepada Mr. Ahmadinejad.
Pertama, mengenai pemberangusan brutal terhadap para ilmuwan, wartawan-wartawan, pembela hak asasi manusia. Lebih daripada dua minggu yang lalu, pemerintah anda telah membebaskan Dr. Haleh Esfandiari dan Parnaz Azima, serta baru dua hari yang lalu, Kian Tajbakhsh, lulusan Columbia dengan gelar Ph.D di bidang perencanaan kota. Sementara masyarakat kami bergembira setelah tahu bahwa ia dibebaskan dengan jaminan, Dr. Tajbakhsh kini masih berada di Tehran dalam tahanan rumah, dan ia masih tidak mengetahui apakah ia akan didakwa dengan suatu tuduhan kejahatan atau akan diizinkan untuk meninggalkan Iran.
Izinkan saya mengatakan hal ini sebagai catatan, aku menyerukan kepada presiden hari ini untuk memastikan bahwa Kian akan bebas untuk bepergian ke luar Iran kapan pun ia mau. (Tepuk tangan.) Izinkan saya juga melaporkan pada hari ini bahwa kami menyampaikan tawaran kepada Kian untuk bergabung dengan fakultas kami sebagai profesor tamu di bidang perencanaan kota di sini, di almamaternya, di tingkat Sarjana pada Fakultas Arsitektur, Perencanaan, dan Pemeliharaan, dan kami berharap ia mampu bergabung dengan kami pada semester berikutnya. (Tepuk tangan.)
Penangkapan dan penahanan orang-orang Iran-Amerika ini untuk alasan yang tidak jelas bukan hanya tidak pada tempatnya, tetapi juga sepenuhnya melanggar nilai-nilai dasar yang juga mengizinkan pembicara hari ini untuk bahkan muncul di kampus ini, tetapi setidaknya mereka masih hidup.
Menurut Amnesty International, 210 orang telah dieksekusi di Iran sejauh ini pada tahun ini, 21 dia antara mereka pada pagi 5 September. Jumlah keseluruhan tahunan ini meliputi dua orang anak, yang bukti lebih jauhnya dituliskan Human Rights Watch bahwa Iran tengah membawa dunia untuk mengeksekusi anak-anak.
Ada lagi. Iran telah menghukum gantung 30 orang pada Juli dan Agustus lalu dalam sebuah aksi represi terhadap usaha-usaha untuk menciptakan sebuah masyarakat yang lebih demokratis. Kebanyakan eksekusi ini dilaksanakan di muka umum, sebuah pelanggaran terhadap International Covenant of Civil and Political Rights, di mana Iran adalah salah satu pihak peratifikasi. Eksekusi-Eksekusi tersebut dan yang lainnya bersamaan waktunya dengan pemberangusan yang lebih luas terhadap para aktivis mahasiswa dan akademisi-akademisi yang dituduh berupaya memprovokasi sesuatu yang disebut “revolusi halus”. Hal ini termasuk memenjarakan dan memaksa pensiun para ilmuwan. Seperti Dr. Esfandiari katakan dalam sebuah wawancara sejak pembebasannya, dia ditahan dalam kamar isolasi selama 105 hari karena pemerintah Iran percaya bahwa Amerika Serikat sedang merencanakan sebuah “revolusi beludru” di Iran.
Dalam ruangan yang sama ini; tahun lalu kita mempelajari sesuatu mengenai “revolusi beludru” dari Vaclav Havel, dan kami mungkin mendengar hal yang sama dari pembicara World Leaders Forum kita malam ini, Presiden Michelle Bachelet dari Cili. Kedua kisah mereka yang luar biasa mengingatkan kita bahwa tidak ada cukup penjara untuk mencegah suatu masyarakat yang menginginkan kebebasannya.
Kami di universitas ini belum malu untuk memprotes tantangan—dan menantang kegagalan-kegagalan pemerintah kami sendiri untuk hidup di atas nilai-nilai kami, dan kami tidak akan malu untuk mengkritik negara anda. Marilah kita perjelas di permulaan. Mr. Presiden, anda memperlihatkan semua tanda dari seorang diktator yang kejam lagi picik. Dengan demikian, saya bertanya kepada anda—(tepuk tangan)—dengan demikian daya bertanya kepada anda, mengapa wanita, para anggota sekte Baha’i, kaum homoseks, dan begitu banyak rekan kerja akademik kami menjadi target penganiayaan di dalam negeri anda? Mengapa, dalam sebuah surat minggu lalu kepada Sekretaris Jenderal PBB, Akbar Ganji, oposan politik Iran ternama, dan lebih daripada 300 kaum intelektual publik, para penulis, dan penerima Nobel menyatakan keprihatinan yang serius bahwa pertentangan anda dengan Barat telah mengacaukan perhatian dunia dari kondisi-kondisi yang tak dapat ditoleransi lagi di dalam rezim anda di Iran, khususnya penggunaan “hukum pers” yang melarang para penulis untuk mengkritik sistim yang sedang berkuasa? Mengapa anda takut kepada warga Iran yang menyuarakan pendapat-pendapat mereka bagi perubahan?
In our country, you are interviewed by our press and asked to speak here today. And while my colleagues at the law school — Michael Dorf, one of my colleagues, spoke to Radio Free Europe, viewers in Iran a short while ago on the tenants of freedom of speech in this country — I propose further that you let me lead a delegation of students and faculty from Columbia to address your universities about free speech with the same freedom we afford you today. (Applause.)
Di dalam negeri kami, anda diwawancarai oleh media kami dan diminta untuk berbicara di sini pada hari ini. Dan sementara para rekan kerja saya di fakultas hukum—Mikhael Dorf, salah satu rekan kerja saya, berkata kepada Radio Free Europe, para pemirsa di Iran beberapa saat lalu mengenai “kebebasan berbicara” di negeri ini—saya mengusulkan lebih jauh kepada anda agar mengizinkan saya memimpin sebuah delegasi dari para mahasiswa dan fakultas dari Columbia untuk berbicara di universitas- universitas anda mengenai “kemerdekaan berbicara” dengan kebebasan yang sama yang kita upayakan bagi anda hari ini. (Tepuk tangan.)
Kedua, pengingkaran terhadap Holocaust. Suatu hari pada Desember 2005 dalam sebuah acara siaran televisi negara, anda menggambarkan Holocaust sebagai sebuah “legenda yang dibuat-buat”. Satu tahun kemudian, anda mengadakan suatu konferensi dua hari yang menghimpun para pemungkir Holocaust. Bagi orang awam dan bodoh, ini adalah propaganda yang berbahaya.
Ketika anda datang ke tempat seperti ini, maka hal ini membuat anda sungguh menggelikan. Anda provokatif dengan angkuhnya ataukah secara mengejutkan tidak berpendidikan. Anda perlu tahu—(tepuk tangan)— bahwa Columbia adalah pusat dunia dalam studi-studi Yahudi—dan sekarang tengah dalam kemitraan dengan Institut of Holocaust Studies.
Since the 1930s, we provided an intellectual home for countless Holocaust refugees and survivors and their children and grandchildren. The truth is that the Holocaust is the most documented event in human history. Because of this, and for many other reasons, your absurd comments about the debate over the Holocaust both defy historical truth and make all of us who continue to fear humanity’s capacity for evil shudder at this closure of memory, which is always virtue’s first line of defense. Will you cease this outrage?
Sejak 1930-an, kami menyediakan perlindungan intelektual bagi pengungsi-pengungsi Holocaust yang tak terhitung banyaknya, para orang yang selamat, dan anak-anak serta cucu-cucu mereka. Kebenarannya adalah bahwa Holocaust adalah peristiwa yang paling terdokumentasikan dalam sejarah manusia. Karena inilah, dan karena banyak alasan lainnya, komentar-komentar anda yang absurd mengenai debat seputar Holocaust telah mengingkari kebenaran sejarah dan membuat kita semua terus merasa takut akan kapasitas umat manusia bagi tertutupnya memori akan hal ini, yang semestinya selalu berada dalam garis depan pertahanan. Apakah anda akan menghentikan hal yang menyakitkan hati ini?
Penghancuran Israel. Dua belas hari yang lalu anda berkata bahwa negara Israel tidak bisa melanjutkan hidupnya. Hal ini menggemakan sejumlah pernyataan provokatif yang anda sampaikan pada dua tahun yang lalu, termasuk pada Oktober 2005, ketika anda berkata Israel itu “harus hapus dari peta”. Columbia mempunyai lebih daripada 800 alumni yang sekarang tinggal di Israel. Sebagai sebuah institusi, kami mempunyai ikatan yang dalam dengan para kolega kami di sana. Saya secara pribadi sudah berbicara—secara pribadi, saya sudah angkat bicara dalam terminologi yang paling kuat untuk melawan proposal-proposal boikot terhadap akademisi Israel, seraya mengatakan boikot-boikot seperti itu mungkin juga mencakup Columbia. (Tepuk tangan.)
Lebih daripada 400—lebih daripada 400—kolega dan presiden universitas di negeri ini sudah bergabung dalam pernyataan tersebut.
Pertanyaan saya kemudian adalah, apakah Anda bermaksud menghapus kami dari peta juga? (Tepuk tangan.)
Mendanai terorisme: Menurut laporan-laporan dari Council on Foreign Relations, adalah terdokumentasikan dengan baik bahwa Iran adalah negara sponsor teror yang mendanai kelompok-kelompok kejam seperti Hizbullah, Lebanon, yang Iran bantu pendiriannya pada 1980-an, Hamas Palestina dan Jihad Islam. Pemerintah anda kini menggerogoti pasukan Amerika di Irak dengan membiayai, mempersenjatai, dan menyediakan tempat yang aman kepada para pemimpin pemberontak seperti Muqtada al-Sadr dan tentaranya. Terdapat sejumlah laporan bahwa pemerintah anda juga terlibat dalam usaha-usaha Suriah untuk mendestabilisasi pemerintah Lebanon melalui kekerasan dan pembunuhan politik.
Pertanyaan saya adalah: Kenapa anda mendukung organisasi-organisa si teroris yang terus menghantam perdamaian dan demokrasi di Timur Tengah, menghancurkan hidup dan masyarakat sipil di kawasan?
Perang proksi melawan pasukan Amerika Serikat di Irak—dalam sebuah pengarahan singkat di hadapan National Press Club, Jenderal David Petraeus melaporkan bahwa senjata-senjata yang datang dari Iran, termasuk 240 millimeter roket dan proyektil-proyektil peledak, berkontribusi kepada “suatu serangan-serangan canggih yang sama sekali tidak akan mungkin tanpa dukungan Iran.” Sejumlah lulusan Columbia dan para mahasiswa ada di antara para anggota militer kami yang pemberani, yang sedang bertugas di Irak dan Afghanistan. Mereka, seperti orang Amerika lainnya dengan putra, putri, ayah, suami, dan istri yang bertugas pertempuran, benar-benar melihat pemerintah anda sebagai musuh.
Dapatkah anda mengatakan kepada mereka dan kami mengapa Iran berperang dalam sebuah perang proksi di Irak dengan mempersenjatai milisi Syiah yang menargetkan dan membunuh pasukan AS?
Dan akhirnya program nuklir Iran dan sanksi-sanksi internasional: Minggu ini, Dewan Keamanan PBB sedang membahas sanksi-sanksi yang diperluas untuk ketiga kalinya, karena penolakan pemerintah anda untuk menghentikan program pengayaan uranium. Anda terus menentang lembaga dunia ini dengan mengklaim suatu hak untuk mengembangkan pembangkit tenaga nuklir yang damai, tetapi hal ini nyaris tidak bisa menghadapi pengawasan ketika anda terus mengeluarkan ancaman-ancaman militer kepada tetangga-tetangga. Minggu lalu, Presiden Prancis, Sarkozy, menjelaskan kesabarannya yang hilang dengan taktik tarik-ulur anda , dan bahkan Rusia dan Cina sendiri sudah menunjukkan keprihatinan.
Mengapa negara Anda terus menolak untuk tunduk kepada standar-standa internasional bagi verifikasi senjata nuklir, terus membangkang terhadap persetujuan- persetujuan yang telah anda buat dengan lembaga nuklir PBB? Dan mengapa anda memilih untuk membuat orang-orang di negara anda menjadi rentan disebabkan dampak sanksi-sanksi ekonomi internasional, dan mengancam untuk menelan dunia dalam pembasmian nuklir? (Tepuk tangan.)
Izinkan saya menutup dengan sebuah komentar. Terus terang—saya tutup dengan komentar ini secara terus terang dan dalam semua kejujuran, Mr. Presiden, saya ragu bahwa anda memiliki keberanian intelektual untuk menjawab pertanyaan-pertanya an tadi. Tetapi kalaupun anda menghindar, maka akan dengan sendirinya hal itu menjadi penuh arti bagi kami. Saya sungguh mengharapkan anda untuk memperlihatkan pola pikir yang fanatik yang mengkarakterisasi sangat banyak dari apa yang anda kata dan lakukan. Untungnya, saya diberitahu oleh para ahli tentang negara Anda bahwa hal ini hanya akan mengikis lebih jauh posisi anda di Iran, dengan banyak warga negara yang berhati baik dan cerdas di sana.
Setahun yang lalu, saya diberitahu oleh sumber terpercaya, bahwa pernyataan-pernyata an anda yang absurd dan menyerang di negeri ini, seperti ketika dalam pertemuan di Council on Foreign Relations, sangat mempermalukan warga Iran yang rasional sehingga hal ini mengarah kepada kekalahan partai anda dalam pemilu-pemilu walikota. Semoga ini melakukan hal itu dan lebih lagi. (Tepuk tangan.)
Saya hanya seorang profesor, yang juga seorang presiden universitas.
Dan hari ini, saya merasakan bahwa semua beban dunia peradaban modern hendak mengekspresikan penolakan terhadap apa yang anda yakini. Saya hanya berharap dapat melakukannya secara lebih baik. Terima kasih. (Bersorak, tepuk tangan.)
MR. COATSWORTH: Terima kasih, Lee.
Pembicara utama kita hari ini adalah Yang Mulia Presiden Republik Islam Iran, Mr. Mahmoud Ahmadinejad. Mr. Presiden. (Tepuk tangan.)
PENERJEMAH: Presiden sedang membacakan ayat- ayat al-Quran dalam bahasa Arab. (tidak diterjemahkan. )
PRESIDEN AHMADINEJAD: Ya, Allah, segerakan kedatangan Imam Mahdi dan anugerahinya kesehatan serta kemenangan yang baik, dan jadikanlah kami para pengikutnya dan mereka yang menyatakan kesetian kepadanya.
Dekan yang terhormat, para profesor dan para mahasiswa yang tersayang, tuan-tuan dan nyonya-nyonya. Terutama sekali, saya berniat menyampaikan salam saya kepada segenap Anda. Saya mengucap syukur kepada Allah karena telah menyediakan saya peluang untuk berada di sebuah lingkungan yang akademis, yang mencari kebenaran dan memperjuangkan perkembangan sains dan pengetahuan.
Terutama sekali, saya ingin mengajukan keluhan sedikit mengenai orang yang membacakan pernyataan politik ini (Lee Bollinger, Presiden Columbia University) terhadap saya. Di Iran, tradisi menuntut bahwa ketika kami meminta seseorang datang sebagai pembicara, maka kami akan benar-benar menghormati para mahasiswa dan para profesor kami dengan membiarkan mereka untuk membuat penilaian mereka sendiri, dan kami tidak berpikir bahwa penilaian itu diperlukan sebelum pidato sang pembicara diberikan—(tepuk tangan).
Menurut saya, teks yang dibacakan oleh tuan di sini (Lee Bollinger), lebih daripada sekedar berbicara kepada saya, merupakan suatu penghujatan terhadap informasi dan pengetahuan para pendengar di sini, yang hadir di sini. Dalam sebuah lingkungan universitas, kita harus membiarkan orang mengatakan pikiran mereka, mengizinkan setiap orang untuk berbicara sehingga kebenarannya pada akhirnya terungkapkan secara keseluruhan. Nyaris saja ia (Lee Bollinger) mengambil lebih banyak waktu yang sebenarnya dialokasikan untuk saya berbicara. Dan hal itu tidak menjadi persoalan bagi saya. Kami hanya akan meninggalkan hal itu sebagai tambahan bersama klaim-klaim penghormatan “kebebasan berbicara” yang diberikan kepada kami di negeri ini.
Dalam banyak bagian dari pidatonya, terdapat banyak hinaan dan klaim yang salah, sayang sekali. Tentu saja, saya berpikir bahwa ia telah dipengaruhi oleh pers, media, dan arus politik mainsteram, yang menentang butir dasar dari kebutuhan akan perdamaian dan stabilitas di dunia sekitar kita.
Meskipun begitu, saya mestinya tidak mulai dengan dipengaruhi oleh perlakuan yang tidak ramah ini.
Saya akan berkata kepada anda apa yang harus saya katakan, dan kemudian pertanyaan-pertanya an yang ia munculkan akan dengan senang saya sediakan jawabannya. Tetapi terhadap salah satu isu yang ia munculkan, saya hampir pasti akan butuh untuk mengelaborasi secara lebih lanjut sehingga kita untuk diri kita sendiri dapat melihat bagaimana berbagai hal itu pada dasarnya bekerja.
Adalah keputusan saya di dalam forum dan pertemuan yang berharga ini untuk berbicara dengan anda tentang pentingnya pengetahuan, informasi, dan pendidikan. Akademisi dan ilmuwan adalah obor-obor yang bersinar, yang menumpahkan cahaya untuk menghilangkan kegelapan dan kerancuan di sekitar kita dalam memandu umat manusia ke luar dari ketidaktahuan dan kebingungan. Kunci kepada pemahaman realitas di sekitar kita ada di dalam tangan-tangan peneliti-peneliti, mereka yang berupaya mengungkap area-area tersembunyi, sains-sains yang tak dikenal. Jendela realitas yang mereka dapat buka baru tercapai hanya jika melalui usaha-usaha para ilmuwan dan orang-orang yang terpelajar di dunia ini. Dengan setiap usaha, ada sebuah jendela yang dibuka dan satu kenyataan pun ditemukan.
Kapan pun kualitas moral yang tinggi dari ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan dijaga dan martabat para ilmuwan serta peneliti dihormati, maka manusia telah mengambil langkah-langkah besar ke arah perkembangan material dan rohani mereka. Sebaliknya, kapan pun orang-orang terpelajar dan pengetahuan telah diabaikan, maka manusia sudah terdampar di dalam kegelapan kebodohan dan kealpaan. Jika bukan karena naluri manusia, yang cenderung ke arah penemuan berkesinambungan dari kebenaran, maka manusia pasti akan selalu terdampar di dalam ketidaktahuan dan sama sekali tidak pasti dalam menemukan bagaimana cara memperbaiki hidup yang dianugerahkan kepadanya. Sifat alamiah manusia, pada kenyataannya, merupakan anugerah Allah kepada kita semua. Yang Mahakuasa membimbing manusia ke dalam dunia ini dan menganugerahinya kebijaksanaan dan pengetahuan, yang menjadikannya mengetahui Tuhannya.
Dalam kisah Adam, sebuah percakapan terjadi antara Tuhan dengan para malaikat-Nya. Para malaikat menyebut manusia sebagai makhluk yang tidak kenal ampun dan ambisius dan memprotes penciptaannya, tetapi Tuhan menjawab, “Aku mempunyai pengetahuan dari apa yang kalian tidak berpengetahuan tentangnya.” Lalu Tuhan mengatakan kepada Adam perihal kebenaran, dan atas perintah Tuhan, Adam mengungkapkannya kepada para malaikat.
Para malaikat tidak bisa memahami kebenaran seperti yang diungkapkan manusia.
Yang Mahakuasa berkata kepada mereka, “Tidakkah aku berkata bahwa aku menyadari apa yang tersembunyi di langit dan di bumi?” Dengan cara ini, para malaikat bersujud di hadapan Adam.
Dalam misi semua nabi Ilahi, khotbah pertama berasal dari kata-kata Allah, dan kata-kata itu, “kesalehan”, “iman”, dan “kebijaksanaan” telah disebarkan kepada semua umat manusia. Demi memandu nabi suci Musa as, Allah berfirman, “Dan ia diajar kebijaksanaan, buku ilahi… Ia adalah nabi yang dipilih demi anak-anak Israel, dan saya benar-benar membawa suatu tanda dari Yang Mahakuasa.”
Kata-kata pertama yang diwahyukan kepada Nabi suci Islam menyeru kepada Nabi saw untuk membaca, “Bacalah, bacalah atas nama Tuhanmu, yang menciptakan.” Yang Mahakuasa kembali berfirman, “yang mengajar manusia dengan pena. ” “Allah mengajar manusia apa yang mereka tidak berpengetahuan tentangnya.”
Anda lihat di dalam ayat-ayat pertama yang diwahyukan kepada Nabi Islam yang kudus, kata-kata membaca, mengajar, dan pena disebutkan. Ayat-ayat ini sesungguhnya memperkenalkan Allah sebagai guru umat manusia, guru yang mengajar manusia apa yang mereka tidak ketahui. Dan bagian lain dari—(kata tidak dapat didengar)—mengenai misi Nabi kudus Islam—disebutkan bahwa Yang Mahakuasa menetapkan seseorang dari antara rakyat biasa sebagai nabi mereka agar, “Bacakan bagi mereka ayat-ayat ilahi.” “Dan memurnikan mereka dari pencemaran-pencemar an etis dan ideologis.” “Untuk mengajar mereka kitab dan kebijaksanaan ilahi.”
Sahabat-sahabat yang terhormat, semua kata dan pesan dari para nabi ilahi, sejak Ibrahim dan Ishak dan Yakub hingga Daud dan Sulaiman dan Musa hingga Yesus dan Muhammad, telah menyelamatkan manusia dari ketidaktahuan, kealpaan, takhyul-takhyul, perilaku yang tak pantas, dan cara pikir yang merusak dengan penghormatan kepada pengetahuan dan jalan menuju pengetahuan, cahaya, dan etika yang benar.
Dalam kultur kami, kata ilmu sudah digambarkan sebagai “iluminasi”. Sebenarnya, “ilmu” bermakna “terang” dan ilmu sejati adalah ilmu yang menolong manusia dari ketidaktahuan untuk kemanfaatan diri. Dalam sebuah definisi ilmu yang diterima secara luas, dinyatakan bahwa ia adalah cahaya yang disimpan ke dalam hati mereka yang telah terpilih oleh Allah; oleh karena itu, menurut definisi ini, ilmu adalah anugerah ilahi, dan hati adalah tempat di mana ia berada.
Jika kita menerima bahwa “ilmu” bermakna “iluminasi”, maka lingkupnya akan melebihi sains eksperimental, dan ia meliputi realitas yang disingkapkan dan yang tersembunyi. Salah satu kejahatan utama yang dihantamkan terhadap ilmu adalah dengan membatasinya hingga pada sains-sains eksperimental dam eksakta; kejahatan ini terjadi meskipun ia terus meluas melebihi lingkup ini.
Realitas-realitas dunia tidak dibatasi pada kenyataan-kenyataan fisik. Dan, materi itu hanyalah bayangan dari realitas-realitas yang lebih tinggi, dan ciptaan fisik hanyalah salah satu kisah tentang penciptaan dunia. Manusia hanyalah satu contoh dari ciptaan yang merupakan kombinasi dari material dan roh.
Dan poin penting lain adalah hubungan ilmu dengan kesucian jiwa, hidup, perilaku, dan etika manusia. Dalam ajaran nabi ilahi, satu realitas akan selalu terikat dengan ilmu. Realitas kemurnian jiwa dan perilaku baik, pengetahuan dan kebijaksanaan adalah realitas murni dan jelas. Ilmu adalah cahaya. Ia merupakan pengungkapan kenyataan, dan hanya ilmuwan dan peneliti yang murni, bebas dari ideologi-ideologi yang salah, takhyul-takhyul, egoisme, dan jebakan-jebakan material yang dapat mengungkapkan realitas.
Sahabat-sahabat terhormat, ilmu dan kebijaksanaan dapat juga disalahgunakan, suatu penyalahgunaan yang disebabkan oleh egoisme, korupsi, hasrat material, dan kepentingan material, seperti juga minat individu dan kelompok. Hasrat material menempatkan manusia berhadapan dengan kenyataan-kenyataan dunia ini. Manusia yang terkorupsi menolak menerima kenyataan, dan bahkan jika mereka sungguh menerimanya, mereka tidak akan mematuhinya.
Terdapat banyak ilmuwan yang menyadari realitas tetapi tidak menerimanya. Egoisme mereka tidak membiarkan mereka untuk menerima realitas itu. Apakah mereka yang dulu, dalam perjalanan sejarah manusia, menggelar peperangan tidak memahami realitas bahwa hidup, hak milik, kehormatan, wilayah-wilayah, dan hak-hak manusia harus dihormati? Atau, apakah mereka memahaminya tetapi tidak mempunyai iman untuk menaatinya?
Sahabat-sahabat yang terhormat, sepanjang jiwa manusia tidak bebas dari kebencian, iri hati, dan egoisme, maka ia tidak menaati kebenaran oleh kekuatan penerangan ilmu dan ilmu itu sendiri. Ilmu adalah cahaya dan para ilmuwan harus tulus dan saleh. Jika umat manusia mencapai tingkat pengetahuan rohani dan fisik yang paling tinggi, tetapi para ilmuwannya bukanlah pribadi-pribadi yang tulus, maka pengetahuan ini tidak bisa melayani kepentingan umat manusia, dan beberapa dampak pun dapat terjadi.
Pertama, para pelanggar hanya mengungkapkan sebagian realitas yang tentu saja hanya bermanfaat bagi mereka sendiri dan merahasiakan sisanya, seperti yang pernah kita saksikan berkenaan dengan ilmuwan-ilmuwan agama pada masa lalu. Sayangnya, hari ini kita melihat para peneliti dan ilmuwan tertentu itu masih menyembunyikan kebenaran dari orang-orang.
Kedua, para ilmuwan dan saintis disalahgunakan bagi kepentingan pribadi, kelompok, atau pihak tertentu. Jadi, di dunia hari ini, kekuatan-kekuatan yang berkuasa sedang menyalahgunakan banyak ilmuwan di dalam bidang-bidang yang berbeda, dengan tujuan melucuti banyak bangsa dari kekayaan mereka.
Dan mereka menggunakan setiap peluang hanya untuk kemanfaatan mereka sendiri.
Sebagai contoh, mereka menipu orang-orang dengan menggunakan metode dan perangkat ilmiah. Mereka, sesungguhnya, ingin menjustifikasi pelanggaran- pelanggaran mereka sendiri, meskipun dengan menciptakan musuh-musuh yang tak eksis, misalnya, dan menciptakan atmosfer yang tidak aman. Mereka berupaya untuk menguasai setiap hal atas nama memerangi ketidakamanan dan terorisme. Mereka bahkan melanggar kebebasan-kebebasan individu dan sosial di dalam negeri mereka sendiri dengan dalih tersebut. Mereka tidak menghormati privasi rakyat mereka sendiri. Mereka menyadap percakapan telepon dan berupaya untuk mengendalikan rakyat mereka. Mereka menciptakan atmosfer psikologis yang menggelisahkan untuk menjustifikasi tindak-tindak provokasi perang mereka di bagian-bagian benua yang berbeda.
Sebagai contoh lain, dengan menggunakan metode dan perencanaan yang “akurat”, mereka memulai seranganan gencar mereka terhadap kultur-kultur domestik dari banyak bangsa, kultur-kultur yang merupakan hasil dari ribuan tahun interaksi, kreativitas, dan aktivitas artistik bangsa-bangsa bersangkutan. Mereka mencoba untuk menghapuskan kultur-kultur tersebut demi memisahkan orang-orang dari identitas mereka dan mengamputasi ikatan mereka dengan sejarah dan nilai-nilai mereka sendiri. Mereka mempersiapkan landasan untuk menelanjangi orang-orang dari kekayaan rohani dan material mereka dengan menanamkan kepada mereka perasaan terintimidasi, hasrat untuk imitasi, dan semata-mata konsumsi, serta tunduk kepada kekuatan-kekuatan yang menindas.
Membuat bom nuklir, senjata kimia dan biologi serta senjata-senjata pemusnah massal adalah hasil lain dari penyalahgunaan ilmu dan riset oleh kekuatan-kekuatan besar. Tanpa kooperasi dari para ilmuwan dan saintis tertentu, maka kita tidak akan menyaksikan produksi senjata nuklir, kimia, dan biologi yang berbeda-beda. Apakah senjata-senjata ini untuk melindungi keamanan global? Apa yang bisa dicapai senjata nuklir bagi umat manusia? Jika perang nuklir terjadi di antara dua kekuatan nuklir, apa bencana kemanusiaan yang akan berlangsung? Dewasa ini, kita dapat menyaksikan efek-efek nuklir, bahkan pada generasi-generasi baru penduduk Nagasaki dan Hiroshima yang mungkin merupakan saksi bagi generasi-generasi yang akan datang. Segera, efek penggunaan uranium dalam senjata-senjata sejak permulaan perang di Irak dapat diuji dan diselidiki secara seksama. Bencana-bencana ini terjadi hanya ketika para ilmuwan disalahgunakan oleh kekuatan-kekuatan penindas.
Poin lain dari rasa duka ini adalah beberapa kekuatan besar menciptakan monopoli atas sains dan mencegah negara-negara lain dalam mencapai pengembangan ilmiah yang sama.
Hal ini, juga, adalah salah satu kejutan pada masa kita. Beberapa kekuatan besar tidak ingin melihat kemajuan dan perkembangan masyarakat-masyarak at dan negara-negara lain. Mereka berdalih dengan ribuan alasan, melemparkan tuduhan tanpa bukti, memberlakukan sanksi-sanksi ekonomi untuk mencegah bangsa-bangsa lain dari perkembangan dan percepatan. Semua itu merupakan hasil keberjarakan mereka dari nilai-nilai kemanusiaan, nilai moral, dan ajaran nabi ilahi. Dengan sangat menyesal, mereka belum terlatih untuk melayani umat manusia.
Yang terhormat, akademisi, para ilmuwan, dan para mahasiswa, saya percaya bahwa anugerah terbesar Tuhan bagi manusia adalah ilmu dan pengetahuan. Pencarian manusia akan pengetahuan dan kebenaran melalui ilmu adalah apa yang dijamin sebagai upaya mendekat kepada Tuhan, tetapi ilmu haruslah dikombinasikan dengan kemurnian roh manusia sehingga para ilmuwan dapat menyingkap selubung kebenaran lalu menggunakan kebenaran itu untuk memajukan kepentingan- kepentingan kemanusiaan.
Para ilmuwan tersebut bukan hanya menjadi orang-orang yang akan memandu umat manusia, tetapi juga memandu umat manusia ke arah masa depan, masa depan yang lebih baik. Dan kekuatan-kekuatan besar tidak membiarkan umat manusia untuk terlibat dalam aktivitas-aktivitas monopolistik serta mencegah negara-negara lain untuk meraih kemajuan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah anugerah ilahi dari Tuhan kepada setiap manusia, dan oleh karena itu, ia harus tetap murni.
Tuhan menyadari semua realitas. Semua peneliti dan ilmuwan dicintai oleh Tuhan. Maka saya berharap akan ada satu hari nanti ketika para ilmuwan dan saintis tersebut memerintah dunia dan Tuhan itu sendiri akan datang bersama Musa, Kristus, dan Nabi Muhammad untuk memerintah dunia ini dan untuk membawa kita ke arah keadilan.
Saya berterima kasih kepada anda sekarang, tetapi mengacu kepada dua poin yang dikatakan di pengantar tadi mengenai saya, maka saya terbuka bagi setiap pertanyaan.
Tahun lalu, saya akan katakan dua tahun lalu, saya mengangkat dua pertanyaan. Anda tahu bahwa tugas utama saya adalah dosen universitas. Sekarang sebagai presiden Iran, saya masih mengajar di level pascasarjana dan doktoral setiap minggunya. Mahasiswa saya banyak bekerja dengan saya dalam bidang-bidang ilmiah. Saya percaya bahwa saya adalah seorang akademisi. Maka, Saya berbicara dengan anda dari sudut pandang akademis.
Dan saya angkat dua pertanyaan. Tetapi alih-alih mendapatkan tanggapan, saya malah menerima gelombang hujatan dan tuduhan, dan sayangnya, mereka kebanyakan datang dari kelompok-kelompok yang mengklaim percaya akan kebebasan berbicara dan kebebasan untuk informasi. Anda pasti tahu bahwa Palestina adalah luka yang berusia tua, sama tuanya dengan 60 tahun.
Selama 60 tahun, orang-orang ini diusir; selama 60 tahun, orang-orang ini terus dibunuhi; selama 60 tahun, sehari-harinya, selalu ada konflik dan teror; selama 60 tahun, wanita-wanita dan anak-anak yang tidak bersalah dibinasakan; dihancurkan, dan dibunuh oleh helikopter-helikopt er dan pesawat-pesawat tempur yang menghancurkan rumah-rumah dari atas kepala mereka; selama 60 tahun, anak-anak usia sekolah dipenjarakan dan disiksa; selama 60 tahun, keamanan di Timur Tengah berada dalam bahaya; selama 60 tahun, slogan ekspansionisme “Dari Nil hingga Efrat” terus digemakan kelompok-kelompok tertentu di bagian dunia tersebut.
Dan sebagai seorang yang akademis, aku ajukan dua pertanyaan, dua pertanyaan yang sama yang saya akan ajukan lagi di sini. Dan anda dapat menilai apakah tanggapan kepada pertanyaan-pertanya an itu haruslah berupa hujatan dan tudingan, atau semua kata dan propaganda yang negatif, atau haruskah kita benar-benar mencoba menghadapi dua pertanyaan ini dan bereaksi terhadap mereka? Seperti anda, seperti umumnya para akademisi, saya akan berupaya diam sampai saya mendapat jawaban. Maka, saya sedang menunggu jawaban logis alih-alih hujatan-hujatan.
Pertanyaan pertama saya adalah jika memang Holocaust itu kenyataan yang terjadi pada masa kita, suatu sejarah yang terjadi, mengapakah tidak ada riset yang cukup yang dapat mendekati topik ini dari perspektif-perspekt if yang berbeda? Sahabat-sahabat kita merujuk kepada 1930 sebagai titik awal bagi perkembangan ini; bagaimanapun, saya mempercayai Holocaust, dari apa yang kita baca, telah terjadi selama Perang Dunia II setelah 1930 pada 1940-an. Maka, anda tahu, kita harus benar-benar mampu melacak peristiwa itu.
Pertanyaan saya sederhana. Ada peneliti-peneliti yang ingin mendorong topik ini dari suatu perspektif yang berbeda. Lalu, mengapa mereka dimasukkan ke dalam penjara? Sekarang ini, ada sejumlah akademisi Eropa yang dikirim ke penjara karena mereka mencoba untuk menulis tentang Holocaust. Peneliti-peneliti dari suatu perspektif yang berbeda mencoba mempertanyakan aspek-aspek tertentu tentangnya. Pertanyaan saya adalah mengapa hal ini tidak terbuka bagi semua bentuk riset? Saya diberi tahu bahwa sudah terdapat cukup riset mengenai topik ini. Dan saya bertanya, ketika berkaitan dengan topik-topik seperti kebebasan, topik-topik seperti demokrasi, konsep-konsep dan norma-norma seperti Tuhan, agama, fisika, bahkan kimia, terdapat banyak riset, tetapi kita masih melanjutkan lebih banyak riset dalam topik-topik itu. Bahkan, kita mendorongnya. Namun, kenapakah kita tidak mendorong lebih banyak riset mengenai suatu peristiwa historis yang sudah menjadi akar dan penyebab banyak bencana besar di kawasan pada masa dan zaman ini? Tidakkah seharusnya ada lebih banyak riset mengenai penyebab utamanya? Itulah pertanyaan pertama saya.
Dan pertanyaan kedua saya, mengingat peristiwa historis ini, jika memang suatu kenyataan, maka kita masih perlu mempertanyakan apakah rakyat Palestina harus menanggungnya ataukah tidak. Bagaimanapun, peristiwa itu terjadi di Eropa. Bangsa Palestina tidak punya peran di dalamnya. Jadi kenapakah orang-orang Palestina harus terus menanggung akibat suatu peristiwa yang tidak ada kaitannya dengan mereka?
Rakyat Palestina tidak melakukan kejahatan apa pun. Mereka tidak punya peran dalam Perang Dunia II. Mereka hidup bersama masyarakat Yahudi dan Kristen secara damai pada masa tersebut. Mereka tidak mempunyai permasalahan. Dan hari ini, juga, Yahudi, orang-orang Kristen, dan Muslim hidup bersaudara di seluruh dunia ini, dan di banyak benua. Mereka tidak mempunyai permasalahan yang serius.
Tetapi apa sebabnya rakyat Palestina harus membayar semua ini, orang-orang Palestina yang tidak bersalah? Lima juta orang terus diusir dan menjadi pengungsi-pengungsi dari perang selama 60 tahun—tidakkah ini suatu kejahatan? Adakah bertanya mengenai kejahatan-kejahatan ini merupakan suatu kejahatan dengan sendirinya? Mengapa seorang akademisi, diri saya, menghadapi hujatan ketika mengajukan pertanyaan-pertanya an seperti ini? Inikah yang kalian sebut sebagai kebebasan dan menegakkan kebebasan berpikir?
Dan perihal topik kedua, yakni isu nuklir Iran—saya tahu ada batas waktu tetapi saya membutuhkan waktu lebih. Maksud saya, banyak waktu yang telah diambil dari saya (Ahmadinejad tampaknya diperingatkan soal waktu).
Kami adalah sebuah negara. Kami adalah anggota International Atomic Energy Agency. Selama lebih daripada 33 tahun, kami adalah negara anggota agensi itu. Hukum agensi itu dengan tegas menyatakan bahwa semua negara anggota mempunyai hak untuk teknologi bahan bakar nuklir yang damai. Ini adalah pernyataan tegas dan eksplisit yang dibuat di dalam hukum itu. Dan hukum itu mengatakan bahwa tidak ada alasan atau dalih, bahkan pemeriksaan- pemeriksaan yang dilakukan IAEA sendiri, yang dapat mencegah hak negara anggota untuk memiliki hak itu.
Tentu saja, IAEA bertanggung jawab untuk melaksanakan pemeriksaan- pemeriksaan. Kami adalah salah satu negara yang telah melaksanakan jumlah terbanyak dari level kerja sama dengan IAEA. Mereka setiap jam, minggu, dan hari melakukan pemeriksaan- pemeriksaan di dalam negeri kami. Dan berulang-ulang kali, laporan-laporan agensi itu menunjukkan bahwa aktivitas nuklir Iran bersifat damai, bahwa mereka tidak mendeteksi suatu penyimpangan, dan bahwa mereka telah menerima kerja sama positif dari Iran.
Tetapi sayangnya, dua atau tiga kekuatan monopolistik, kekuatan-kekuatan yang egois, ingin memaksa kata-kata mereka terhadap bangsa Iran dan mengingkari hak mereka. Mereka terus mengatakan—satu menit. (tertawa, tepuk tangan.)
Mereka mengatakan kepada kami jangan anda biarkan hal itu terjadi—mereka tidak akan membiarkan mereka memeriksa. Mengapa tidak? Tentu saja kami bisa. Bagaimana mungkin anda mempunyai hak itu sementara kami tidak? Kami ingin mempunyai hak untuk energi nuklir damai. Mereka mengatakan kepada kami, “Jangan membuatnya sendiri. Kami akan memberikannya kepada anda.”
Pada masa. lalu, saya katakan kepada anda, kami memiliki kontrak dengan pemerintah AS, dengan pemerintah Inggris, pemerintah Prancis, pemerintah Jerman, dan pemerintah Kanada dalam pengembangan nuklir untuk tujuan-tujuan damai. Tetapi secara sepihak, masing-masing mereka membatalkan kontrak-kontrak mereka dengan kami, sebagai hasilnya bangsa Iran harus membayar biaya yang banyak dalam milyaran dolar.
Kenapa kami memerlukan bahan bakar dari kalian? Kalian bahkan tidak memberikan kepada kami sukucadang pesawat terbang yang kami perlukan untuk maskapai penerbangan sipil selama 28 tahun, di bawah nama embargo dan sanksi-sanksi, karena kami melawan, sebagai contoh, “hak asasi manusia atau kebebasan”? Di bawah dalih itu, anda menyangkal hak kami bagi teknologi itu?
Kami ingin mempunyai hak untuk menentukan nasib kami sendiri di masa depan. Kami ingin independen. Jangan mengintervensi kami. Jika kalian tidak memberikan kepada kami sukucadang pesawat terbang sipil, mengapa kami harus berharap bahwa kalian akan memberikan kepada kami bahan bakar untuk pengembangan nuklir demi tujuan-tujuan damai?
Selama 30 tahun kami menghadapi problem-problem tersebut; lebih daripada 5 milyar dolar kepada Jerman dan lalu kepada Rusia, tetapi kita tidak pernah mendapatkan apa pun, dan yang terburuk belum diselesaikan. Ini adalah hak kami, kami menghendaki hak kami, dan kami tidak menghendaki apa pun di luar hukum, tidak kurang dari apa yang hukum internasional katakan. Kami adalah bangsa yang cinta damai. Kami mencintai semua bangsa. (Tepuk tangan, sorak-sorak, dan cemooh.)
MR. COATSWORTH: Mr. Presiden, pernyataan-pernyata an anda di sini hari ini dan di masa lalu telah memicu munculnya banyak pertanyaan yang saya akan sampaikan kepada anda atas nama para mahasiswa dan fakultas yang sudah menyerahkan semua itu kepada saya.
Izinkan saya mulai dengan pertanyaan…
PRESIDEN AHMADINEJAD: (dalam bahasa Inggris.) satu persatu, satu persatu.
COATSWORTH: Satu persatu, ya. (Tepuk tangan.)
Pertanyaan pertama adalah: Apakah Anda atau pemerintah anda tengah mengupayakan penghancuran negara Israel sebagai sebuah negara Yahudi?
PRESIDEN AHMADINEJAD: kami mencintai semua bangsa. Kami bersahabat dengan orang-orang Yahudi. Terdapat banyak Yahudi di Iran yang hidup damai dengan keamanan. Anda harus memahami bahwa dalam konstitusi kami, dalam hukum kami, dalam pemilihan-pemilihan parlemen, bagi setiap 150,000 orang, kami mendapatkan satu wakil di parlemen. Bagi masyarakat Yahudi, seperlima dari jumlah itu saja, mereka sudah mendapatkan satu wakil mandiri di parlemen. Maka proposal kami kepada penderitaan bangsa Palestina adalah sebuah proposal yang demokratis dan berperikemanusiaan.
Apa yang kami katakan adalah bahwa untuk memecahkan persoalan 60 tahun ini, kita harus membiarkan orang-orang Palestina untuk memutuskan masa depan mereka sendiri. Ini sesuai dengan semangat Piagam PBB dan prinsip-prinsip pokok yang diabadikan di dalamnya. Kita harus membiarkan orang Yahudi-Palestina, Muslim-Palestina, dan Kristen-Palestina untuk menentukan nasib mereka sendiri melalui sebuah referendum yang bebas. Apa pun yang mereka pilih sebagai sebuah bangsa, maka semua orang harus menerima dan menghormatinya. Tidak boleh ada orang yang ikut campur dalam urusan-urusan bangsa Palestina. Jangan sampai ada orang yang menabur benih perselisihan. Tidak boleh ada siapa pun yang membelanjakan milyaran dolar untuk memperlengkapi dan mempersenjatai satu kelompok di sana.
Kami katakan biarkan bangsa Palestina untuk memutuskan masa depan mereka sendiri, untuk memiliki hak menentukan nasib sendiri. Ini adalah apa yang kami katakan sebagai bangsa Iran. (Tepuk tangan.)
MR. COATSWORTH: Mr. Presiden, menurut saya, banyak pendengar kita yang ingin mendengar sebuah jawaban yang lebih jelas kepada pertanyaan itu (disela oleh sorak-sorak, tepuk tangan).
Pertanyaannya ialah: apakah anda atau pemerintah anda mengupayakan penghancuran negara Israel sebagai sebuah negara Yahudi? Dan saya pikir anda bisa menjawab pertanyaan itu dengan satu kata sederhana, ya atau tidak. (Bersorak, tepuk tangan.)
PRESIDEN AHMADINEJAD: maka anda menghendaki jawaban dengan cara yang anda ingin dengar. Well, ini bukan kebebasan arus informasi yang sesungguhnya. Saya hanya mengatakan kepada anda di mana posisi saya dan apa pendapat saya. (Tepuk tangan.)
Saya bertanya kepada anda, apakah isu Palestina merupakan isu internasional yang penting ataukah tidak? Tolong katakan, ya atau tidak. (tertawa, tepuk tangan.)
Ada penderitaan sebuah bangsa.
MR. COATSWORTH: Jawaban atas pertanyaan anda adalah ya. (tertawa.)
PRESIDEN AHMADINEJAD: baik, terima kasih atas kerja sama anda.
Kita mengakui ada masalah di sana yang terus berlangsung selama 60 tahun. Setiap orang menyampaikan solusi masing-masing, dan solusi kami adalah referendum yang bebas. Biarkan referendum ini terjadi, dan lalu anda akan melihat apa hasilnya. Biarkan orang-orang Palestina dengan bebas memilih apa yang mereka inginkan untuk masa depan mereka. Dan, lalu apa yang anda kehendaki di dalam pikiran anda untuk terjadi, itu akan terjadi dan akan terealisasi. (Tepuk tangan.)
MR. COATSWORTH: yang diajukan Presiden Bollinger sebelumnya dan yang datang dari sejumlah mahasiswa, adalah mengapa pemerintah anda menyediakan bantuan bagi teroris-teroris? Apakah Anda akan berhenti melakukan hal itu dan mengizinkan pemantauan internasional untuk menjamin bahwa anda sudah menghentikannya?
PRESIDEN AHMADINEJAD: Baik, saya akan ajukan satu pertanyaan di sini kepada anda. Jika seseorang datang dan meletuskan bom di sekitar Anda, mengancam presiden anda, para anggota pemerintahan anda, membunuh para anggota senat atau kongres, bagaimana anda akan memperlakukan mereka? Akankah anda akan memberi mereka penghargaan atau anda akan menyebut mereka kelompok teroris? Baiklah, itu jelas. Anda akan menyebut mereka teroris.
Sahabat saya yang terhormat, bangsa Iran adalah korban terorisme. 26 tahun yang lalu, di tempat saya bekerja, dekat dengan tempat saya bekerja, dalam sebuah operasi teroris, presiden dan perdana menteri yang dipilih bangsa Iran kehilangan hidup mereka dalam suatu ledakan bom.
Satu bulan kemudian, dalam operasi teroris yang lain, 72 anggota parlemen kami dan pejabat-pejabat tinggi kami, termasuk empat menteri dan delapan wakil menteri, tubuh-tubuh mereka hancurkan berkeping-keping sebagai hasil serangan teroris. Dalam enam bulan, lebih daripada 4,000 orang Iran tewas, dibunuh kelompok teroris, yang semua ini dilakukan oleh tangan satu kelompok teroris tunggal. Sangat disesalkan, kelompok teroris yang sama itu sekarang, hari ini, di dalam negeri anda, sedang melakukan operasi-operasi dengan dukungan pemerintah AS, bekerja dengan bebasnya, mendistribusikan deklarasi-deklarasi dengan bebasnya. Dan kamp-kamp mereka di Irak didukung oleh pemerintah AS. Mereka dijamin aman oleh pemerintah AS[1].
Bangsa kami sudah dirugikan oleh aktivitas teroris. Kami adalah bangsa yang pertama menolak terorisme dan yang pertama menegakkan kebutuhan untuk melawan terorisme. (Tepuk tangan.)
Kita perlu menangani penyebab utama terorisme dan membasmi penyebab-penyebab utama itu.
Kami hidup di Timur Tengah. Bagi kami, adalah sungguh jelas kekuatan-kekuatan mana saja yang melahirkan teroris-teroris, mendukung mereka, dan mendanai mereka. Kami mengetahui hal itu. Bangsa kami, bangsa Iran, sepanjang sejarah, selalu membuka diri untuk persahabatan dengan negara-negara lain. Kami adalah bangsa yang berbudaya. Kita tidak perlu memohon pertolongan terorisme.
Kami sendiri adalah korban-korban terorisme, dan patut disesalkan bahwa orang-orang yang berkoar sedang melawan terorisme, alih-alih mendukung rakyat dan bangsa Iran, alih-alih memerangi teroris-teroris yang sedang menyerang mereka, mereka malah mendukung teroris-teroris dan kemudian menudingkan telunjuk kepada kami. Ini adalah hal paling disesalkan.
MR. COATSWORTH: serangkaian pertanyaan lebih lanjut akan menantang pandangan anda mengenai Holocaust. Karena bukti bahwa peristiwa ini terjadi di Eropa pada 1940-an sebagai hasil dari tindakan-tindakan pemerintah Nazi Jerman, karena bahwa—fakta-fakta itu dengan baik didokumentasikan, mengapa anda meminta riset tambahan? Sepertinya tidak ada tujuan dalam melakukan hal itu, selain dari mempertanyakan apakah Holocaust benar-benar terjadi sebagai satu fakta historis. Dapatkah anda menjelaskan mengapa anda percaya lebih banyak riset diperlukan dalam kaitan dengan fakta-fakta yang tak dapat dipertentangkan?
PRESIDEN AHMADINEJAD: Terima kasih banyak untuk pertanyaan anda. Saya adalah seorang akademisi, dan anda juga. Dapatkah anda berpendapat bahwa meneliti suatu fenomena selesai untuk selamanya? Dapatkah kita menutup buku mengenai suatu peristiwa historis? Terdapat perspektif-perspekt if yang berbeda yang muncul setelah setiap riset selesai. Mengapa kita menghentikan riset sama sekali? Mengapa kita harus menghentikan kemajuan ilmu dan pengetahuan? Anda seharusnya tidak bertanya kepada saya mengapa saya bertanya. Anda harusnya bertanya kepada diri anda sendiri mengapa anda berpikir bahwa peristiwa itu tidak perlu dipertanyakan lagi.
Mengapa anda ingin menghentikan kemajuan ilmu dan riset? Apakah anda pernah menemukan apa yang disebut absolut di dalam fisika? Kita mempunyai prinsip-prinsip di dalam matematika yang dinyatakan bersifat absolut selama lebih daripada 800 tahun, tetapi ilmu pengetahuan yang baru telah membebaskan absolutisme itu ke arah logika-logika yang berbeda dalam melihat matematika, dan hal semacam itu telah mengubah cara kita memandangnya sebagai sebuah ilmu pengetahuan secara keseluruhan setelah 800 tahun. Jadi, kita harus membiarkan peneliti-peneliti, para ilmuwan, untuk menyelidiki segalanya, setiap fenomena—Tuhan, alam semesta, manusia, sejarah, dan peradaban. Mengapa kita harus menghentikan itu?
Saya tidak sedang mengatakan bahwa peristiwa itu tidak terjadi sama sekali. Ini bukan penilaian yang saya sampaikan di sini. Saya katakan pada pertanyaan saya yang kedua, jika memang ini terjadi, lalu apa hubungannya dengan bangsa Palestina? Ini pertanyaan yang serius. Terdapat dua dimensi. Dalam pertanyaan pertama, saya…
COATSWORTH: Izinkan saya memperdalam ini sedikit lebih jauh. Sulit untuk memulai suatu diskusi ilmiah jika tidak ada setidaknya beberapa dasar—beberapa dasar empiris, beberapa kesepakatan mengenai apa yang menjadi fakta-fakta. Jadi, menuntut riset terhadap fakta-fakta yang berkedudukan sangat kuat; menunjukkan tantangan terhadap fakta-fakta itu sendiri dan suatu pengingkaran bahwa sesuatu yang mengerikan telah terjadi pada tahun-tahun tersebut di Eropa. (Tepuk tangan.)
Izinkan saya melanjutkan ke…
PRESIDEN AHMADINEJAD: izinkan saya. Bagaimanapun, anda bebas menafsirkan apa yang anda inginkan dari apa yang saya katakan. Tetapi apa yang saya katakan telah saya katakan dengan kejelasan.
Pada pertanyaan pertama, saya berupaya untuk membela hak-hak para ilmuwan Eropa. Dalam wilayah sains dan riset, tidak ada sesuatu yang diketahui sebagai absolut. Tidak ada sesuatu yang secara memadai dilakukan, bahkan dalam fisika sekalipun. Ada lebih banyak riset dalam fisika ketimbang yang dilakukan terhadap Holocaust, tetapi kita masih terus melakukan riset terhadap fisika. Tidak ada yang salah dalam melakukan hal itu.
Inilah yang manusia kehendaki. Mereka ingin mendekati suatu topik dari sudut-sudut pandang yang berbeda. Para ilmuwan ingin melakukan itu. Khususnya, sebuah isu yang telah menjadi dasar dari begitu banyak perkembangan politik yang terjadi di Timur Tengah selama 60 tahun.
Mengapa kita harus menghentikannya sama sekali? Anda harus memiliki alasan yang dapat dibenarkan untuk melakukan hal itu. Fakta yang telah diteliti pada masa lalu tidak cukup menjadi justifikasi di dalam pikiran saya.
MR. COATSWORTH: Mr. Presiden, mahasiswa lain bertanya, wanita-wanita Iran kini tercerabut dari hak-hak dasar manusia, dan pemerintah anda memaksakan hukuman-hukuman yang kejam, termasuk eksekusi terhadap warga Iran yang homoseks. Mengapa anda melakukan berbagai hal itu?
PRESIDEN AHMADINEJAD: yang ada di Iran adalah kebebasan yang genuine. Rakyat Iran bebas. Wanita di Iran menikmati level paling tinggi dari kebebasan. Kami mempunyai dua deputi—dua wakil presiden yang adalah wanita pada level paling tinggi; demikian pula di parlemen, pemerintahan, dan universitas kami. Mereka hadir di bidang-bidang bioteknologi dan teknologi. Ada ratusan ilmuwan wanita yang juga aktif di dunia politik.
Tidaklah benar jika beberapa pemerintahan, ketika mereka tidak setuju dengan pemerintah yang lain, mencoba menyebarkan kebohongan yang menyimpangkan kebenaran seutuhnya. Bangsa kami bebas. Ia memiliki level tertinggi dari keikutsertaan di dalam pemilihan-pemilihan . Di Iran, 80 hingga 90 persen rakyat memberikan suara mereka selama pemilihan, separuhnya—lebih dari separuhnya adalah wanita. Maka, bagaimana mungkin kita katakan bahwa wanita tidak bebas? Adakah ini kebenaran yang seutuhnya?
Dan, perihal eksekusi-eksekusi itu, saya ingin mengajukan dua pertanyaan. Jika seseorang datang dan membangun sebuah jaringan untuk perdagangan gelap obat-obatan yang menimbulkan dampak di Iran, Turki, Eropa, Amerika Serikat dengan memperkenalkan narkoba ini, akankah anda memberi mereka penghargaan? Orang-orang yang menjalani hidup dengan menyebabkan kerusakan terhadap hidup ratusan juta anak muda di seluruh dunia, termasuk di Iran, dapatkah kita bersimpati kepada mereka? Tidakkah kalian juga mempunyai hukuman mati di Amerika Serikat? (Tepuk tangan.)
Di Iran, juga, ada hukuman mati bagi para pedagang gelap obat-obatan terlarang, bagi orang-orang yang melanggar hak-hak orang-orang yang lain.
Jika seseorang mengambil senapan, memasuki sebuah rumah, dan membunuh sekelompok orang di sana, lalu mencoba untuk meminta tebusan, bagaimana anda menghadapi mereka di Amerika Serikat? Akankah anda memberi mereka penghargaan? Dapatkah seorang dokter membiarkan mikroba-mikroba menyebar di seluruh negeri? Kita mempunyai hukum. Orang-orang yang melanggar hak-hak publik dengan menggunakan senjata, membunuh, menciptakan kegelisahan, menjual narkoba, mendistribusikan narkoba pada level yang tinggi dihukum eksekusi di Iran, dan sebagian eksekusi ini—sangat sedikit—dilakukan di hadapan publik. Ini hukum yang berdasarkan atas prinsip-prinsip demokratis. Kalian menggunakan suntikan dan mikroba untuk mengeksekusi orang-orang seperti ini, dan mereka dieksekusi atau digantung, tetapi hasil akhirnya tetap membunuh.
MR. COATSWORTH: Mr. Presiden, pertanyaannya bukan tentang kriminal dan penyelundup narkoba tetapi tentang pilihan seksual dan wanita. (Tepuk tangan.)
PRESIDEN AHMADINEJAD: Di Iran, kami tidak mempunyai homoseks seperti di negeri anda. (tertawa.) Kami tidak memiliki itu di negeri kami. (cemooh.) Di Iran, kami tidak mempunyai fenomena itu. Saya tidak tahu siapa yang mengatakan hal itu kepada anda bahwa kami mempunyainya. (tertawa.)
Dan perihal wanita, mungkin anda berpikir bahwa menjadi seorang wanita itu adalah suatu kejahatan. Bukanlah suatu kejahatan untuk menjadi wanita. Wanita adalah makhluk terbaik yang diciptakan Tuhan. Mereka merepresentasikan kebaikan dan kecantikan yang Tuhan tanamkan pada mereka. Wanita-wanita dihormati di Iran. Di Iran, setiap keluarga yang mempunyai seorang anak perempuan akan 10 kali lebih bahagia dibandingkan mempunyai seorang anak laki-laki. Wanita dihormati lebih daripada pria. Mereka dikecualikan dari banyak tanggung jawab. Banyak tanggung jawab hukum yang diletakkan di pundak pria di dalam masyarakat kami karena rasa hormat yang secara kultural diberikan kepada wanita, kepada para ibu masa depan. Di dalam kultur Iran, pria, anak laki-laki, dan anak harus terus mencium tangan ibu mereka sebagai simbol rasa hormat, suatu rasa hormat bagi wanita, dan kami bangga dengan kultur ini.
MR. COATSWORTH: pertama, apa yang anda harapkan dengan berbicara di Columbia hari ini? Kedua, apa yang akan anda katakan jika anda diizinkan untuk mengunjungi lokasi tragedi 111 September?
PRESIDEN AHMADINEJAD: inilah saya tamu kalian. Saya diundang oleh Columbia, sebuah undangan resmi yang diberikan kepada saya untuk datang ke sini, tetapi saya memang ingin mengatakan sesuatu di sini.
Di Iran, ketika anda mengundang seorang tamu, maka anda menghormati mereka. Ini adalah tradisi kami yang dituntut oleh kultur kami, dan saya tahu bahwa orang-orang Amerika juga mempunyai kultur itu.
Tahun lalu, saya ingin mengunjungi lokasi tragedi 11 September untuk menunjukkan rasa hormat saya kepada korban-korban dari tragedi ini, menunjukkan simpati saya kepada keluarga-keluarga mereka, tetapi rencana-rencana kami molor dari jadwal. Kami terlibat dalam negosiasi-negosiasi dan pertemuan-pertemuan hingga tengah malam, dan mereka berkata akan sangat sulit mengunjungi lokasi itu pada jam-jam tengah malam. Maka saya mengatakan kepada teman-teman saya bahwa kami harus merencanakan hal ini pada tahun berikutnya, sehingga saya dapat pergi dan mengunjungi lokasi itu untuk menunjukkan penghormatan saya. Sayangnya, beberapa kelompok orang mempunyai reaksi-reaksi yang sangat kuat, reaksi-reaksi yang sangat buruk. Sungguh buruk bagi seseorang untuk mencegah seseorang yang ingin menunjukkan simpati kepada keluarga dari korban-korban 11 September—peristiwa yang tragis.
Ini adalah rasa hormat dari sisi saya. Beberapa orang mengatakan ini adalah penghinaan. Apa yang anda katakan? Inilah cara saya untuk menunjukkan rasa hormat. Mengapa anda berpikir demikian? Dengan berpikir seperti itu, bagaimana mungkin anda bisa mengatur urusan-urusan dunia? Tidakkah anda berpikir bahwa banyak permasalahan di dunia ini datang dari cara anda memandang isu-isu, dari cara berpikir macam ini, dari pendekatan pesimistis semacam ini terhadap banyak orang, dan dari level tertentu egoisme. Semua itu harus dikesampingkan sehingga kita dapat menunjukkan rasa hormat kepada setiap orang, membiarkan sebuah lingkungan persahabatan untuk tumbuh, membiarkan semua bangsa untuk berbicara satu sama lain, dan bergerak ke arah perdamaian?
Saya ingin berbicara dengan pers. Ada 11 September—peristiwa tragis 11 September adalah peristiwa yang sangat besar. Ia menjadi sebab dari banyak kejadian lainnya setelah itu. Setelah 9/11, Afghanistan diduduki lalu Irak diduduki, dan selama enam tahun di wilayah kami, terjadi kegelisahan, teror, dan ketakutan. Jika penyebab utama 9/11 diuji dengan baik—mengapa itu terjadi, apa yang menyebabkannya, apa kondisi-kondisi yang mengarah kepadanya, siapa yang sungguh-sungguh terlibat—dan menyatukan itu semua secara bersama-sama untuk memahami bagaimana caranya mencegah krisis di Irak, memperbaiki masalah di Afghanistan dan Irak secara bersama-sama.
MR. COATSWORTH: Sejumlah pertanyaan sudah ditanyakan mengenai program nuklir anda. Mengapa pemerintah anda ingin memperoleh uranium yang diperkaya, yang juga bisa digunakan untuk senjata nuklir? Apakah anda akan berhenti melakukan hal ini?
PRESIDEN AHMADINEJAD: Program nuklir kami, terutama sekali, beroperasi dalam kerangka hukum, dan kedua, di bawah pemeriksaan- pemeriksaan IAEA, dan yang ketiga, sepenuhnya bersifat damai. Teknologi yang kita miliki adalah untuk pengayaan di bawah level 5 persen, dan setiap level di bawah 5 persen semata-mata adalah untuk menyediakan bahan bakar kepada pembangkit tenaga listrik. Laporan-laporan IAEA berulangkali secara tegas mengatakan bahwa tidak ada indikasi Iran sudah menyimpang dari program nuklir damai. Kami semua sadar bahwa isu nuklir Iran adalah isu politis; ini bukan isu hukum.
IAEA sudah membuktikan bahwa aktivitas kami adalah untuk tujuan-tujuan damai. Tetapi ada dua atau tiga kekuatan yang berpikir bahwa mereka mempunyai hak untuk memonopoli semua sains dan pengetahuan. Dan mereka menginginkan bangsa Iranian untuk meminta kepada pihak lain dalam mendapatkan bahan bakar, mendapatkan sains, dan mendapatkan pengetahuan. Lalu mereka tentu saja akan menahan diri dari memberikan semua itu kepada kami.
Jadi kami sungguh jelas mengenai apa yang kami butuhkan. Jika anda sudah berhasil menciptakan generasi kelima bom atom dan malahan sedang mengujinya, maka mengapakah anda mempersoalkan tujuan-tujuan damai dari orang-orang yang menghendaki energi nuklir? (Tepuk tangan.) Kami tidak percaya akan senjata nuklir. Ia menentang seluruh prinsip umat manusia.
Izinkan saya mengatakan kepada anda sebuah lelucon di sini. Saya berpikir bahwa politikus-politikus yang memburu bom atom atau sedang mengujinya, secara politis mereka terkebelakang, kuno. (Tepuk tangan.)
MR. COATSWORTH: saya tahu waktu anda singkat dan anda perlu untuk melanjutkan. Apakah Iran siap membuka diskusi-diskusi yang luas dengan pemerintah Amerika Serikat? Apa yang Iran harapkan dari diskusi-diskusi seperti itu? Bagaimana anda melihat, di masa datang, resolusi pokok dari konflik antara pemerintah Amerika Serikat dengan pemerintah Iran?
PRESIDEN AHMADINEJAD: Dari awal, kami menyatakan siap untuk bernegosiasi dengan semua negara. Sejak 28 tahun lalu, ketika revolusi kami berhasil dan kami mapan—kami mengambil kebebasan dan demokrasi yang dibatasi oleh suatu pemerintahan diktator yang pro-Barat, kami mengumumkan kesiapan kami. Selain dua negara, kami siap mempunyai hubungan bersahabat dengan semua negara di dunia. Salah satu dari dua negara itu adalah rezim apartheid Afrika Selatan, yang sudah lenyap, dan yang kedua adalah rezim Zionis. Untuk semua orang selain itu di seluruh dunia ini, kami menyatakan bahwa kami ingin mempunyai ikatan persahabatan.
Bangsa Iran adalah bangsa yang berbudaya. Ia merupakan karakter yang beradab. Ia menginginkan pembicaraan dan negosiasi baru. Kami percaya bahwa dalam negosiasi dan pembicaraan, segalanya dapat dipecahkan dengan sangat mudah. Kami tidak membutuhkan ancaman; kita tidak perlu mengarahkan bom atau meriam; kita tidak perlu memasuki konflik jika kita bicara. Kita mempunyai logika yang jelas tentang itu.
Kami mempertanyakan cara dunia ditata pada hari ini. Kami percaya bahwa penataan seperti sekarang tidak akan mengarah kepada perdamaian dan keamanan yang sehat bagi dunia, itulah cara yang dijalankan pada hari ini. Kami mempunyai solusi-solusi berdasarkan atas nilai-nilai kemanusiaan dan hubungan-hubungan antar negara. Dengan pemerintah AS, juga, kami akan bernegosiasi. Kami tidak mempunyai masalah tentang itu, tentu saja di bawah keadaan yang adil dan dengan rasa salaing menghormati.
Anda lihat bahwa dalam rangka membantu keamanan Irak, kami telah melakukan tiga putaran pembicaraan dengan Amerika Serikat. Dan tahun lalu, sebelum datang ke New York, saya menyatakan siap, di Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk terlibat dalam sebuah debat dengan Mr. Bush, presiden Amerika Serikat, mengenai isu-isu internasional yang penting. Itu semua menunjukkan kita ingin berbicara, melakukan debat di hadapan publik dunia, di hadapan semua pendengar, sehingga kebenaran terungkapkan, sehingga kesalahpahaman dan mispersepsi dihilangkan, sehingga kita dapat menemukan alur yang jelas bagi hubungan-hubungan yang bersahabat. Saya berpikir jika pemerintah AS mengenyampingkan sebagian perilaku lamanya, maka ia dapat menjadi seorang teman yang baik bagi Iran, bagi bangsa Iran.
Selama 28 tahun, mereka secara konsisten mengancam kami, menghina kami, mencegah kemajuan ilmiah kami, setiap harinya di bawah satu dalih atau lainnya. Anda semua tahu Saddam, sang diktator itu, didukung pemerintah Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa ketika menyerang Iran. Dan ia melancarkan perang delapan tahun, suatu peperangan yang jahat. Lebih daripada 200,000 orang Iran tewas dan lebih daripada 600,000 lainnya luka-luka karena perang itu. Ia (Saddam) menggunakan senjata-senjata kimia; ribuan rakyat Iran adalah korban-korban senjata-senjata kimia yang ia gunakan terhadap kami. Hari ini, Mr. Nobal Vinh (ph), yang adalah seorang wartawan, wartawan resmi, wartawan internasional, yang dulu meliput laporan PBB selama bertahun-tahun, adalah salah satu korban senjata-senjata kimia yang digunakan Irak terhadap kami.
Dan sejak itu, kami telah terus berada dalam propaganda yang berbeda-beda, seperti embargo-embargo, sanksi-sanksi ekonomi, dan sanksi-sanksi politik. Mengapa? Karena kami menyingkirkan seorang diktator? Karena kami menginginkan kebebasan dan demokrasi yang kami dapatkan untuk diri kami sendiri? Tetapi kami tidak bisa selalu berbicara. Kami berpikir bahwa jika pemerintah AS mengakui hak-hak rakyat Iran, menghormati semua negara, dan mengulurkan tangan persahabatan dengan semua orang Iran, mereka juga akan melihat bahwa Iran akan menjadi salah satu sahabat yang baik.
Apakah Anda izinkan saya untuk berterima kasih kepada para pendengar sebentar?
Baiklah, ada banyak hal yang saya ingin sampaikan, tetapi saya tidak ingin menyita waktu kalian lebih lama lagi. Saya ditanya, akankah saya mengizinkan fakultas dan mahasiswa Columbia di sini datang ke Iran? Dari panggung ini, saya mengundang para anggota fakultas dan mahasiswa Columbia di sini untuk berkunjung ke Iran, untuk berbicara dengan para mahasiswa kami. Kalian secara resmi telah diundang. (Tepuk tangan).
Kalian dinantikan untuk berkunjung ke universitas manapun yang kalian inginkan di Iran. Kami akan menyediakan bagi kalian daftar universitas. Ada lebih daripada 400 universitas di negeri kami, dan anda dapat memilih mana saja yang anda ingin kunjungi.
Kami akan memberi kalian podium yang sesungguhnya. Kami akan menghormati kalian 100 persen. Kami akan meminta para mahasiswa kami untuk duduk dan mendengarkan kalian, berbicara dengan kalian, mendengar apa yang kalian harus katakan.
Sekarang ini, di universitas- universitas kami, sehari-harinya, ada ratusan pertemuan seperti ini. Mereka mendengar, mereka berbicara, mereka bertanya, dan mereka menyambutnya.
Pada akhirnya, saya ingin berterima kasih kepada Columbia University. Saya mendengar bahwa banyak politikus di Amerika Serikat yang dididik di Columbia University, dan banyak orang di sini yang percaya akan kebebasan berbicara, dalam percakapan-percakap an yang jelas dan terus terang; saya juga berterima kasih kepada para manajer di sini, di Amerika Serikat—di Columbia University, orang-orang yang mengatur pertemuan ini dengan sangat baik hari ini. Saya ingin menyampaikan terima kasih yang dalam kepada para anggota fakultas dan para mahasiswa di sini. Saya memohon kepada Tuhan Yang Mahakuasa untuk menolong kita semua untuk bergandengan tangan dalam membangun perdamaian dan masa depan yang diisi dengan persahabatan, keadilan, dan persaudaraan. Semoga keberuntungan bagi segenap diri anda sekalian. (Tepuk tangan.)
MR. BOLLINGER: Saya mohon maaf jika jadwal Presiden Ahmadinejad membuatnya harus meninggalkan acara ini sebelum ia sempat menjawab banyak pertanyaan yang kita tanyakan atau serahkan. (tertawa, tepuk tangan.) Tetapi menurut saya, kita semua bisa senang karena penampilannya di sini menunjukkan komitmen Columbia terhadap kebebasan ekspresi dan debat. Saya ingin berterima kasih kepada semua karena telah ikut ambil bagian. (Tepuk tangan.)
Terimakasih.
(diterjemahkan oleh Irman Abdurrahman/ http://www.icc-jakarta. com)
Fussy? Opinionated? Impossible to please? Perfect. Join Yahoo!’s user panel and lay it on us.
> Transkrip ceramah Ahmadi Nejad lihat
http://quranbible. wordpress. com/2007/ 09/25/ahmadineja d-columbia- university- speech-transcrip t/
Mainsource : https://ahmadsamantho.wordpress.com/2007/09/28/pidato-ahmadinejad-di-columbia-university/
Untuk videonya dapat dilihat di :
https://www.youtube.com/watch?v=nEVmn599de8 (Ahmadinejad Univ.Columbia (Malay subtitles) Part 1)
https://www.youtube.com/watch?v=DGOakfoEwUg (Ahmadinejad Univ.Columbia (Malay subtitles) Part 2)
https://www.youtube.com/watch?v=UC-GXiuYnKA (Ahmadinejad Univ.Columbia (Malay subtitles) Part 3)
https://www.youtube.com/watch?v=w8rTbQjfJRw (Ahmadinejad Univ.Columbia (Malay subtitles) Part 4)
https://www.youtube.com/watch?v=ave64rs97-k (Ahmadinejad Univ.Columbia (Malay subtitles) Part 5)
https://www.youtube.com/watch?v=YcvNb38444c (Ahmadinejad Univ.Columbia (Malay subtitles) Part 6)
https://www.youtube.com/watch?v=B3zJxlnJPwI (Ahmadinejad Univ.Columbia (Malay subtitles) Part 7)
'Tentara Israel Harus SIap Perang dengan Iran 10-15 Tahun Mendatang'
Tanggal Berita : Thursday 3 December 2015 - 11:20
Bos IDF (JPost).
Islam
Times - Tentara Israel (IDF) harus mempersiapkan diri untuk menghadapi
konfrontasi langsung dengan Iran dalam tempo 10-15 tahun mendatang, kata
seorang sumber senior di Direktorat Rencana IDF.
IDF juga harus siap jika muncul konflik baru dengan Hamas dalam waktu dekat, lanjut sumber seperti dilansir The Jerussalem Post kemarin.
Kepala Staff IDF Letjend Gadi Einskot telah menerima rencana kerja tahunan Gideon (Gideon Plan) yang berupaya mempersiapkan dan melatih IDF untuk berperang. Serta menyiapkan suplai amunisi, bahan bakar dan persiapan lain untuk sebuah konflik potensial.
Pengembangan kekuatan IDF, kata sumber, akan didasarkan pada "kapabilitas, bukan pada satu skenario khusus" atau ancaman khusus.
Gideon Plan akan memastikan bahwa "orang tak akan mengatakan bahwa tentara sudah menyia-nyiakan waktu selama 10 tahun", lanjut sang sumber.
Tantangan yang dihadapi IDF antara lain "pertumbuhan kekuatan teroris di perbatasan Israel," runtuhnya beberapa negara regional, perlombaan senjata di Timur Tengah, pertumbuhan kemampuan rudal pandu berpresisi Hizbullah sampai kemampuan nuklir Iran yang "diperkirakan akan mengirim senjata untuk proxi Tehran di kawasan, khususnya Hizbullah".
Gideon Plan--menunggu pengesahan kabinet dalam beberapa minggu ke depan-- akan membuat sejumlah reformasi dalam IDF agar badan itu lebih efesien, fleksibel dan mudah beradaptasi jika ancaman muncul.[IT/Atn]/ http://islamtimes.org/id/doc/news/502216/
Dimanakah Ribuan Al Nimr Itu, Alwi?
Oleh: Dina Y. Sulaeman*
Tulisan ini adalah tanggapan atas tulisan “Ada Banyak Al Nimr di Iran” yang ditulis Alwi Alatas (AA) di http://www.hidayatullah.com. Di judul AA menyebut “banyak”, tetapi di dalam artikel, dia menyebut “ribuan”. Saya akan memulai tulisan ini dengan mengutip pidato Ayatullah Khamenei yang dikritisi AA di akhir tulisannya, karena inilah poin terpenting dalam tulisan AA maupun tulisan ini.
The Almighty God shall not ignore the innocents’ blood and the unjustly spilled blood will backfire on the politicians and the executives of this regime very quickly. The Muslim world and the entire world must feel responsible towards this issue,” kata Ayatullah Khamenei, dikutip AA dari situs berbahasa Inggris.
AA berkomentar, ““Tuan Khamena’i, apakah Anda tidak merasa bertanggung jawab atas tumpahnya ribuan ‘darah tak berdosa’ di Iran, di bawah pemerintahan Anda sendiri? Darah-darah itu pada satu hari nanti akan memercik juga ke wajah Anda, di dunia ini, di dalam lembaran-lembaran Sejarah.”
AA tidak mengutip lanjutan perkataan Khamenei, “این عالمِ مظلوم نه مردم را به حرکت مسلحانه تشویق میکرد و نه به صورت پنهانی اقدام به توطئه کرده بود، بلکه تنها کار او، انتقاد علنی و امر به معروف و نهی از منکرِ برخاسته از تعصب و غیرت دینی بود.” (Ulama mazlum ini [Syekh Nimr] tidak memprovokasi rakyat untuk melakukan gerakan bersenjata, dan tidak pula secara sembunyi-sembunyi melakukan konspirasi; satu-satunya yang dilakukannya adalah mengkritik secara terang-terangan, serta amar ma’ruf nahi munkar yang didasari kecintaan pada agama).[1]
Di sinilah POIN PENTING-nya: Iran tidak mengkritik model hukuman mati, tetapi ALASAN Syekh Nimr dihukum mati. Iran menerapkan hukuman mati, seperti juga di Arab Saudi, Indonesia, atau AS (ada 58 negara di dunia yang menerapkan hukuman mati).
Kemudian, AA mengambil rujukan utamanya dari Iran Human Rights. Dalam situsnya, IHR menyatakan Iran Human Rights condemns the death penalty for any crime (IHR mengutuk hukuman mati untuk SEMUA KEJAHATAN). [2] Artinya, dalam pandangan IHR, kejahatan terorisme, upaya kudeta, pembunuhan, bandar narkoba, atau apapun, tidak boleh dihukum mati. Dan karena AA mengakui IHR sebagai sumber valid, seharusnya dia tak perlu menulis “Terlepas dari tepat tidaknya eksekusi yang dilakukan pemerintah Saudi,…”. AA seharusnya tak perlu malu-malu mengakui bahwa dia sepakat dengan IHR: Arab Saudi salah karena menghukum mati Syekh Nimr.
Manipulasi Informasi
Dalam tulisan singkat ini, saya tidak membahas tepat/tidaknya hukuman mati. Saya sekadar ingin membuktikan benar atau salahnya klaim AA bahwa di Iran, “ada ribuan Al Nimr di Iran” dan “kaum Sunni dihukum mati karena memiliki hubungan dengan kelompok Salafi.”
Tuduhan ini terlihat didasarkan (dan dimanipulasi) dari info situs IHR yang menulis, “[Shahram Ahmadi dituduh] having relations with Salafi groups and assassinating Sanandaj’s Sunni Friday Prayer Imam” (memiliki hubungan dengan kelompok Salafi dan membunuh Imam Sholat Jumat SUNNI di Iran).[3] Di tulisannya, AA sama sekali tidak menyebut bahwa Imam Sholat Jumat yang syahid itu SUNNI, namanya Syekh Mamosta Borhan Ali.[4]
Siapa kelompok Salafi? Semua tahu, Al Qaida, ISIS, dan kelompok-kelompok teror sejenisnya indentik dengan paham Salafisme/Wahabisme. Namun AA (dan IHR) “memperhalus” kata “terorisme” dengan “Salafi”. AA menulis “Menjadi salafi atau berhubungan dengan kalangan salafi tampaknya di Iran dianggap sebagai suatu kejahatan, satu bentuk moharebeh.” (kata “tampaknya” jelas opini subjektif).
Definisi moharebeh yang digunakan oleh AA jelas bersumber dari sumber sekunder. Bila kita merujuk langsung ke Kitab UU Hukum Pidana Islam 1370, «محاربه و افساد فی الارض» “moharebeh dan perusakan di muka bumi” dinyatakan sebagai salah satu kejahatan dengan hukuman pidana maksimal (hukuman mati). Dalam pasal 183, dinyatakan bahwa “barang siapa yang menggunakan senjata dengan tujuan menciptakan ketakutan dan atau menghilangkan kebebasan dan keamanan di tengah-tengah masyarakat, dia dinyatakan sebagai mohareb dan pelaku kerusakan di muka bumi.”
Ayat 1: Jika seseorang menggunakan senjata dengan tujuan tersebut, tapi karena ketidakmampuannya, tidak sampai menimbulkan ketakutan seorang pun, dia tidak disebut mohareb.
Ayat 2: Jika tujuan penggunaan senjatanya itu murni masalah pribadi dengan target satu atau beberapa orang, dan tidak sampai menimbulkan ketakutan pada pihak lain yang tidak terlibat, dia juga tidak disebut mohareb.
Ayat 3: Senjata yang dimaksud meliputi senjata api dan ataupun senjata tajam. [5]
Jadi, moharebeh tidak ada urusan dengan “salafi” seperti diklaim AA.
Aksi-Aksi Terorisme di Iran
Iran, terutama di kawasan perbatasan dengan Irak dan Pakistan, sering diganggu oleh aksi-aksi terorisme. Iran adalah negara dengan jumlah korban akibat aksi teroris TERBANYAK di dunia. Sejak kemenangan Revolusi Islam 1979 sampai tahun 2014, jumlah korban tewas akibat aksi teror yang dilakukan berbagai kelompok teroris mencapai angka 17.180 orang. Sebagian yang menjadi korban tewas itu adalah para pejabat tinggi negara seperti Presiden Rajai, PM Bahonar, Ketua MA Beheshti, Panglima Angkatan Bersenjata Shirazi, dll. [6] Ayatollah Khamenei sendiri adalah korban teror yang dilakukan kelompok Furqan. Hingga kini, tangan kanannya kisut dan tak bisa digerakkan akibat terkena serpihan bom saat sedang berceramah di Masjid Abu Dzar, Teheran (1981).
Di antara kelompok-kelompok teror yang berkali-kali menyerang Iran adalah Mujahideen-e-Khalq/MEK (berbasis di Irak, sudah “mati” dan pentolannya mendapat suaka di Barat) dan Jundullah (berbasis di Pakistan). Sejak Desember 2005 – Oktober 2009, ada 98 warga Iran yang meninggal akibat aksi teror Jundullah. Di antaranya adalah aksi teror yang terjadi pada tanggal 14 Februari 2007, yang menewaskan 13 orang. Aksi ini secara resmi disebut “aksi teror” oleh Uni Eropa dan Dewan Keamanan PBB. [7]
Apakah mazhab anggota Jundullah? Sama seperti Al Qaida dan ISIS, mereka berideologi Salafi/Wahabi yang sering mengklaim diri sebagai Sunni. Paham Wahabi yang menghalalkan teror jelas berbeda dengan paham Ahlussunnah sejati. Jurnalis investigatif terkemuka, Seymour Hersh pernah menulis laporannya tentang kucuran dana AS untuk membiayai kelompok-kelompok teror yang mendestabilisasi Iran (termasuk Jundullah, the Mujahideen-e-Khalq/MEKdan kelompok separatis Kurdithe Party for a Free Life in Kurdistan/PJAK.) [8].
Namun data-data ini diabaikan AA. Dia malah menyebut nama sejumlah orang yang dihukum mati karena ke-Sunni-annya dan tuduhan moharebeh. Tadi sudah saya jelaskan apa definisi moharebeh. Lagipula, siapa yang menjamin bahwa mereka bukan anggota kelompok teroris, atau pembunuh, atau kejahatan lain? Bukan tugas saya untuk mencari satu persatu file pengadilan orang-orang itu. Silahkan si penuduh (AA) membuktikan sendiri tuduhannya; menuduh sangat gampang, membuktikannya soal lain. Yang jelas, Ahmadi bersaudara diadili karena kasus pembunuhan Imam Jumat SUNNI di Sanandaj (diakui oleh IHR), bernama Mamosta Borhan Ali (nama ini tidak disebut oleh IHR, maupun AA), yang dikenal sebagai ulama pro-ukhuwah dan selalu mengingatkan umat agar menjaga persatuan.[9]
Manipulasi informasi ala AA sangat sering ditemukan. Ketika seorang yang kebetulan bermazhab Sunni melakukan aksi terorisme (atau membunuh, menjual narkoba, korupsi, dll) dihukum mati di Iran, segera terjadi pelintiran informasi: mereka dibunuh karena ke-Sunni-annya (bukan karena kejahatannya).
AA menulis, “Ada ribuan “al-Nimr” yang menjadi korban di Iran sejak revolusi tahun 1979.” Tentu dia perlu menuliskan sumber resminya yang valid, dengan angka yang jelas. Ribuan itu berapa? Data dari Kurdistan Press Agency (ini adalah situs anti pemerintah) misalnya, pada tahun 2013, ada 826 orang (data umum, tidak disebut mazhabnya) yang dihukum mati di Iran: 319 orang penyelundup narkoba, 119 pembunuh, 58 pemerkosa, 29 MOHAREBE, dll. Di sini bisa dilihat kejahatan “moharebe” jumlahnya minor. [10]
Dan apa definisi “Al Nimr” yang dimaksud AA? Apakah SEMUA SUNNI (atau tepatnya Wahabi/Salafi?) yang dihukum mati, apapun kejahatannya, bisa dikategorikan “Al Nimr”?
Iran (dari pidato Khamenei) mendefinisikan “Al Nimr” sebagai ulama yang mengritik terang-terangan atas dasar kecintaan pada agama; tidak memprovokasi gerakan bersenjata, tidak melakukan konspirasi melawan negara. Jadi, ketika Iran menghukum mati seseorang, sudah dipastikan orang tersebut di luar kategori/definisi “Al Nimr”. Sementara yang dilakukan AA dalam tulisannya, menyamakan ulama sekelas Al Nimr dengan teroris anggota MEK, PJAK, dan Jundullah yang terbukti terkait dengan CIA (lihat tulisan Hersh).
Kondisi Penjara Iran
AA dengan mengutip sumber sekunder menyebut bahwa kondisi penjara Rajai Shahr (tempat ditahannya Ahmadi) buruk. “…kemungkinan telah mengalami penyiksaan fisik dan psikologis selama berada di dalam tahanan, hal yang biasa terjadi di penjara-penjara Iran,” tulis AA.
Perhatikan AA menggunakan kata “kemungkinan” dengan menyebut referensinya adalah buku “Tortured Confession” karya Ervand Ebrahimian, profesor di University of New York (1999). Saya sudah membaca scanning buku Ebrahimian. Ebrahimian melakukan analisis dari buku-buku (artinya: dari sumber sekunder), antara lain, novel yang ditulis oleh Bozorg Alavi (1942), memoar Ovanessian dan Pishevari, dan berbagai memoar lainnya. “Banyak dari penulis [memoar] adalah perempuan yang menyaksikan orang-orang tercinta mereka tewas di penjara. Sebagian besar dari penulis itu berhaluan kiri, sebagian lagi kalangan kerajaan, nasionalis, dan Islamis. …mereka semua terpengaruh secara eksplisit atau implisit dari karya Bozorg Alavi,” tulis Ebrahimian. Ingat, karya Bozorg Alavi yang dimaksud adalah NOVEL). Ebrahimian juga menuliskan alasan orang-orang dihukum mati pemerintah Islam Iran, antara lain karena “pembunuhan”, “upaya kudeta”, serta bergabung dengan organisasi teror (yang sudah saya sebutkan di atas, seperti MEK, Furqan, dan sejenisnya).
Tuduhan bahwa napi di penjara Rajai Shahr disiksa, rupanya sudah ditanggapi Iran, antara lain dengan merilis berita berjudul “Penjara Rajai Shahr, Antara Kenyataan dan Tuduhan”, dilengkapi dengan foto-foto para napi. Penjara ini adalah penjara narapidana kriminal, seperti pembunuh, penyelundup narkoba, atau pemerkosa; bukan kejahatan politik. [11]
Ulama Anti Pemerintah
AA menulis, “Ayatollah Kazem Shariatmadari, ayatollah Khagani, sekedar menyebut contoh, masing-masing meninggal didalam tahanan rumah karena berseberangan paham dengan Khomeini, begitu pula dengan ayatollah Rastegari yang berkali-kali ditangkap dan dikenai tahanan rumah di bawah pemerintahan Khamenei. Mereka mengalami semua itu karena sikap oposisinya terhadap pemerintah.”
Informasi ini justru memperkuat bagian pertama tulisan saya (kutipan pidato Khamenei): seorang ulama TIDAK BOLEH dipancung hanya karena mengkritik pemerintah. Lalu, mengapa AA malah menyamakan para ulama Iran itu dengan Al Nimr? Bukankah mereka “hanya” dikenai tahanan rumah oleh Iran, sementara Arab Saudi menembak, menyiksa (hingga tangan dan kakinya patah), lalu memenggal kepala Al Nimr?
Informasi ini juga memberitahukan bahwa Syiah memang banyak versi, dan tidak semua ulama Syiah sepakat dengan sistem Wilayatul Faqih Iran. Ketika Shah Reza Pahlevi berkuasa, ada ulama-ulama pendukungnya, ada yang menentang. Kazem Shariatmadari masuk dalam ulama barisan pendukung Pahlevi. Tidak aneh, ketika Shah terguling, mereka aktif berceramah mengecam pemerintah baru. Ayatullah Khagani malah berceramah menyeru penduduk Ahwaz agar mendukung Saddam saat Presiden Irak itu memulai invasinya ke Iran tahun 1980. [12]
Ada juga ayatullah yang tadinya pro-Khomeini, tapi akhirnya menentang dan dikenai tahanan rumah, yaitu Ayatullah Montazeri. Dia marah kepada Khomeini karena saudara dari menantunya dikenai hukuman mati dalam kasus pembunuhan. Agaknya karena nepotisme berusaha dihindari, seorang kerabat dekat ulama besar pun ketika bersalah tetap tak ada ampun: nyawa harus dibayar nyawa. Sayang sang ulama tak terima. Karena terus berpidato mengecam rezim, dia pun dikenai tahanan rumah, wafat tahun 2009 .[13] Tetapi kantor dan yayasannya sampai hari ini masih beraktivitas. Perlu dicatat, penerapan hukuman terhadap ulama dilakukan oleh Dewan Pengadilan Ulama (Dadgah-e Ruhani), bukan oleh pengadilan pidana, bukan pula oleh aksi diktator pemimpin tertinggi (Leader, saat ini dijabat Khamenei). Bahkan Leader pun dipilih rakyat melalui pemilu, dan harus bertanggung jawab kepada Dewan Pakar (Majles-e Khubregan), serta sewaktu-waktu bisa diturunkan seandainya pengadilan membuktikan ia bersalah melanggar UU.[14]
Jadi, dimanakah ribuan Al Nimr yang Anda klaim, Alwi? Saya duga, mereka justru ada di Arab Saudi dan di Bahrain.
[1] http://farsi.khamenei.ir/news-content?id=31802
[2] http://iranhr.net/en/articles/2349/
[3] http://iranhr.net/en/articles/2349/
[4] http://www.tabnak.ir/fa/pages/?cid=63955
[5] http://law.tabrizu.ac.ir/article_2083_320.html
[6] http://www.irna.ir/fa/News/81741947/
[7] http://en.people.cn/200702/17/eng20070217_350759.html
[8] http://www.newyorker.com/magazine/2008/07/07/preparing-the-battlefield . Telegraph juga memberitakan Operasi Hitam AS di Iran (antara lain menyebut Jundullah terkait dengan CIA) http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/1552784/Bush-sanctions-black-ops-against-Iran.html. Rangkumannya bisa dibaca di https://dinasulaeman.wordpress.com/2009/10/19/jundullah-teror-di-iran-dan-catatan-untuk-eramuslim/
[9] profil Syekh Borhan Ali didapat dari wawancara dengan informan (warga Iran), 8/1/2016
[10] http://www.kurdpa.net/farsi/idame/13611
[11] http://www.mashreghnews.ir/fa/news/275308/%D8%B2%D9%86%D8%AF%D8%A7%D9%86-%D8%B1%D8%AC%D8%A7%DB%8C%DB%8C%E2%80%8C%D8%B4%D9%87%D8%B1%E2%80%8C-%D8%A7%D8%B2-%D9%88%D8%A7%D9%82%D8%B9%DB%8C%D8%AA-%D8%AA%D8%A7-%D8%A7%D8%AF%D8%B9%D8%A7-%D8%AA%D8%B5%D8%A7%D9%88%DB%8C%D8%B1
[12] wawancara dengan informan (warga Iran), 8/1/2016
[13] http://jahannews.com/vdcf1edm1w6d1ya.igiw.html
[14] Penjelasan singkat struktur pemerintahan Iran: https://dinasulaeman.wordpress.com/2013/11/01/sistem-demokrasi-ala-iran-demokrasi-tangan-tuhan/
*Dina Y. Sulaeman adalah kandidat Doktor Hubungan Internasional Unpad, peneliti ICMES (Indonesia Center for Middle East Studies). Tulisan ini dimuat di www.liputanislam.com
Mainsource : https://dinasulaeman.wordpress.com/2016/01/31/dimanakah-ribuan-al-nimr-itu-alwi/#more-2805
Daud Melawan Goliath
Fariba, tetangga saya di Teheran (2003-2007) mudah sekali sedih dan stress. Pasalnya, suaminya selalu berada dalam bahaya. Suaminya anggota Garda Revolusi Iran, dan sewaktu-waktu “menghilang” untuk misi anti-terorisme. Fariba selalu ketakutan, suatu saat giliran suaminya yang syahid dibunuh teroris. Dan benar saja, tahun 2009, saat saya sudah di Indonesia, suaminya dan beberapa rekannya syahid dalam aksi bom bunuh diri yang dilakukan teroris di Zahedan (perbatasan Pakistan).
Sejak Republik Islam Iran dibentuk dan AS ditendang keluar Iran (padahal sebelumnya AS sedemikian berkuasa di Iran, baik ekonomi maupun politik), aksi-aksi teror tak habis-habisnya menyerang Iran. Sejak 1979-2014, korban terorisme di Iran (bom bunuh diri/ledakan bom) mencapai 17.180 orang, menjadikan Iran sebagai negara dengan korban terorisme terbesar di dunia. Sebagian yang menjadi korban tewas itu adalah para pejabat tinggi negara seperti Presiden Rajai, PM Bahonar, Ketua MA Beheshti, dan Panglima Militer Shirazi. Ayatollah Khamenei sendiri tangan kanannya kisut dan tak bisa digerakkan akibat terkena serpihan bom saat sedang berceramah di Masjid Abu Dzar, Teheran (1981). Beberapa tahun terakhir, yang menjadi korban teror adalah ilmuwan-ilmuwan nuklir Iran.
Jurnalis investigatif terkemuka, Seymour Hersh (2008) pernah menulis laporannya tentang kucuran dana AS untuk membiayai kelompok-kelompok teror (antara lain, Jundullah, the Mujahideen-e-Khalq/MEKdan kelompok separatis Kurdithe Party for a Free Life in Kurdistan/PJAK). Tim Shipman dari the Telegraph sebelumnya (2007) juga sudah merilis informasi bahwa Bush meluncurkan “operasi hitam” untuk menggulingkan rezim. Pada tahun itu pula, pemerintah Iran mengumumkan telah menangkap 10 anggota Jundullah membawa uang cash USD500.000 bersama “peta daerah sensitif” dan “peralatan mata-mata modern”.
Serangan lain terhadap Iran adalah “terorisme-narkotika” (narco-terrorism). Pada tahun 2005, saya pernah menulis, bahwa setiap tahunnya, Iran sudah mengeluarkan dana 800 juta dolar (!) yang ditanggungnya sendirian untuk melawan sindikat penyelundup narkoba. Mereka menjadikan Iran sebagai jalur penyelundupan narkotika dari Afganistan dan Pakistan ke negara-negara Eropa dan Teluk. Negara-negara adidaya Eropa dan negara-negara Teluk yang kaya-raya –yang diuntungkan karena Iran pasang badan– hanya memberikan “penghargaan” dan “dukungan”, tapi tidak ada aliran dana yang keluar dari kocek mereka.
Bukan cuma rugi uang dalam jumlah sangat besar (pasalnya, Iran memang bukan negara kaya), menurut Tehran Times tahun 2005, 3000 tentara Iran telah gugur sebagai syudaha dalam memberantas sindikat narkotika internasional yang bersenjata lengkap itu (sekarang, tahun 2016, entah berapa yang sudah syahid). Belum lagi dampaknya terhadap rakyat Iran sendiri, data tahun 2005 saja ada dua juta pecandu narkotika di Iran. Dan, justru setelah AS bercokol di Afghanistan, arus penyelundupan narkotika di Iran meningkat tajam.
Yang menjadi luar biasa, Iran tetap menjadi negara yang aman dan nyaman untuk berwisata. Tentu, ada beberapa wilayah sensitif (terutama perbatasan Pakistan, dan wilayah Kurdistan) yang memang bukan jadi tujuan utama wisata. Saya (bersama si Akang, dan bayi Reza) pernah ke Kurdistan, setelah berkoordinasi dengan militer (suami Fariba), agar mendapatkan ‘kawalan’. Banyak yang heran, ngapain saya traveling ke Kurdistan, yang sering ada bom bunuh diri? Tujuan saya ingin melihat sendiri kehidupan warga provinsi itu, yang mayoritas Sunni (sudah saya tulis di buku Journey to Iran *bukan promo, karena bukunya sudah sold out*. Intinya, kaum Sunni Iran baik-baik saja.).
Yang menjadi luar biasa, meski mengalami aksi teror, rencana kudeta, dan embargo, pembangunan di Iran tetap berjalan pesat. Kondisi Teheran saat kami pulang 2007, dengan saat kami datang lagi diundang konferensi internasional 2015, sangat jauh berbeda, banyak sekali jalan tol baru, jauh lebih modern dan nyaman. Kereta bawah tanah Teheran, rutenya jauh bertambah. Di kota-kota lain yang saya datangi, transportasi publik juga terlihat bertambah banyak. Kemajuan di bidang sains pun tetap berjalan pesat. Pada tahun 2015, berdasar data yang dirilis Scopus, Iran menempati ranking ke-15 dunia yang menghasilkan karya ilmiah; pada tahun 2014 di rangking ke-18. Dan masih banyak kemajuan lain yang diraih oleh negara yang tidak lebih kaya daripada Indonesia ini (berdasarkan GDP).
Pertanyaannya: kalian pikir, kalau Iran tidak “keras” terhadap teroris, penjahat narkoba, dan berbagai aksi kriminal lain, apakah semua kemajuan, keamanan, dan kenyamanan itu bisa dicapai? Kita bisa lihat betapa brutalnya jihadis mengebom situs-situs kuno ribuan tahun yang sangat berharga di Suriah. Kalian pikir, dengan cara apa selama ini Iran menjaga semua situs kunonya sehingga tetap indah dan dikunjungi jutaan turis mancanegara setiap tahunnya?
Ya, Iran memang keras pada penjahat. Setiap tahunnya banyak yang dihukum gantung, karena memang serangan kejahatan terhadap Iran selama ini dahsyat sekali.
Ironisnya, berbagai media memlintirnya dengan menyebut: di antara yang digantung adalah ulama dan aktivis Sunni, untuk mengarahkan opini bahwa Sunni ditindas di Iran. Kalau media Islam abal-abal yang didanai Saudi yang menulis, ya sudahlah, memang mereka cari makan di situ. Tapi, gilanya, dalam beberapa hari terakhir, media resmi pun secara berurutan memberitakan hal senada, mulai dari Detik, Kompas, Sindo, dan kemarin Republika. Sumber yang dipakai biasanya Amnesty Internasional dan HRW (yang juga mengecam Indonesia saat Jokowi memutuskan eksekuti mati untuk penjahat narkoba). Padahal, semua media itu sudah pernah mengirim langsung wartawannya ke Iran dan meliput langsung kondisi di sana. Trias Kuncahyono (Kompas) misalnya, pernah menulis serial liputan ke Iran yang sangat bagus.
Mengamati pemberitaan soal Iran, memang terasa bahwa negara kecil itu bak Daud yang sedang bertarung melawan Goliath. Setelah Libya dan Suriah dihancurkan, satu-satunya negara yang masih aman dan belum ditundukkan Imperium adalah Iran. Imperium menguasai jaringan media internasional, serta bekerja sama dengan negara-negara Arab dan Teluk yang kaya raya, yang dengan mudah mengucurkan uang untuk propaganda dahsyat anti-Iran, dibantu oleh para awam yang merasa berjihad dengan menyebar fitnah.
Dalam melawan propaganda itu, Iran hanya dibantu netizen, facebooker, dan blogger gratisan. Bahkan ibuk-ibuk yang seharusnya leyeh-leyeh ngurus anak, terpanggil ikut melawan dengan cara share status (dan tetap teguh meski dibully). Ini bukan karena Syiah, melainkan karena melawan ketidakadilan adalah naluri setiap orang yang bernurani. Ini juga bukan tentang Iran semata, tapi tentang bangsa Indonesia yang sedang dicoba diadudomba melalui isu Sunni-Syiah. Tangan kecil kita sedang melawan tangan raksasa. Tapi, bukankah Daud yang bersenjatakan ketapel bisa tetap menang melawan Goliath?
Mainsource : https://dinasulaeman.wordpress.com/2016/01/10/daud-melawan-goliath/
Mengapa Iran Tak Serang Israel?
Oleh: Dina Y. SulaemanPertanyaan ini sering muncul di dalam berbagai diskusi di dunia maya, “Kalau Iran betul-betul anti-Israel, mengapa Iran sampai sekarang tidak jua menyerang Israel?” Pertanyaan ini konteksnya adalah menuduh Iran omdo (omong doang), bahkan ada yang lebih parah lagi, menggunakan teori konspirasi, “Ini bukti bahwa ada kerjasama di balik layar antara Iran dan Israel.”
Bila memakai kalkulasi hard power, harus diakui bahwa sebenarnya kekuatan Iran masih jauh di bawah AS. Apalagi, doktrin militer Iran adalah defensive (bertahan, tidak bertujuan menginvasi negara lain). Iran hanya menganggarkan 1,8% dari pendapatan kotor nasional (GDP)-nya untuk militer (atau sebesar 7 M dollar). Sebaliknya, AS adalah negara dengan anggaran militer terbesar di dunia, yaitu 4,7% dari GDP atau sebesar 687 M dollar. Bahkan, AS telah membangun pangkalan-pangkalan militer di berbagai wilayah di sekitar Iran. AS adalah pelindung penuh Israel dan penyuplai utama dana dan senjata untuk militer Israel. Bujet militer Israel sendiri, pertahunnya mencapai 15 M Dollar (dua kali lipat Iran).
Sebelum menjawab ‘mengapa Iran tidak langsung menyerang Israel’?, mari kita jawab dulu pertanyaan sebaliknya, mengapa AS dan Israel tidak jua menyerang Iran? AS sebenarnya tidak berkepentingan menyerang Iran. Tetapi, Israel berkali-kali meminta AS untuk menyerang Iran dengan alasan “Iran memiliki nuklir yang mengancam keselamatan Israel.” Ketika rezim Obama enggan menuruti permintaan Israel, Israel bahkan mengancam akan menyerang Iran sendirian, tanpa bantuan AS. Untuk menelaah prospek perang AS+Israel melawan Iran, Anthony Cordesman dari Center for Strategic and International Studies merilis hasil penelitiannya pada bulan Juni 2012. CSIS melakukan kalkulasi bila AS dan Israel menyerang Iran, antara lain menghitung berapa banyak pesawat pengebom yang dibutuhkan, berapa banyak bom yang harus dibawa, apa kemungkinan serangan balasan dari Iran, dan bagaimana cara menghadapinya.
Salah satu kesimpulan yang diambil Cordesman adalah, profil militer Israel tidak akan mampu melakukan serangan tersebut. Untuk menyerang Iran, Israel harus mengerahkan seperempat pasukan udaranya dan semua pesawat tempurnya, sehingga tidak ada pesawat cadangan untuk berjaga-jaga. Pesawat-pesawat tempur itu harus melewati perbatasan Syria-Turki sebelum terbang di atas udara Irak and Iran. Dan wilayah-wilayah tersebut, sangat rawan bagi Israel. Menurut Cordesman, “Berdasarkan jumlah pesawat yang diperlukan, proses pengisian bahan bakar yang harus dilakukan sepanjang perjalanan menuju Iran, serta usaha mencapai target gempuran tanpa terdeteksi sangatlah beresiko tinggi dan kecil kemungkinan keseluruhan operasi militer tersebut akan berhasil.”
Dan bahkan jika pesawat tempur Israel berhasil mengebom reaktor nuklir Iran, pembalasan yang dilakukan Iran akan membawa dampak yang sangat buruk bagi kawasan Timur Tengah. Cordesman menulis, “Anda tidak akan ingin tahu seperti apa jadinya Timur Tengah sehari setelah Israel berupaya menyerang Iran.”
Karena itu, bila Israel berkeras ingin menyerang Iran, Israel harus menggandeng AS. Tapi, bila AS menyetujui permintaan Israel ini, AS harus mengerahkan ratusan pesawat dan kapal tempur. Serangan awal saja sudah membutuhkan alokasi kekuatan yang sangat besar, termasuk pengebom utama, upaya penghancuran system pertahanan udara lawan, pesawat-pesawat pendamping untuk melindungi pesawat pengebom, peralatan perang elektronik, patrol udara untuk menahan serangan balasan dari Iran, dll. Pada saat yang sama, AS harus menghalangi Iran agar tidak melakukan aksi apapun di Selat Hormuz. Bila Iran sampai berhasil memblokir Selat Hormuz, suplai minyak dan gas dunia akan terhambat dan efeknya akan sangat buruk bagi perekonomian dunia. Dan ini bukan pekerjaan mudah. Iran selama ini justru sangat memperkuat kemampuan militernya demi mengontrol Selat Hormuz bila terjadi perang. Meskipun, AS juga sudah mempersiapkan banyak hal untuk menjaga agar Hormuz tetap terbuka, antara lain dengan menempatkan berbagai perlengkapan militer di Bahrain, Saudi Arabia, Qatar, Kuwait, dan UAE. Namun inipun mengandung ancaman lain. Iran berkali-kali mengancam, bila wilayahnya diserang, Iran akan melakukan serangan balasan ke semua negara Arab yang di dalamnya ada pangkalan militer AS. Belum lagi, Rusia dan China diperkirakan akan ikut campur demi mengamankan kepentingan mereka sendiri di Timteng. Tak heran bila banyak analis mengungkapkan ramalan bahwa Perang Dunia III akan meletus bila AS sampai menyerang Iran.
Lihatlah situasinya: bila Israel dan AS menyerang Iran, artinya mereka keluar dari wilayah mereka sendiri dan harus bersusah-payah mengusung semua perlengkapan militernya. Lalu, urusan tidak selesai hanya dengan menjatuhkan bom ke situs nuklir Iran. Serangan balik dari Iran, dan posisi geostrategis Iran, sangat memberikan potensi kekalahan bagi AS dan Israel. Karena itulah, Menhan Leon Panetta sampai berkata, “Sangat jelas bahwa bila AS melakukan serangan itu, kita akan mendapatkan akibat buruk yang sangat besar.”
Sekarang mari kita balik: bagaimana seandainya Iran menyerang Israel? Minimalnya, ada dua versi jawaban yang bisa diberikan sementara ini.
- Berdasarkan kalkulasi hard power. Ingat lagi profil militer Iran. Bisa dibayangkan, berapa banyak senjata yang dimiliki Iran dengan dana 7 M Dollar pertahun, dibandingkan dengan banyaknya senjata yang dimiliki AS dengan dana 687 M Dollar pertahun. Bandingkan lagi dengan kondisi ‘seandainya Israel menyerang Iran’ seperti yang sudah dianalisis Cordesman di atas. Kesimpulan yang bisa diambil adalah saat ini, profil militer Iran memang belum mampu menyerang Israel secara langsung, begitu juga sebaliknya, Israel juga belum mampu menyerang Iran secara langsung. Sementara, AS punya hitung-hitungan lain di luar sekedar menyerang Iran. AS akan menghadapi kehancuran ekonomi yang sangat parah bila sampai mengobarkan perang terhadap Iran.
Sebaliknya, untuk bisa maju perang (=secara ofensif mengirimkan senjata dan pasukan ke luar wilayahnya), Iran tidak mungkin maju sendirian. Bila negara-negara Arab, terutama yang berbatasan darat dengan Palestina, belum siap berjuang, tentu sangat konyol bila Iran harus mengirim pasukan ke Palestina yang jauhnya 1500 km dari Teheran. Berapa banyak pasukan, pesawat tempur, dan rudal yang mampu dikirim oleh Iran yang hanya punya anggaran 7 M Dollar pertahun? Bila Mesir saja yang pemerintahannya dikuasai Ikhwanul Muslimin (artinya, seideologi dengan Hamas) masih menutup pintu perbatasannya dengan Gaza; masih menolak untuk terjun langsung ke medan pertempuran membela saudara se-harakah mereka, mengapa Iran yang di-ojok-ojok untuk mengirim pasukan perang? Karena itu, dari sisi ini, hanya satu kata untuk menilai pertanyaan ‘mengapa Iran tidak langsung menyerang Israel?’ : naif.
2. Berdasarkan kalkulasi soft power. Sangat mungkin, di atas kertas, profil militer Iran memang seperti yang diungkapkan di atas. Tapi, bila diingat lagi percepatan kemajuan teknologi militer yang dicapai Iran dan statemen beberapa petinggi militer Iran yang menyebutkan bahwa kemampuan Iran ‘jauh lebih besar dari apa yang terlihat’, ada aspek lain yang perlu dipertimbangkan. Iran adalah negara yang berbasis teologi mazhab Syiah dan meyakini adanya aspek transenden dalam setiap keputusan yang diambil oleh pemimpin spiritual mereka (rahbar). Militer Iran pun berada di bawah wewenang rahbar, yang sekarang dijabat Ayatullah Khamenei. Iran meyakini bahwa Ayatullah Khamanei memiliki kemampuan transenden sehingga mengetahui kapan saat yang tepat untuk maju perang. Orang lain boleh tidak percaya, tetapi ini adalah urusan rakyat Iran sendiri.
Di sini, pertanyaan mengapa Iran belum juga menyerang Israel secara langsung (seandainya memang kemampuan militernya sebenarnya sudah mencukupi) akan mendapat jawaban sederhana saja: karena belum diizinkan oleh sang Rahbar. Lalu, mengapa Rahbar belum memberi izin? Silahkan dipikirkan sendiri, dengan mengaitkannya pada hal-hal yang bersifat ideologis dan relijius; dan hal ini di luar kapasitas saya untuk menjelaskan.
Intinya, perjuangan melawan Israel bukanlah perjuangan Iran saja. Ini seharusnya menjadi perjuangan bersama semua negara-negara muslim. Dan inilah yang terus diupayakan para pemimpin dan ulama Iran melalui berbagai statemen dan orasinya: membangkitkan kesadaran dan semangat juang kaum muslimin sedunia; sambil terus berupaya memperkuat profil militernya. Ini bukanlah omdo (omong doang), tapi upaya yang memang harus dilakukan sebelum mencapai kemenangan.
Akan tiba suatu masa ketika kaum muslimin sedunia bangkit bersatu dan bersama-sama merebut kembali Al Quds dari tangan para penjajah. Inilah janji Allah dalam QS 17:4-5, “Dan telah kami tetapkan terhadap Bani Israel di dalam Alkitab: sesungguhnya kalian akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan kalian akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. Dan maka ketika telah tiba apa yang dijanjikan itu, akan kami bangkitkan para hamba yang perkasa dan memiliki kekuatan besar untuk mengalahkan kalian. Para hamba itu akan mencari kalian sampai ke tempat persembunyian kalian dan janji [Allah] itu pasti terjadi.”
update:
analisis yang lebih sederhana, tapi sangat mantap, bisa baca di sini.
update:
karena ada beberapa komentator yang nanyain sumber tulisan (pdhl, tinggal googling aja tho, cari kata kunci cordesman+csis+iran+israel), ini sy kasih linknya, silahkan download sendiri:
http://csis.org/files/publication/120906_Iran_US_Preventive_Strikes.pdf
Lalu kalau ada yang mau tahu lebih jauh soal soft power Iran, bisa baca tulisan saya sebelumnya
https://dinasulaeman.wordpress.com/2012/02/15/soft-power-sumber-kekuatan-iran/
Nah, kalau masih nanya, sumbernya dimana, gooling aja , The Iranian Journal of International Affairs, Manouchehr Mohammadi, soft power Iran.
Mainsource : https://dinasulaeman.wordpress.com/2012/11/21/mengapa-iran-tak-serang-israel/
Penjelasan Soal Adanya Tentara Israel yang Muslim
Pagi ini saya dapati, berita di Republika tentang adanya ribuan muslim yang jadi tentara Israel, banyak disebar ulang di jejaring sosial. Untung saja yang merilis berita ini Republika. Coba kalau Kompas atau Tempo, pasti sebagian orang langsung teriak-teriak ‘media kafir tukang fitnah!’ Penjelasan dari fenomena ini sebenarnya sederhana saja. Kita tinggal merunut sejarah terbentuknya Israel-Palestina.Pada tahun 1947, PBB mengeluarkan resolusi 181 yang membagi tiga wilayah Palestina: 56.5% untuk pendirian negara Yahudi, 43% untuk negara Arab, dan Jerusalem menjadi wilayah internasional. Tapi kelak, pada tahun 1967 –setelah terjadinya Perang 6 Hari Arab-Israel—Israel menduduki Sinai, Golan, dan seluruh wilayah Palestina.
Wilayah Palestina saat itu tidak kosong, bangsa Palestina (baik Arab Islam, Arab Kristen, maupun Arab Yahudi) menyebar di seluruh wilayah. Jadi, ketika tanah mereka dibagi tiga, ada yang berada di wilayah yang dijatah untuk Israel, ada yang hidup di wilayah yang dijatah untuk Palestina.
Lalu, orang Yahudinya ada berapa banyak? Orang Yahudi ‘asli’ yang sejak lama hidup berbaur dengan bangsa Arab, memang ada, tapi tidak banyak (dan mereka ini justru dianggap rendahan oleh Israel, sama seperti warga Arab Islam&Kristen). Setelah Theodor Herzl, pada 1896 menyerukan pendirian sebuah negara Yahudi, Jewish Colonization Association (Asosiasi Kolonisasi Yahudi, didirikan 1891 di London) memulai pendanaan dalam mendirikan permukiman Zionis di Palestina.
Pada 1904-1914, gelombang pertama Yahudi datang sebanyak 40,000 orang sehingga populasi Yahudi di Palestina meningkat jadi 6% dari total penduduk. Selanjutnya, pengiriman orang-orang Yahudi dari berbagai negara di dunia berbondong-bondong datang ke Palestina. Pada October 1921, sensus penduduk pertama yang dilakukan oleh Inggris menunjukkan populasi di Palstina 78% Muslim Arab, 11% Yahudi, 9,6% Kristen Arab. Akhirnya, pada tahun 1945 (3 tahun sebelum Israel ‘diproklamasikan’) populasi Zionis menjadi 31% dan kepemilikan tanah menjadi 6.0%.
Setelah Resolusi PBB 181 itu, orang-orang Yahudi melakukan aksi ‘pembersihan’ etnis Arab di kawasan Palestina yang menjadi ‘jatah’ Israel. Hingga tahun 1954, total 80% orang Palestina yang tinggal di kawasan ‘jatah’ Israel telah terusir dan hidup di pengungsian hingga kini. Kawasan jatah Israel pun, yang oleh PBB ditetapkan 56,5% kini telah meluas (lihat peta) dan upaya ekspansi terus berlanjut hingga hari ini.
Para pengungsi Palestina melalui musim dingin di tenda-tenda yang disediakan oleh para sularelawan; hampir semua lokasi pengungsian ini akhirnya menjadi tempat tinggal permanen mereka sampai hari ini. Satu-satunya harapan bagi para pengungsi saat itu adalah Resolusi PBB nomor 194 (11 Desember 1948) yang menjanjikan bahwa mereka akan segera dipulangkan ke rumah masing-masing; resolusi itu adalah salah satu dari sekian banyak janji yang dibuat oleh masyarakat internasional untuk bangsa Palestina, yang tidak pernah dilaksanakan hingga hari ini.
Arab-Palestina yang Jadi Warga Israel
Jadi, ada orang-orang Arab yang masih ‘tersisa’ di dalam wilayah yang menjadi jatah Israel. Mereka kini tercatat sebagai warga Israel, meski sangat didiskriminasi. Untuk mencari nafkah, mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar yang enggan dilakukan warga Yahudi. Gilad Atzmon, penulis Yahudi yang aktif membela Palestina, menulis dalam bukunya bahwa dia lahir dan besar di Israel, tanpa pernah melihat orang Arab-Palestina. Mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar di malam hari, membersihkan sampah, dll.
Orang-orang Arab Palestina yang ada di wilayah Israel itu terusir dari tanah mereka yang asli. Tanah dan rumah-rumah mereka diambil alih oleh orang-orang Yahudi. Lihat video rumah-rumah indah milik Palestina yang kini dikuasai Yahudi-Israel di sini (Perampokan Buku di Palestina) Status Arab-Palestina yang jadi warga Israel adalah internally displaced person (baca di sini penjelasannya: Mengungsi tapi Bukan Pengungsi).
Nah, mereka ini tetap manusia kan? Musti makan kan? Mereka menikah, punya anak, jadi musti kasih makan anak kan? Trus kalian pikir, gimana mereka bisa hidup? Biaya hidup di Israel sangat tinggi, konon untuk hidup layak di sana butuh 80-120 Dollar perhari. Jadi, bila ada yang memutuskan untuk bergabung dengan tentara Israel demi gaji dan hidup layak, apa boleh buat. Sebagian dari mereka (yang masih muda) pun sejak lahir sudah jadi warga Israel, mungkin tak kenal sama ulama yang mengajari mereka semangat jihad. Memang, ini ironis sekali.
Isu Agama, Salahkah?
Lalu, apakah salah bila kaum muslim membela Palestina yang dijajah Israel (Yahudi) atas dasar sentimen agama? Bergantung kalian ‘mazhab’ mana deh. Kalau versi kaum radikal yang hobi sekali teriak-teriak jihad di negeri-negeri muslim (anehnya, tidak kirim pasukan ke Israel), isu Palestina adalah isu Islam-Yahudi yang sampai kiamat gak akan bisa berdamai.
Tapi, kalau saya melihatnya secara kontekstual saja. Bahwa Hamas, Jihad Islam, dan para pejuang Palestina lainnya menggunakan sentimen agama untuk meraih kemerdekaan, tentu sah-sah saja. Bukankah Islam memang menyuruh manusia untuk mencintai dan membela negara kita? Masak dijajah diem aja? Cacing aja diinjek memberontak? Dulu di Surabaya, Bung Tomo juga mengobarkan semangat perjuangan rakyat dengan seruan Islam.
Dan buat pejuang Palestina, semangat jihad ini sangat efektif. Para pejuang bertempur tidak takut mati, karena mati akan membawa mereka ke surga. Jangan salahkan keyakinan seperti ini, karena memang ada ayatnya di Quran (sesungguhnya mereka yang berjihad di jalan Allah itu tidak mati, melainkan tetap hidup dan mendapat rizki QS3:169).
Kata Gilad Atzmon, orang-orang Israel pun ‘berjuang’ dengan dicekoki sentimen rasialis . Menurutnya, ideologi anti-non-Yahudi (anti-Gentile) ada secara inheren dalam berbagai wacana politik orang Yahudi, baik itu Yahudi Zionis, Yahudi sekuler, maupun Yahudi ‘kiri’. Karena itulah, orang-orang Yahudi di seluruh dunia memiliki keterikatan batin dengan Israel. Mereka rajin bersedekah untuk kelangsungan hidup Israel (bahkan istilah Ibrani-nya pun tzedakah). Tentu saja ada, orang-orang Yahudi yang ‘tercerahkan’, kayak si Gilad ini.
Jadi, masak disalahkan kalau umat Islam membela Palestina karena kemuslimannya? Hak gue dong ya, jangan dicela-cela. Tapi, sebaliknya, kaum Muslim pun jangan sok-sok merasa paling Muslim dengan memaki-maki Yahudi, tapi sikap-sikapnya sehari-hari malah meniru perilaku Yahudi. Seperti dikatakan Atzmon di atas: orang Yahudi itu secara inheren memang rasis; sikap rasis ini sayangnya banyak saya temui di kalangan akhi-ukhti: kalau elo ga se-fikroh, se-harokah ma gue, maka elo bukan golongan gue. Bahkan saya baca di komen-komen dan tulisan web-web (mengaku) Islami, mereka mengembangkan teori konspirasi kacau-balau yang ahistoris, illogical, fallacy tingkat akut, dan hanya berbasis ilusi, bahwa orang Iran itu sekutu Yahudi. Terakhir bahkan saya baca, broadcast di WhatsApp: Israel menyerang Hamas demi membuat Iran meraih simpati kaum Muslim karena seolah-olah membela Palestina. *tepok jidat*
Terakhir, saran saya, daripada menambah perpecahan di Indonesia karena mulut (jari) yang tak terjaga akibat umpatan kafir-kafiran, lebih baik mempelajari penjajahan Israel ini dari sisi ekonomi-politik internasional. Biar paham bahwa membela Palestina itu hakikatnya perjuangan memerdekakan kita (bangsa Indonesia) dari penjajahan ekonomi kaum Yahudi-Zionis. Bisa baca di sini: Palestina adalah Kita.
Semoga menjadi jelas.
Mainsource : https://dinasulaeman.wordpress.com/2014/07/12/penjelasan-soal-adanya-tentara-israel-yang-muslim/
Ada Apa dengan Yaman?
Ada apa dengan Yaman? Sebaiknya kita lihat dulu petanya.Di peta terlihat bahwa Yaman berbatasan darat dengan Arab Saudi, dan menguasai perairan strategis Bab el Mandab dan teluk Aden, dan bahkan menguasai pulau Socotra yang kini menjadi pangkalan militer AS. Jalur perairan ini sangat penting karena menjadi tempat lewatnya kapal-kapal tanker pembawa minyak dari Teluk Persia ke Eropa (melewati Terusan Suez). AS sangat berambisi mengontrol jalur minyak ini dan di saat yang sama, secara ekonomi Iran pun terancam bila AS sampai menguasai jalur tersebut. Selain itu, meski saat ini produksi minyak Yaman hanya 0,2% dari total produksi minyak dunia, negeri ini menyimpan cadangan minyak yang sangat sangat besar.
Kelompok-kelompok Utama dalam Konflik Yaman:
- Ikhwanul Muslimin vs Imam Yahya (Syiah Zaidiyah)
Inggris (dan Mesir) membacking gerakan “Free Yemenis” yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin. Gerakan ini pada tahun 1962 berhasil menggulingkan pemerintahan Imam Yahya dan memproklamasikan “Republik Arab Yaman.”
Pemerintahan baru ini memperluas gerakan untuk menguasai Yaman selatan (yang dikuasai Inggris), dengan meminta bantuan militer dari Presiden Mesir, Gamal Abdul Nasser yang mengirim 70.000 tentara ke Yaman (1962-1965).
Inggris, yang memusuhi Nasser akibat aksinya menasionalisasi Terusan Suez tahun 1956, menggunakan konflik internal Yaman untuk melemahkan Nasser, dengan bantuan Mossad, CIA, intelijen Arab Saudi, dan SAVAK (intel Iran zaman Syah Pahlevi). Selama tahun 1960-an, AS menyuplai perlengkapan militer Arab Saudi senilai 500 juta Dollar (agar Arab Saudi semakin kuat dan memegang kendali dalam konflik di Yaman). Tahun 1968, Nasser mundur dari Yaman, dan setahun sebelumnya, Inggris juga angkat kaki dari negara itu.
Namun, kelompok pro Naser masih eksis hingga sekarang dan menjadi salah satu aktor utama politik Yaman, yaitu the Nasserite Unionist People’s Organization.
- Partai Sosialis vs Ikhwanul Muslimin
Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990 membuat kedua pemerintahan Yaman yang memang lemah memutuskan memulai negosiasi untuk bersatu. Pada Mei 1990, terbentuklah pemerintahan persatuan dengan nama Republik Arab Yaman, dengan Ali Abdullah Saleh sebagai presiden dan Ali Salim Beidh (semula Presiden Yaman selatan, berasal dari partai sosialis) menjadi wakil presiden. Untuk menundukkan orang-orang sosialis, Saleh bekerja sama dengan anasir Ikhwanul Muslimin (Partai Islah atau Partai Reformasi didirikan 13 Sept 1993. Menurut pendirinya, Syekh Abdullah bin Hasan al-Ahmar, tujuan utama didirikannya partai ini adalah untuk melawan orang-orang sosialis). Saleh harus menggunakan tangan Partai Islah, karena partainya sendiri (the General People’s Congress) terikat perjanjian unifikasi dengan Partai Sosialis.
Namun belakangan, IM dan Sosialis (dan Nasserite) justru bergabung untuk melawan Saleh; mereka membentuk Joint Meeting Parties (JMP).
- Rezim Saleh vs Ikhwanul Muslimin
Pengaruh besar IM ini membuat khawatir Presiden Saleh dan sejak tahun 2001, ia mulai melucuti kekuasaan IM dengan cara merombak sistem pendidikan. Sejak itu konflik antara kedua faksi ini semakin meluas. Bila pada pilpres 1999, IM (Partai Islah/Partai Reformis) mencalonkan Saleh sebagai kandidat presiden, tahun 2006 mereka mendukung lawan Saleh, Faisal Bin Shamlan (namun Saleh tetap menang pilpres).
- Rezim Saleh vs Sosialis dan Suku Houthi (Ansarullah)
Sejak tahun 2004, suku Houthi yang bermazhab Syiah Zaidiyah menuntut otonomi khusus di wilayah Saada sebagai protes atas diskriminasi dan penindasan dari rezim Saleh. Tuntutan ini dihadapi dengan senjata oleh Saleh (lagi-lagi dibantu Arab Saudi), dan meletuslah perang sipil yang menewaskan lebih dari 5000 tentara dan rakyat sipil (suku Houthi) pada rentang 2004-2008.
- Rezim Saleh – Amerika – Al Qaida – Kelompok Salafi
Di masa ini, muncul aktor baru di Yaman, yaitu Al Qaida Arab Peninsula (AQAP) yang memproklamasikan diri pada tahun 2009. Dua tokoh utama AQAP, anehnya, adalah dua warga Arab Saudi alumni Guantanamo, Abu-Sayyaf al-Shihri dan Abu-al-Harith Muhammad al-Awfi. William Engdahl menyebut fakta ini memunculkan kecurigaan bahwa tujuan utama CIA dan Pentagon melakukan teknik brutal kepada tawanan Guantanamo sejak September 2001 adalah untuk mentraining ‘sleeper terrorists’ (teroris tidur) yang sewaktu-waktu bisa diaktifkan sesuai komando intelijen AS. Di saat yang hampir bersamaan, Presiden Saleh membebaskan 700 narapidana teroris dengan alasan ‘mereka sudah berkelakuan baik’.
Mengingat donatur utama Al Qaida adalah Arab Saudi, dan pembentukan Al Qaida memang didalangi AS dan Arab Saudi (hal ini sudah diakui oleh Hillary Clinton), tentu kemunculan Al Qaida di Yaman adalah demi kepentingan AS.
Meski Al Fadhli menolak tuduhan bahwa dia bekerja sama dengan Al Qaida, namun AS tetap membombardir Yaman dengan alasan mengejar Al Qaida. Antara 2009-2011, korban serangan bom yang diluncurkan pesawat tempur AS (dengan seizin Presiden Saleh) telah menewaskan ratusan rakyat sipil Yaman, termasuk anak-anak.
Atas alasan untuk menumpas Al Qaida pula, pada tahun 2010, Presiden Saleh dan Jenderal Petraeus dari AS bertemu. Petraeus menjanjikan bantuan “dana keamanan” 14 kali lipat lebih besar (dana total sejak 2008 hingga 2010 yang diterima Saleh dari AS mencapai 500 juta dollar), dan imbalannya, Saleh mengizinkan Pulau Socotra untuk dipenuhi dengan berbagai peralatan militer canggih AS.
Namun, akhirnya pada Juni 2014, Al Fadhli menyatakan bergabung dengan Al Qaida. Dan sejak 2015, ISIS menyatakan ikut bergabung dengan Al Qaida Yaman. Pada 21 Maret 2015, ISIS mengebom sebuah masjid di Sanaa (ibu kota Yaman), yang jamaahnya sebagian besar muslim Syiah Zaidiah yang tengah menunaikan sholat Jumat (142 tewas, 351 lainnya terluka).
Era Arab Spring
Melihat track record Presiden Saleh yang selalu berperang dengan rakyatnya sendiri dan kemiskinan yang semakin mencekik rakyat, tentu tidak mengherankan bila pada tahun 2011, seiring dengan gelombang Arab Spring, rakyat Yaman (dari berbagai suku dan mazhab) bangkit berdemo menuntut pengunduran dirinya. Masifnya gerakan demo di Yaman akhirnya berujung pada tergulingnya Saleh yang telah berkuasa 33 tahun. Ia melarikan diri pada November 2011 ke Arab Saudi, dan digantikan oleh Mansur Hadi. Namun, tahun 2012, Saleh kembali ke Yaman dan dilindungi oleh Mansur Hadi. Anak Saleh, Jenderal Ahmed Ali, bahkan tetap memiliki kekuasaan penting di militer. Dalam situasi ini, Al Qaida melakukan aksi-aksi pengeboman, termasuk mengebom istana kepresidenan, menambah kacau situasi di Yaman.
Singkat kata, pasca keberhasilan rakyat menggulingkan Saleh, yang berkuasa di Yaman adalah elit-elit lama, termasuk anasir Al Qaida. Faksi-faksi yang banyak berjuang dalam upaya penggulingan Saleh justru disingkirkan, termasuk suku Houthi (gerakan Ansarullah). Ini memunculkan ketidakpuasan rakyat yang semula berharap terjadinya reformasi.
Gerakan Ansarullah bahkan berhasil menggalang demo besar-besaran (rakyat umum, tidak sebatas suku Houthi) sejak Agustus 2014, menuntut diturunkannya harga BBM dan dilakukannya reformasi politik. Menyusul aksi demo ini, Perdana Menteri Salim Basindwa mundur dari jabatannya dan Presiden Mansur Hadi bersedia menandatangani perjanjian dengan Ansarullah, yang isinya Mansur bersedia membentuk pemerintahan baru dengan melibatkan Ansarullah dan semua partai politik yang ada. Perjanjian ini menandai semakin meluasnya pengaruh Ansarullah (Syiah Houthi) di pusat kekuasaan Yaman. Namun kemudian, Mansur Hadi memilih lari ke Arab Saudi dan meminta bantuan militer dari Saudi. Sejak 26 Maret 2015, Arab Saudi dibantu negara-negara Teluk dan Israel, serta didukung oleh AS membombardir Yaman.
Kesimpulan saya, suku Houthi (Ansarullah) hanyalah satu dari sekian banyak aktor yang terlibat konflik di Yaman dan awalnya tidak dominan. Yaman sejak awal telah dilanda konflik internal yang ruwet, melibatkan sangat banyak suku, ‘aliran agama’, kelompok bisnis, dan dinasti/keluarga (yang saya tulis di atas hanya ringkasan saja). Namun, kesolidan dan strategi Ansarullah dalam membangkitkan kekuatan rakyat tertindas rupanya berhasil membawa mereka naik ke permukaan melawan dominasi elit yang berkuasa selama 37 tahun terakhir. Dan ‘gara-gara’ kelompok ini bermazhab Syiah, dengan segera isu yang dimainkan adalah isu mazhab.
Namun yang perlu dicatat, lihat lagi peta di awal tulisan ini, potensi ekonomi dan geopolitik yang sangat besarlah yang menjadi pivotal factor bagi negara-negara kuat untuk menggelontorkan dana sangat besar untuk membiayai faksi-faksi yang berseteru di Yaman.
Aktor asing terkuat di Yaman, tentu saja AS, yang sejak 2001 menggelontorkan ratusan juta dollar (triliunan rupiah) untuk rezim Saleh. AS juga menginvestasi dana dan perlengkapan militer tercanggihnya di Pulau Socotra. Di saat yang sama, AS meraup untung besar dari perdagangan senjata ke negara-negara Arab dan Teluk. Kemudian ketika pemerintahan boneka terbentuk, perusahaan-perusahaan AS pula yang dipastikan akan mendapatkan berbagai kontrak infrastruktur dan minyak (seperti yang terjadi di Libya dan Irak).[ditulis oleh Dina Y. Sulaeman untuk http://www.ic-mes.org]
Ref:
http://www.longwarjournal.org/archives/2014/06/yemeni_tribal_leader_joins_aqa.php
https://www.stratfor.com/weekly/20110420-islamist-militancy-pre-and-post-saleh-yemen
http://www.al-monitor.com/pulse/originals/2013/09/yemen-brotherhood-losses-unknown-future.html#
http://english.al-akhbar.com/node/16346
http://business.financialpost.com/2015/03/26/why-yemen-that-produces-less-oil-than-denmark-is-roiling-energy-markets-this-morning/?__lsa=61a7-8c88
www.globalresearch.ca/yemen-american-weapons-once-more-landed-up-in-the-wrong-hands-mistakenly-in-the-hands-of-al-qaeda/5437988
www.globalresearch.ca/the-yemen-hidden-agenda-behind-the-al-qaeda-scenarios-a-strategic-oil-transit-chokepoint/16786
www.globalresearch.ca/yemen-and-the-militarization-of-strategic-waterways/17460
www.globalresearch.ca/yemen-the-covert-apparatus-of-the-american-empire/21306
http://www.nytimes.com/2015/03/26/world/middleeast/al-anad-air-base-houthis-yemen.html?_r=3
Mainsource : https://dinasulaeman.wordpress.com/2015/03/28/ada-apa-dengan-yaman/
Balada Republika dan Piyungan :)
Tanpa saya duga, surat terbuka saya yang saya tulis dengan penuh rasa hormat pada Ust Arifin Ilham (karena saya suka pada amalan-amalan dzikir), menyebar cukup luas di media sosial & online. Dari blog ini saja dalam 2 hari sudah dishare 10.000 kali lebih via FB. Setelah itu, barulah muncul info-info, bahwa memang ada ‘perubahan’ pada diri beliau. Di antaranya, ada yang kasih liat video beliau berteriak “jihaaad!!” dengan mimik wajah yang membuat saya kaget. Lebih kaget dibanding saat membaca berita ini (yang jadi referensi utama saya saat nulis surat terbuka itu). Laa hawlaa wa laa quwwata illa billah… semoga Allah menjaga negeri ini supaya tetap damai.Dari sekian banyak komentar, tanggapan, baik yang mendukung maupun mencaci-maki saya, yang ingin saya komentari cuma dua hal: Republika dan PKS Piyungan. Pertama, Republika. Menarik sekali, tanpa saya minta (lha emang siapa saya sampai bisa ‘meminta’), Republika memuat utuh surat saya itu. Link-nya juga sudah tersebar, saya sempat SS salah satu yang diposting teman:
Jejak di Google juga masih ada:
Kemarin, surat itu seharian bertengger di deretan teratas top-five (artinya, terbanyak dibaca). Pagi ini saya mendapat informasi, isi surat itu sudah dihapus oleh Republika. Silahkan saja coba klik http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/02/17/njvnlg-soal-syiah-ini-surat-terbuka-untuk-ustaz-arifin-ilham
Pertanyaannya: mengapa dihapus? Pembungkaman suara? Pemberangusan kritik? Hegemoni kuasa dalam pembentukan narasi? Jawab saja sendiri, ini pertanyaan yang sangat mudah dijawab.
Kedua, PKS Piyungan memuat artikel jawaban surat saya itu dengan judul “Surat Terbuka untuk Ibu Rumah Tangga Dina Y. Sulaeman”
Saya tidak merasa perlu repot-repot membalasnya. Saya sudah sangat sering diserang dengan model tulisan begini. Awalnya dia bilang A, saya jawab B, dia jawab lagi dengan A2, muter, tak ada argumen valid untuk membantah B, hanya mengulang A dengan variasi. Tidak ada gunanya dijawab lagi. Soal tuduhan-tuduhan keji terhadap saya pribadi, saya berusaha sabar. Allah tidak tidur dan ada akhirat tempat itung-itungan.
Tapi saya pagi ini mendapati ada dua tanggapan di sosmed yang menarik sekali. Sayang kalau tidak dimuat di sini untuk kenang-kenangan. Yang pertama ditulis Ahmed Zain-Oul Mottaqin, yang kedua, Mukti Ali Azis.
Ini saya copas utuh tanpa perubahan apapun:
Simpatisan pkspiyungan bernama Wildan Hasan yang mengaku sebagai bapak rumah tangga numpang tenar dengan membuat surat balasan buat bu Dina Y. Sulaeman.Isinya sangat tendensius, khususnya ketika (nekad) berbicara tentang konflik Suriah dan Libya. Buat bu Dina ga usah repot-repot ngebantah lah, ni orang levelnya jauh sekali dari ibu. Ibu cukup duduk manis dan biar saya yang membantah isinya dengan ringkas.1. Tulisannya tanpa prinsip ‘cover both side’. Fatwa-fatwa ulama yang dicopasnya hanya dari golongannya sendiri yaitu Ibnu Taimiyah & Hamud bin ‘Uqla Asy-Syu’aibi. Seharusnya dia membawa sumber-sumber netral langsung dari ‘Ulama-ulama besar Suriah sendiri seperti Syaikh Al Buthi, Syaikh Ahmad Hassoun, Syaikh Wahbah Zuhaili, mereka semua adalah ‘Ulama Sunni Aswaja cinta negerinya dan pro-pemerintahnya.2. Yang lucu, si penulis ga berani mengangkat isu-isu aktual di Suriah. Yang dia berani (seperti biasa) cuma teriak-teriak Syi’ah sesat, Syi’ah membantai Sunni dll, persis kayak gw lagi baca arrahmah.(on)com & voaislam.3. Dia bilang pemerintah Syi’ah Suriah membantai Sunni. Apa dia lupa atau (pura-pura) tidak tahu, hasil pemilu Juni kemarin Assad terpilih kembali dengan perolehan 88.7% suara rakyat. Itu artinya mayoritas mutlak rakyat Suriah apapun latarnya masih mencintai Assad. Itu yang selalu ditutupi media-media Takfiri.4. Dan (lagi) fakta yang selalu ditutupi mereka, para pemberontak di Suriah mayoritas bukanlah rakyat Suriah, tapi para militan takfiri asing yang datang dari 83 negara (termasuk Indonesia), korban cuci otak sektarian yang rame-rame menginvasi Suriah dengan kedok “jihad”.5. Fitnah-fitnah Assad membantai Sunni baru ditebar 4 tahun terakhir sejak invasi para takfiri asing ke Suriah. Faktanya sebelum itu tidak pernah ada isu-isu tersebut. Assad sudah menjadi Presiden sejak tahun 2000 dan sampai hari ini Sunni masih mayoritas di Suriah (74%). Kalo Assad benar-benar membantai Sunni, harusnya sudah habis semua Sunni di Suriah, wong dia sudah berkuasa 15 tahun.6. Lalu bagaimana dengan Libya? Disana bahkan tidak ada Syi’ah, tapi nyatanya terjadi perang selama 4 tahun disana. Para pemberontak takfiri kawanannya si Abu Jibril akhirnya berhasil membunuh Mu’ammar Qaddafi secara keji dengan bantuan NATO & AS.7. Lalu siapa yang paling kena dampak dengan kematian Qaddafi ? Tidak lain adalah Yayasan Qaddafi Islamic Center pimpinan Arifin Ilham sendiri. Suplai dana operasional Rp 128 juta/bulan dari pemerintah Qaddafi ke yayasan tersebut terhenti, hingga belakangan nama Masjid yang dibangun dengan biaya penuh dari Qaddafi itu kini berganti nama dari ‘Masjid Mu’ammar Qaddafi’ menjadi ‘Masjid Az-Zikra’.8. Yang paling konyol si penulis berkata Syiah adalah pembuat makar & ancaman bagi NKRI. Tapi faktanya yang selalu teriak-teriak Bubarkan NKRI, tegakkan Khilafah, Pancasila berhala thogut, demokrasi kafir, haram hormat bendera & menyanyikan Indonesia Raya itu golongan mereka sendiri. Bahkan yang selalu kena tangkap Densus 88 ya mereka juga, bukan Syiah tuh. pacman emoticon Sekian & Terima kasih. Kalo ada yg mau nambahin silahkan. smile emoticon—-memang beda tulisan intelektual asli dengan yang bukan, coba cek deh:
Hasil analisis terhadap tulisan Wildan Hasan, Koordinator MIUMI (Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia) Kota Bekasi :
Total karakter tulisan : 2.374 karakter, dengan rincian :
· ide sendiri : 501 karakter
· copy paste : 1.873 karakter
jadi hanya 20% ide sendiri, 80% jiplak tanpa dianalisis, divalidasi ataupun dituliskan sumbernya.
cek cek cek…
untung memang ngakunya cuman Bapak rumah tangga biasa (kasihan anaknya ;P punya bapak kayak gitu):D :D—–
Katakanlah kebenaran walaupun pahit,
sabda Rasulullah SAW. Yup, saya sudah merasakan kok, pahitnya mengatakan
semua ini, sejak 2012 sampai sekarang dan entah kapan. Semoga menjadi
inspirasi buat para pembaca. Kalau saya saja yang emak-emak sanggup
menahan kepahitan ini, tentu harusnya kalian yang lebih hebat dari saya
juga bisa. Tidak cuma isu sektarian saja lho. Ada banyak sekali
kebenaran di luar sana yang tertutupi, mulai dari masalah politik,
lingkungan, agraria, pertanian, kesehatan, migas, dll. Perubahan sosial
hanya akan terjadi bila diawali dengan upaya-upaya pencerahan publik, di
berbagai sektor dan isu.
Terakhir, dengan penuh kerendahan hati dan rasa sayang,
saya ucapkan terimakasih kepada mereka (baik yang saya kenal maupun
tidak) yang bersedia share tulisan saya itu. Saya baca sekilas, mereka
yang men-share ada yang malah dibully oleh takfiri. Ada pula teman-teman
yang diganggu melalui inbox. Proud of you guys… Anda berani sekali.
Untuk Indonesia Damai.
Update:
sebuah situs berita terkemuka ternyata juga memuat utuh surat terbuka itu, inilah.com, terimakasih utk redaktur situs ini :)
Referensi Berita :
=> http://liputanislam.com/
=> http://arrahmahnews.com/
=> http://www.salafynews.com/
Iran Eratkan Hubungan Kembali dengan Indonesia
SALAFYNEWS.COM, JAKARTA
– Duta Besar Iran untuk Indonesia, Valiollah Mohammadi menuturkan,
pihaknya sangat siap untuk mengembangkan hubungan dengan Indonesia.
Menurutnya, saat ini kesempatan untuk mengembangkan hubungan ini sangat
terbuka, karena sanksi dan embargo yang selama mengekang Iran sudah
dicabut.
“Iran menyatakan kesiapannya untuk
mengembangkann kerjasama di segala bidang, terutama di bidang teknologi
dan investasi seta kerjasama di bidang infrastuktur, seperti kilang,
jalan dan rel kereta api, dan pembangkit listrik dengan seluruh negara,
khususnya indonesia,” ucap Mohammadi pada Selasa (9/2).
Di kesempatan yang sama, dirinya juga mengatakan, Indonesia adalah salah satu sahabat Iran. Menurut Mohammadi, Indonesia selalu ada, baik dalam kondisi Iran tengah baik seperti sekarang, atau tengah terkukung, saat mereka masih dijerat sanksi dan embargo.
“Jelas, Iran tidak akan pernah melupakan
sahabat-sehabatnya yang berdiri di samping Iran selama masa sulit
sanksi. Indonesia, negara yang ramah dan bersaudara, telah dianggap
sebagai salah satu negara yang berdiri di samping Iran di saat-saat
sulit,” sambungnya.
“Tentu, dalam atmosfer baru ini, Iran dan Indonesia akan memiliki interaksi lebih luas dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada saat ini, kesempatan yang layak dalam mengembangkan hubungan di segala bidang telah terbuka lebar,” pungkasnya.
Hubungan diplomatik antara Iran dan
Indoensia sendiri sudah terjalin cukup lama. Kedua negara setidaknya
sudah menjalin hubungan sejak 50 tahun lalu, atau sebelum revolusi Islam
di Iran pecah. Revolusi Islam di Iran baru terjadi 37 tahun lalu, atau
pada tahun 1979. (SFA)
Sumber: SindoNews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar