Inilah sebenar-benarnya Kerajaan Arab Saudi Wahabi Salafi Takfiri
(Wahabi BUKAN Sunni..!!!)
Terorisme-Wahabisme Monster Ciptaan Saudi Untuk Hancurkan Dunia dan Islam
SALAFYNEWS.COM, RIYADH –
Hubungan cukup lama antara rezim Saudi dan kelompok teroris, dimulai
sejak permulaan tahun delapan puluhan abad lalu, kemudian hubungan
keduanya mengkristal dengan seorang pria intelijen bernama Bandar bin
Sultan, hal itu terlihat jelas pada peristiwa 11 September, pendudukan
Irak, pembukaan jalan bagi ISIS dan kelompok teroris lainnnya untuk bisa
sampai ke Suriah serta penyebaran terorisme di wilayah. (Baca: Persekutuan Hitam Rezim Saudi dengan Wahabisme yang Anti Nabi Muhammad)
Hampir tidak ada perbedaan antara keduanya, dimana korban dan algojonya sama, sementara perbedaan satu-satunya diantara keduanya hanya pada sisi tempat atau lokasi, yang pertama di Arab Saudi dan yang kedua para teroris itu di Suriah. Indikasi yang paling penting dan menonjol bahwa asas intelektual keduanya berasal dari sekte Wahabi yang dibawa oleh Muhammad bin Abdul Wahab. (Baca: Wahabi Adalah ISIS, ISIS Bukan Aswaja)
Sejak awal, rezim al-Saud memainkan
peranan penting dalam terbentuknya kelompok teroris, pertama kali adalah
pada akhir tahun delapan puluhan abad lalu, ketika Arab Saudi
memanfaatkan kedekatan hubungan Amerika Serikat dan kelompok Taliban
dengan mulai mencairkan petro dolarnya untuk proses penyebaran pemikiran
radikal yang menjadi dasar bagi kelompok teroris di kemudian hari ini.
(Baca: Ulama Palestina: Wahabi Ajaran ‘Setan’ dan Bukan Islam)
Dukungan terorisme mengkristal dengan Bandar bin Sultan dan peristiwa 11 September.
Kedua adalah Pangeran Saudi, Bandar bin
Sultan, yang memiliki jalinan kuat dengan para teroris. Pangeran yang
dikenal mitra teroris itu mulai menerapkan ide-idenya melalui hubungan
dengan pemerintah AS lewat George W. Bush hingga dengan George W. Bush
Jr. (Baca: Wahabi, Radikalisme Diantara ISIS dan ATHEIS)
Yang
terakhir, begitu tampak rencana Bandar bin Sultan yang saat itu
memegang kendali kerajaan Saudi, peristiwa 11 September fakta tak
terbantahkan, menurut hasil penyelidikan peristiwa tersebut terungkap
adanya hubungan begitu erat antara para pejabat tinggi di Riyadh dan
al-Qaeda serta Taliban dengan adanya keterlibatan 15 orang asal Saudi
dari 19 orang yang melakukan serangan tersebut, sebagaimana juga
menguatkan hal itu, munculnya pengakuan dari Zacarias Moussaoui, salah
satu orang yang terlibat dalam serangan tersebut, bahwa ia pernah
bertemu secara langsung dengan Raja Saudi yang sekarang yaitu Salman Bin
Abdul Aziz dan secara pribadi menyerahkan pesan dari Osama bin Laden.
Mantan senator AS Bob Graham, mengatakan bahwa “AS selalu bersikap melindungi Arab Saudi yang saat itu dimintai pertanggung jawaban atas jaringan yang melakukan serangan 11 September, para pembesar Saudi terus-menerus meningkatkan dukungannya kepada kelompok radikal di dunia, terutama di Timur Tengah, dan yang terakhir dukungannya kepada ISIS yang merupakan hasil dari penyebaran ideologi radikal (Wahabi) Arab Saudi. (Baca: Stop Sebut “Islam Itu Teroris”, Wahabi Teroris dan Bukan Islam)
Rencana itu terus berlanjut, bersama
dengan Bandar bin Sultan yang memainkan peranan kunci dalam pendudukan
AS di Irak pada tahun 2003, dan yang menciptakan terbentuknya kelompok
teroris ISIS awal mulanya di Irak, dan Saudi terus memberikan
dukungannya kepada beberapa kelompok teroris lainnya, jumlah para
teroris asal Saudi yang tewas di Irak sejak tahun 2003 lebih dari dua
ribu.
Sementara itu, Suriah menjadi tempat
yang pas bagi Arab Saudi dalam mengembang biakkan terorisme, dimana
Bandar bin Sultan terus melakukan perannya dengan baik dan dia telah
bersumpah akan menggenangi Timur Tengah dengan darah dan di beberapa
kota di dunia untuk mobilisasi destruktif teroris. Akibatnya, Suriah dan
beberapa wilayah di kawasan tenggelam dalam lautan darah kejahatan
Teroris ISIS.
Riyadh adalah basis kelompok Al-Qaeda
Kata John Biden, Wakil Presiden AS
“Masalah besar AS adalah para sekutu kami di kawasan itu, mereka para
penguasa Saudi dan Emirat serta selain mereka berdua yang bertekad untuk
menyalakan perang sektarian (Syiah dan Sunni) di wilayah tersebut,
mereka menghabiskan ratusan juta dolar dan memberikan berton-ton
senjata, sementara yang menerima semua dukungan itu adalah para jihadis
dari Jabhah Nusroh dan al-Qaeda serta beberapa kelompok-kelompok
ekstremis lainnya.” (Baca: Monarki Saudi-Wahabi Senjata Amerika Hancurkan Islam dari Dalam)
Di Irak dan Suriah, peranan Saudi pindah ke Negara Yaman, dimana al-Qaeda dan ISIS mengendalikan beberapa daerah luas di bagian selatan negara itu atas dukungan Saudi, sementara rezim al-Saud yang mengklaim bahwa mereka memerangi terorisme belum pernah sama sekali meluncurkan bom ke salah satu kawasan yang dikendalikan oleh kelompok-kelompok teroris tersebut.
SetelahYaman kawasan berikutnya adalah
Libya, Mesir, Tunisia, Nigeria, karena Saudi dan gerakan Wahabismenya
ingin menguasai hegemoni di kawasan yang dibantu dan di support oleh
Amerika dan Zionis Israel, dan tampak dengan jelas hubungan tiga negara
itu dengan terorisme dan kejahatan di dunia. (SFA/Berbagai Sumber/ http://www.salafynews.com/terorisme-wahabisme-monster-ciptaan-saudi-untuk-hancurkan-dunia-dan-islam.html)
ANKARA, SALAFYNEWS.COM –
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menusuk Arab Saudi dari belakang
sebanyak tiga kali, dengan cara memisahkan diri dari Monarkhi itu dalam
beberapa situasi penting baik di bidang politik maupun diplomatik.
Tusukan yang pertama,
adalah saat Turki menolak untuk memberikan dukungan kepada koalisi Arab
berupa legitimasi perang di Yaman. Sementara dukungan yang dijanjikan
kepada Riyadh berupa informasi dan koordinasi pada tingkat intelejen,
hanya sebatas janji dan hanya sebatas pernyataan yang didengungkan.
Tusukan kedua, saat
putra Mahkota dan Menteri Pertahanan Saudi, Pangeran Mohammed bin
Salman, mengumumkan pembentukan “koalisi militer Islam anti terorisme”
yang mencakup 34 negara Islam termasuk Turki. Namun pada hari berikutnya
Kementrian Luar Negeri Ankara menyatakan tidak mengetahui adanya
pembentukan koalisi tersebut yang dipimpin oleh Riyadh.
Tusukan ketiga,
terungkap saat terjadinyan krisis antara Saudi dengan Iran baru-baru
ini, menyusul eksekusi mati terhadap seorang ulama karismatik Sheikh
Nimr Al-Nimr. Eksekusi itu mengakibatkan penyerbuan para demonstran ke
konsulat Riyadh di Iran.
Sementara, negara-negara Arab mengutuk
tindakan tersebut, dan Republik Islam Iran mengatakan siap bertanggung
jawab untuk melindungi konsulat diplomatik itu.
Sementara pemerintahan Erdogan berada
dalam keheningan dan diam tanpa ada keterangan apapun terkait insiden
itu dan tidak mengecam insiden tersebut. Setelah muncul pengumuman dari
Menteri Luar Negeri Saudi, Adel al-Jubeir, baru muncul pernyataan dan
itupun sangat singkat dari pemerintah Kehakiman dan Pembangunan melalui
juru bicara atas nama pemerintah Dawood Oglu.
Ia hanya menegaskan bahwa ketegangan
antara Arab Saudi dan Iran akan meningkatkan ketegangan di Timur Tengah,
dalam kesempatan itu ia sama sekali tidak menyampaikan kecamannya atas
perilaku Iran dan juga tidak menyampaikan dukungannya kepada pemerintah
Saudi. [Sfa/AS/ http://www.salafynews.com/erdogan-tusuk-saudi-tiga-kali-dari-belakang.html]
Misteri Eksekusi Sheikh Nimr Oleh Rezim Diktator Saudi
WASHINGTON, ARRAHMAHNEWS.COM
– Inilah Artikel yang ditulis oleh *Shireen T. Hunter seorang
proffessor peneliti di Georgetown University’s School of Foreign
Service.
Arab Saudi pada akhirnya mengeksekusi
seorang ulama ternama, Sheikh Nimr Baqir al-Nimr, meskipun banyak
pemimpin agama baik dari muslim dan lainnya bahkan PBB serta sejumlah
pemimpin politik telah mendesak (setidaknya secara pribadi) Arab Saudi
untuk membatalkan hukuman mati tersebut.
Dilihat dari sudut pandang logika,
eksekusi ini bukan termasuk dalam kepentingan jangka pendek dan jangka
panjang Arab Saudi. Namun eksekusi dapat dipahami sebagai strategi
(Saudi) untuk memprovokasi Iran agar nantinya (tanggapan Iran) bisa jadi
pembenaran bagi Saudi untuk secara militer melakukan penyerangan ke
negara tersebut. (Baca juga: Allah Bangunkan Haramain, Saudi Bangun Gedung Pencakar Langit)
Jelas, Arab Saudi tidak yakin bahwa
kerajaan itu bisa memenangkan perang terhadap Iran, setidaknya tidak
mudah dan tentu saja tidak bisa sendirian. Tapi Arab Saudi mungkin bisa
mengandalkan sejumlah negara Arab dan non-Arab untuk bergabung dalam
usaha (menyerang Iran) ini. Beberapa negara-negara Arab, terutama Uni
Emirat Arab, tentu saja akan sangat senang untuk melakukannya. Lainnya,
seperti Qatar dan Kuwait bisa diintimidasi atau disuap agar mau
berpartisipasi.
Sedang Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, akan sangat tergoda untuk ikut melompat naik kereta musik itu. Bagaimanpun juga, Erdogan melihat Iran sebagai pewaris kekaisaran Shafawi, yang menjadi hambatan nyata untuk mencapai mimpinya menciptakan lagi Kekaisaran Ottoman. Dieksekuniya Sheikh Nimr tak lama setelah pertemuan Erdogan dengan Raja Salman adalah sangat terkait dalam hal ini. Pakistan mungkin saja ikut bergabung, ini terkait komitmennya untuk membela Britania terhadap ancaman eksternal. (Baca juga: Raja Salman Undang Presiden Turki ‘Erdogan’ Pasca Kematian Pembesar ISIS di Suriah)
Namun, upaya Arab Saudi untuk
memprovokasi Iran agar terpancing reaksi kekerasan dan dengan demikian
benar-benar memulai perang dalam harapan bahwa tindakan kekerasan Iran
ini akan menciptakan keributan di lingkaran politik Washington, terutama
di Kongres, adalah agar nantinya Amerika Serikat terpaksa (punya
alasan-red) untuk campur tangan dalam konflik dengan cara turut
menyerang Iran. Dengan intervensi AS terhadap Iran, Saudi berharap, akan
berhasil menyingkirkan Iran sekaligus semua masalah kerajaan itu
terhadap Iran.
Tapi ini hanya spekulasi (Saudi) belaka. Arab Saudi selama beberapa waktu telah mencoba untuk memprovokasi Iran. Pertama pada intervensi militer Saudi di Bahrain, kemudian pada upaya Saudi untuk menggulingkan rezim Assad lantas diikuti oleh pemboman Kedutaan Besar Iran di Beirut pada tahun 2013, dimana hal itu menewaskan sejumlah warga Lebanon serta atase kebudayaan Iran. (Baca juga: Sektarian, Propaganda Wahabi Saudi dan AS yang Dimainkan di Suriah)
Baru-baru ini, selama upacara haji,
pemerintah Saudi melecehkan dua pemuda Iran dan menewaskan sejumlah
besar peziarah Iran. Pemerintah Saudi, kemudian, sengaja menciptakan
banyak kesulitan bagi para pejabat Iran yang berusaha untuk menemukan,
mengidentifikasi, dan mengembalikan jasad para korban ke Iran. Provokasi
lain, tentu saja, perang skala penuh yang dilancarkan Arab Saudi ke
Yaman terhadap apa yang diklaim kerajaan itu sebagai pemberontak
dukungan Iran. (Baca juga: Dokumen Rahasia “Saudi Ciptakan Kerusuhan Iran Di Tahun 2009”)
Provokasi lain yang masih hangat, terjadi
bulan lalu ketika pihak berwenang Nigeria menangkap pemimpin Syiah di
negara itu, Sheikh Ibrahim Zakzaki. Tentara Nigeria juga menewaskan
hampir seribu orang-orang Syiah untuk sebuah alasan palsu dan
mengada-ada. (Baca juga: Catherine Sakdham: Ada Tangan Wahabi Saudi di Balik Pembantaian Muslim Nigeria)
Menyusul penangkapan Sheikh Zakzaki ini,
Raja Salman Saudi dilaporkan telah mengucapkan selamat kepada presiden
Nigeria atas”penanganan efektif” terhadap terorisme (definisi raja ini
terhadap terorisme tampaknya meluas hingga meliputi ketaatan dalam
menjalankan ritual keagamaan secara damai). (Baca juga: Saksi Mata Ungkap Peran Kedutaan Saudi Dalam Pembantaian Muslim di Nigeria)
Sementara itu, penindasan terhadap
orang-orang Syiah di negara-negara lain, terutama Azerbaijan, terus
dilakukan sebagaimana pembunuhan tanpa pandang bulu yang dilakukan
terhadap mereka oleh kelompok-kelompok militan yang dipengaruhi Saudi di
Pakistan dan Afghanistan, hal ini bisa dilihat dalam pemenggalan
seorang gadis Hazara berusia 9 tahun, pada bulan November lalu, di
Afghanistan.
Iran tidak akan mungkin mau meladeni
provokasi terbaru Arab Saudi ini, sebagaimana negara itu menolak
provokasi yang semacam itu sebelumnya. Misalnya, Iran tidak membalas
intervensi militer Saudi dengan mengirimkan pasukan ke Bahrain untuk
membela tidak hanya orang Syiah Bahrain tetapi juga keturunan Iran di
Bahrain. Negara itu juga tidak secara langsung ikut campur di Yaman, dan
keterlibatannya di Suriah tetap terbatas. Negara tersebut tidak
bereaksi berlebihan terhadap pengeboman kedutaan besarnya di Beirut atau
terhadap penganiayaan warga dan jamaah negaranya selama haji kemarin.
Namun bagaimanapun juga, selalu ada risiko bahwa emosi rakyat bisa
terpicu dan bahwa kelompok garis keras Iran, untuk tujuan pribadi mereka
sendiri, bisa (menunggangi hal itu) dan menekan pemerintah untuk
merespon lebih kuat.
Dalam keadaan ini, sangat penting untuk tidak meremehkan risiko konflik yang bisa berakhir dengan melibatkan Amerika Serikat dalam perang Timur Tengah lain yang tidak diinginkan. Arab Saudi saat ini sangat mirip binatang liar yang terluka dan marah, karena banyak rencananya untuk menggapai hegemoni regional menjadi kacau balau, belum lagi hal itu telah membebani kerajaan dengan beban finansial yang besar. (Baca juga: Rizal Assad: Saudi Bentuk Aliansi “Pro” Terorisme dan Ekstrimisme)
Dan yang paling penting, mereka masih
mendidih dengan kemarahan atas berhasilnya perjanjian nuklir antara Iran
dan P5 +1. Tak mau (instrospeksi) dengan melihat bagaimana tidak masuk
akalnya ambisi mereka selama ini dan percaya bahwa mereka dapat menyuap
atau mengintimidasi semua pihak untuk melakukan keinginannya, Saudi
menyalahkan Iran atas kandasnya ambisi kerajaan.
Barat dalam hal ini telah sangat membantu
untuk memelihara delusi (khayalan) Saudi itu dengan mengabaikan
pelanggaran mengerikan terhadap hak Syiah di negara itu dan di tempat
lain serta dengan berlebihan mengutuk Iran. Namun pada saat yang
sensitif ini, sangat penting bagi kekuatan Barat untuk tidak ikut campur
pada permainan terlalu jelas Arab Saudi ini.
Memanasnya konflik sektarian di Timur Tengah tidak hanya akan merugikan Iran. Ini akan menyebar ke Kaukasus dan Asia Selatan. Dengan Iran diserang, semua Syiah akan merasa berisiko menjadi korban genosida habis-habisan. Terakhir, perang Timur Tengah baru terhadap Iran akan hampir pasti melibatkan Cina-Rusia dan dengan demikian akan berpotensi memerlukan risiko konflik kekuatan besar. Rusia dan Cina tidak akan mungkin tetap pasif seperti yang mereka lakukan pada tahun 2001 dan 2003. (Baca juga: Perancis: Eksekusi Sheikh Nimr Picu Ketegangan Sektarian di Timur Tengah)
Dalam keadaan ini, kekuatan-kekuatan
besar, terutama negara-negara Barat, harus menahan Saudi serta mencegah
sekutu Timur Tengah dan Asia Selatan mereka agar tak ikut terseret ke
dalam dendam Saudi terhadap Iran. Yang paling penting, mereka semua
akhirnya harus bertanya pada diri sendiri apakah Arab Saudi benar-benar
berharga (bagi barat) setelah semua sakit kepala yang disebabkannya?.
(ARN)
Campakkan Dollar, Iran-India Pakai Rupee Dalam Transaksi Minyak
Teheran, LiputanIslam.com — Iran dan India mengumumkan bahwa kedua negara bersepakat menggunakan rupee dalam transaksi minyak mentah. Ini merupakan langkah strategis yang diambil untuk melawan dollar AS.
The Indian Express melaporkan, “Mencampakkan dollar, Iran dan India sepakat untuk menggunakan rupee dalam segala transaksi perdagangan.”
India membayar 55% dari transaksi minyak dengan Iran, jika dihitung dalam kurs dollar mencapai sekitar $6,5 miliar.
“Ini benar-benar langkah yang berani dari Iran. Padahal negara itu dikelilingi oleh negara-negara yang bercokol pangkalan militer AS. Kita tidak bisa melupakan apa yang terjadi pada Irak, ketika negeri tersebut mengumumkan akan mencampakkan dollar,” tulis Rusia Insider, (07/1/2015).
Apa yang terjadi pada Irak kala itu?
Pada Oktober 2000, Saddam Hussein mengeluarkan pernyataan bahwa Irak mendapatkan ‘rejeki nomplok’ ratusan juta euro. Ia bersikeras tak lagi memakai dollar AS, yang disebutnya sebagai mata uang musuh.
Menurut The Guardian, (16/2/2003), seluruh ekspor minyak Irak di bawah PBB, efektif pada tahun 2001, dibayar dengan menggunakan euro.
Namun langkah ini tidak berumur panjang. AS secara resmi melakukan invansi kepada Irak pada tanggal 19 Maret 2003, dengan klaim untuk melucuti senjata pemusnah massal yang dimiliki Irak, memutus dukungan Saddam terhadap terorisme, dan untuk membebaskan rakyat Irak. Saddam jatuh, Irak hancur lebur, dan senjata pemusnah massal yang digembor-gemborkan ternyata tidak ada.
Seorang netizen berkomentar, “Kita juga tidak boleh lupa dengan peristiwa yang terjadi di Libya setelah Ghadaffi menyerukan agar seluruh negara-negara OPEC melakukan transaksi jual beli minyak dengan menggunakan emas sebagai alat pembayaran. Libya pun diobrak-abrik. Namun saya yakin, agenda seperti ini tidak akan berhasil di Iran.” (ba/ http://liputanislam.com/internasional/campakkan-dollar-iran-india-pakai-rupee-dalam-transaksi-minyak/)
Iran Ekspor Film Humanis, Saudi Ekspor Ideologi Intoleran dan Kekerasan
“Arab Saudi telah mengekspor ideologi intoleran dan kekerasan ke seluruh dunia. Ideologi inilah yang dianut oleh kelompok teroris ISIS dan kelompok teroris lainnya,” tulis dia.
Haeri menambahkan, negara-negara Barat adalah sekutu erat Arab Saudi. Sehingga, mereka memilih menutup mata dan telinga atas peran negara monarkhi ini dalam mendukung kekerasan atas nama Islam.
Seperti diketahui, Arab Saudi adalah pendukung kelompok-kelompok teroris yang beroperasi di kawasan baik dengan dana maupun senjata. Negara ini juga menyerang Yaman pada Maret 2015 sehingga lebih dari 7.500 penduduk Yaman tewas. Alih-alih mengecam, AS yang mengklaim sebagai penegak HAM justru membantu agresi ini.
“Sebaliknya, Iran mengekspor budaya. Di Barat, budaya Iran yang paling dikenal adalah film-film dan syairnya. Memang, Iran harus melewatkan perjalanan panjang agar bisa diterima baik di dalam dan di luar negeri. Tapi mari kita pertahankan perspektif ini,” tulisnya.
Film-film yang diproduksi Iran mendapatkan apresiasi di dalam dan luar negeri, dan memiliki ciri khas yaitu humanis. Tahun 2015, sutradara kawakan Iran Madjid Majidi menggarap film Muhammad: Messenger of God. Melalui film ini, Iran menyampaikan pesan kepada dunia bahwa Nabi Muhammad Saw, adalah sosok yang penuh cinta terhadap sesama.
Baca juga: Review Film “Muhammad: Messenger of God” oleh Zuhairi Misrawi. (ba/ http://liputanislam.com/internasional/iran-ekspor-film-humanis-saudi-ekspor-ideologi-intoleran-dan-kekerasan/)
PERTANYAAN BUAT KALIAN....!!!!!
Saya membuka youtube, mendengarkan ceramahnya yang memang frontal mengkritik pemerintah. Tapi dia jauh berbeda dengan Syekh ‘Arifi yang berpidato berapi-api sampai berkeringat, menyerukan angkat senjata (tentu saja bukan untuk menggulingkan Arab Saudi, tapi Assad). Dia justru menyerukan agar “melawan senjata dengan teriakan”. Saya baca lagi berbagai berita, membandingkan mana yang kelihatan netral, mana yang jelas sekali membela Bani Saud. Kesimpulan saya, memang dia tak pernah angkat senjata, membentuk pasukan, apalagi bergabung dengan Al Qaida/ISIS. Dia hanya “berteriak” (berceramah, mengkritik pemerintah).
Berbagai website berlabel Islam beramai-ramai memuat berita yang menjelek-jelekkan Syekh Nimr (sehingga pantas untuk dipenggal). Seorang profesor Indonesia yang jadi rujukan banyak orang soal kondisi domestik Arab Saudi juga berputar-putar menulis, yang ujungnya satu: Syekh Nimr sah saja dipancung.
Saya tanya kepada mereka yang setuju pada hukuman pancung atas Syekh Nimr: apa kalian setuju bila ustadz Abu Jibril, Felix Siaw, atau Jonru dipancung? Pasti jawabannya tidak. Mana tega kita bila Felix, ustadz imut-imut anti-foto-sefie dan penulis buku imut-pink ‘Udah Putusin Aja’ itu dipancung. Ya kan?
Lalu mengapa kalian setuju Syekh Nimr dipancung? Meski mazhab Abu Jibril, Felix, dan Jonru berbeda dari Syekh Nimr, bukankah yang mereka lakukan sama saja: pidato/ceramah mengkritik rezim penguasa? Mereka menyebut pemerintah neoliberal, antek Barat, thogut (bahkan ada yang menghina dan memfitnah presiden, tau siapa dia kan?). Mereka meminta Pancasila dan UUD 45 diganti jadi sistem syariah versi mereka. Mereka bilang nasionalisme itu tidak ada dalam Islam. Bahkan, ada banyak ustadz di Indonesia yang mendukung ISIS. Bukan main-main, ini sudah makar tingkat tinggi: menyeru perang, jihad, berbaiat kepada entitas ‘pemerintahan’ asing. Apa kalian setuju bila para ustadz itu dipancung juga?
Saya juga heran pada situs-situs simpatisan Ikhwanul Muslimin (dan para ustadznya) yang memburuk-burukkan Syekh Nimr untuk membela Arab Saudi. Bukannya tahun 2013 kalian marah-marah pada Arab Saudi yang memberikan bantuan intelijen, dana, dan diplomatik dalam kudeta terhadap idola kalian yang hafiz Quran itu (Presiden Mursi)? Secepat itukah kalian lupa pada Mursi dan para petinggi IM yang dijatuhi hukuman mati? Lupakah kalian bahwa tahun 2014 Arab Saudi malah menjadikan organisasi suci kalian (IM) sebagai organisasi teroris?
Berbagai situs Islam tiba-tiba saja memberitakan pembelaan kepada Arab Saudi dengan narasi “Iran pun menggantung warga Sunni”. Dapat bayarankah kalian? Kok beritanya mirip-mirip dan disiarkan serempak? Bahkan Detik.com, yang beberapa waktu lalu menurunkan serial liputan langsung dari Iran yang sangat simpatik; sebelumnya juga pernah menulis liputan khusus tentang Iran, saya salah satu narsumnya, tiba-tiba menulis soal ‘penindasan Syiah terhadap Sunni Iran’.
Pertama-tama, faktanya tidak valid, saya bisa panjang lebar menulis soal ini. Tapi sudahlah, anggap saja Iran itu paling kafir sedunia dan tukang bunuh Sunni paling banyak sedunia, apa bisa dijadikan pembenaran bagi Arab Saudi? Bisakah seorang maling bernama Fulan membela diri “saya jangan disalahkan karena maling, toh si Anu juga maling!” Kesalahan si Anu tidak bisa dijadikan pembenaran bagi kesalahan si Fulan. Salah ya salah. Ga usah ngeles.
Berita terbaru: di India, kaum Hindu pun ikut dalam demo besar-besaran memprotes pemenggalan Syekh Nimr. Swiss –yang liberal dan sekuler—men-summon Dubes Arab Saudi. Sekjen PBB pun protes. Bahkan Wakil PM Turki juga sudah menyatakan penentangannya pada pemancungan itu.
Jadi Pak Profesor, masbro, mbaksis, cobalah jujur menjawab pertanyaan sederhana ini: apakah ceramah dan demo mengkritik pemerintah boleh dijatuhi hukuman pancung?
Mainsource : https://dinasulaeman.wordpress.com/2016/01/05/pertanyaan-buat-kalian/#more-2769
Copas dari status Facebook saya:
LOGIKA YANG TERTUKAR
Kemarin ada yang share status saya “Pertanyaan Buat Kalian”
dengan gaya khas kaum you know who. Saya bahas di sini semata-mata
pingin share cara menganalisis pernyataan orang demi mencerdaskan
bangsa. Anggap saja ini lanjutan pelajaran LOGIKA WARUNG yang dulu itu ya :DIni saya copas argumen dia:
=============
Waspada dengan orang pintar yang menyesatkan. Seperti artikel terlampir ini. Saya kutip salah satunya : “apakah ceramah dan demo mengkritik pemerintah boleh dijatuhi hukuman pancung?”
Ya tentu saja boleh, kalau memang ada aturan hukum demikian di negeri tsb :) Dina Sulaeman ini seperti orang naif saja.
Bolehkah kita protes aturan hukum Saudi tsb ? Tentu saja juga boleh.
Bolehkan kita membakar kedutaan besar Saudi ? TIDAK BOLEH. Ini kesalahan fatal di Iran.
Di #semua Peradaban, di semua zaman; sejak dulu sampai sekarang, semuanya sama :
———
wakil negara (duta besar / ambassador) itu dijamin keselamatannya.
———
Mencederai duta besar itu artinya hanya satu : tantangan perang !
Ini bahasa yang universal, dipahami di mana saja.
Gerombolan pro Syiah ini memang bodoh + membodohkan.
Waspada.
=================
Analisis :
1. Dia menggunakan argumentum ad hominem (mencela si penulis, mengalihkan perhatian dari substansi tulisan). Dia menyebut: “orang pintar yang menyesatkan” dan “gerombolan pro Syiah yang bodoh”.
Saat berdebat, kita harus bergeser dari ‘siapa’ ke ‘apa’. Substansi argumen yang dibahas, bukan si pemberi argumen. Ketika seseorang tak mampu membalas argumen dengan argumen, maka jalan termudah adalah: hinalah si pemberi argumen. Dan ini tidak logis. Kalau ada yang berlaku demikian terhadap Anda, tidak usah marah, karena memang kemarahan Anda yang jadi tujuannya. Ketika Anda marah, logika Anda bisa macet dan akan sama bodohnya dengan dia.
2. Dia menggunakan “logika tabrir” (berlepas diri dari kesalahan dengan menyebut kesalahan orang lain). Ini juga logical fallacy (kesalahan logika). Contohnya: si A maling, si B maling. Yang tertangkap cuma si A. Lalu si A bilang ke polisi, “Pak polisi, saya tidak salah! Kan si B juga maling?!”
Jadi, katakanlah Iran memang jahat dan benar-benar membakar kedubes Saudi, tidak ada kaitannya dengan kejahatan Saudi memancung demonstran. Silahkan dibahas masing-masing secara terpisah. Bisa saja Saudi salah, Iran juga salah, tapi untuk dua kasus berbeda.
Di luar di luar kuliah logika/mantiq, ada analisis lain:
1. Dia melewatkan fakta bahwa segera setelah kejadian rusuh di Kedubes Saudi di Iran, 40 orang ditangkap polisi. Dan media-media berbahasa Parsi memberitakan bahwa aksi rusuh bahkan sudah dimulai sebelum mahasiswa demo dan ada berbagai indikasi lain yang mencurigakan, yang menunjukkan bahwa si pembakar adalah oknum (bukan demonstran/mahasiswa).
2. Kaum you know who ini suka sekali pakai standar ganda. Kalau Arab Saudi memancung demonstran/pengkritik pemerintah, mereka katakan: BOLEH dengan alasan ‘kan emang hukum di sana kayak gitu..hormati dong hukum di negara lain’. Tapi kalau Iran menggantung pembunuh dan bandar narkoba, langsung marah-marah dan memlintir “itu orang Sunni yang digantung”. Padahal, kalaupun benar itu Sunni, dan kalaupun memang UU di Iran jahat ke Sunni, dengan standar yang sama, tentu harusnya juga dikatakan “BOLEH, kan emang hukum di sana kayak gitu..hormati dong hukum negara lain.”
Orang cerdas akan menganalisis satu persatu, kalau Iran melanggar HAM, salah; kalau Arab Saudi melanggar HAM, ya salah juga. Tentu data yang dipakai harus valid ya, bukan hoax.Inilah wujud logika yang tertukar, gara-gara otak ditaruh di dengkul.
#IndonesiaDaruratDengkul
Mainsource : https://dinasulaeman.wordpress.com/2016/01/07/logika-yang-tertukar/#more-2774
Membongkar Bobrok Saudi (1): Ketika Riyal Mengontrol Media
Ketika media-media di seluruh dunia mengekspos eksekusi mati rezim Arab Saudi terhadap Syaikh Nimr Baqir al-Nimr pada tanggal 2 Januari 2015, ternyata di hari yang sama muncul ‘berita tandingan’ yang tak kalah masifnya. Di media sosial, masif beredar berita hoax bahwa Ahlussunah dibantai di Iran. Media-media mapan juga merilis berita bahwa Iran-pun melakukan eksekusi mati terhadap Muslim Sunni. Bahkan Detik.com, turut menggoreng isu sekterian dengan memuat berita bohong perihal kehidupan Muslim Sunni di negeri Iran.
Pakar Timur Tengah Dina Y. Sulaeman pun mengungkapkan keheranannya. Kader-kader dan situs-situs PKS (yang berhaluan Ikhwanum Muslimin), mati-matian membela Arab Saudi. Bukankah IM telah ditetapkan sebagai organisasi teroris pada tahun 2014? [1]
Untuk memahami fenomena ini, sepertinya kita harus kembali melihat ke belakang. Bulan Mei 2015, kelompok hacker Yaman berhasil meretas jaringan milik Kementrian Luar Negeri, Kementrian Pertahanan dan Kementrian Dalam Negeri Arab Saudi. Dari pembobolan ini, ratusan ribu dokumen rahasia dan informasi penting Arab Saudi pun didapat, dan beberapa diantaranya telah dikuak di media. [2]
Misalnya, ketika MTV Lebanon meminta Arab Saudi membayar $20 juta untuk melakukan propaganda pro-kerajaan. Disebutkan, bahwa MTV harus menyajikan berita untuk melayani kepentingan Arab Saudi. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan Kerajaan harus didukung. MTV juga harus mengimbangi pemberitaan media-media yang ‘memusuhi’ Arab Saudi. Dengan kata lain, jika ada media yang mengungkap kebusukan rezim Saudi, maka MTV harus melakukan propaganda untuk membela Saudi, ataupun mengalihkan perhatian publik, sehingga kepentingan Saudi tetap terlindungi.
Untuk melaksanakan propaganda sejenis itu, MTV meminta bayaran sebesar $20 juta. Namun permintaan itu ditolak, karena dinilai terlalu besar. Menurut rezim Saudi, $5 juta saja sudah cukup. [3]
Artinya: Arab Saudi membayar media-media untuk melakukan propaganda.
Namun, apakah negara agresor ini hanya membayar media-media mapan? Tentu tidak. Arab Saudi memahami bahwa saat ini, penyebaran informasi sudah sedemikian pesat, tak terkecuali informasi yang berasal dari media sosial ataupun blog. Untuk itu, Arab Saudi juga membayar para pengguna media sosial.
Buktinya, silahkan lihat foto di pojok kiri atas.
Percakapan di atas terjadi beberapa tahun yang lalu, ketika seorang Facebooker (atas nama Ilham Kadir) mengaku telah menerima dana 2 juta tiap bulannya dari Kedubes Arab Saudi untuk mengelola website LPPIMakassar.com. Tulisan-tulisan di situs tersebut, lantas dibagikan di grup-grup Facebook. Ia juga aktif berdebat untuk menyerang Syiah, atau membuktikan bahwa Syiah adalah aliran sesat yang harus diwaspadai. [4]
Tentu saja, Facebooker seperti Ilham Kadir tidaklah sendirian. Pembela dan pemuja fanatik Arab Saudi bisa kita temukan berkeliaran dimana-mana. Arab Saudi ketika salah pun tetap dibela, meskipun harus dengan menggunakan informasi palsu, foto-foto palsu ataupun video palsu.
Kemana riyal bertiup, ke situlah berita berhembus. Arab Saudi menggelontorkan banyak dana untuk mengontrol media, sehingga media pun bertekuk lutut dan bersedia menulis berita sesuai dengan pesanan. Sehingga, jika kita melihat propaganda yang masif, apalagi yang berbau sekterian, itu artinya riyal Saudi tengah bekerja.
Di saat yang sama, Arab Saudi juga membungkam media-media yang melakukan perlawanan. Website Al-Manar dan saluran televisi Al-Mayadeen misalnya, telah diblokir sehingga tidak bisa diakses di seluruh wilayah Kerajaan. (LiputanIslam.com)
Referensi:
[1] http://liputanislam.com/opini/setujukah-jika-pengritik-pemerintah-dijatuhi-hukuman-pancung/
[2] http://en.farsnews.com/newstext.aspx?nn=13940231000544
[3] http://en.farsnews.com/newstext.aspx?nn=13940330001328
[4] http://liputanislam.com/tabayun/hobby-baru-takfiri-obral-predikat-syiah/
mainsource : http://liputanislam.com/opini/membongkar-bobrok-saudi-1-ketika-riyal-mengontrol-media/
Membongkar Bobrok Saudi (2): Agenda Dibalik Kampanye Masif Anti-Syiah
Setelah Arab Saudi menggengam media dan ‘pasukan’ di media sosial, maka serangkaian kampanye pun masif dilakukan. Saat ini, yang paling trend adalah kampanye anti-Syiah dan Iran.
Dalam berbagai konflik yang terjadi, Syiah-lah yang selalu menjadi kambing hitam.
Di Suriah, mereka bilang, “Berjihadlah melawan Bashar al-Assad, Syiah Nushairiyah yang telah membantai Muslim Ahlussunah…”
Di Irak, mereka bilang, “Pemimpin Syiah Irak telah bekerjasama dengan AS untuk membantai Ahlussunah. Lihatlah penyair Ahmad Nu’aimi telah digantung karena syairnya..”
Di Iran, mereka bilang, “Lihatlah, Ahlussunah telah digantung di Iran. Masjid Ahlussunah ditutup, mereka hidup dalam penindasan…”
Di Nigeria, mereka bilang, “Gerombolan Syiah yang dipimpin Zakzaky telah menyerang militer Nigeria, wajar kalau mereka dibantai…”
Di Saudi, mereka bilang, “Syeikh Nimr merancang makar, terjadi baku tembak, wajar kalau Syiah seperti ini dipancung…”
Di Yaman, mereka bilang, “Arab Saudi menyerang Yaman untuk menyelamatkan Ahlussunah dari Syiah Houthi…”
Di Indonesia, mereka bilang, “Syiah akan membuat makar terhadap NKRI. 10.000 pasukan dan 200.000 pedang tajam telah disiapkan….”
Ketika terjadi tragedi Mina, mereka bilang, “Syiah dalangnya. Mereka sengaja melakukan konspirasi untuk membunuhi kaum Muslimin…”
Dan, pola-pola propaganda di atas terus berlanjut. Apapun konflik dan kasusnya, harus Syiah dan Iran yang disalahkan. Hal ini menunjukkan bahwa Arab Saudi paranoid terhadap Syiah.
Namun, apa penyebabnya?
Al-Manar memberikan jawaban yang menarik. Shia crescent atau bulan sabit Syiah adalah istilah yang lazim digunakan untuk menggambarkan pengaruh Syiah di kawasan Timur Tengah yang membentang dari Yaman hingga Sinai.
Suka tak suka harus diakui, walau dikenai embargo puluhan tahun, Iran (yang mayoritas penduduknya menganut mazhab Syiah), malah menjadi negara yang maju dan sangat pesat perkembangannya di kawasan. Iran berpeluang memperbesar pengaruh, sehingga suatu ketika, bulan sabit Syiah akan berubah menjadi bulan purnama. Kekhawatiran tersebut setidaknya telah diungkapkan oleh Pangeran Muqrin (mantan Putera Mahkota Arab Saudi) kepada para diplomat Amerika Serikat, sebagaimana ditulis Angus McDowall dalam satu artikel di Reuters.
Apa yang ditakutkan dari Iran, dan Syiah?
Selama ini, Iran aktif menyerukan persatuan Islam. Salah satunya, dengan menggelar Konferensi Islam Internasional tiap tahun. Ulama, cendekiawan, budayawan dan tokoh-tokoh berpengaruh di dunia Islam, berkumpul di Teheran, untuk mencari solusi atas permasalahan ummat.
Selain itu, Iran juga selalu mengutuk dan menyerukan perlawanan terhadap tirani. Revolusi Islam Iran sendiri lahir berkat ‘racikan’ ulama, yang berhasil menggerakkan jutaan rakyat untuk melawan penguasa. Syah Reza Pahlevi jatuh, dan kediktaktorannya pun berakhir. Apa jadinya, jika perlawanan terhadap tirani yang dilakukan oleh rakyat Iran, lantas menular ke negara-negara Arab monarkhi?
Di Arab Saudi, melakukan protes terhadap penguasa berarti maut menanti. Remaja usia 15 tahun yang ikut demo juga diancam hukum pancung. Blogger yang mengritik penguasa juga dipenjara. Kondisi serupa juga terjadi di negara-negara Arab lainnya. Berani bersuara berarti siap mati.
Tentu saja, tirani-tirani seperti Arab Saudi sangat khawatir pada suara-suara keadilan. Mereka khawatir, jika seluruh rakyat Arab Saudi turun ke jalan sebagaimana yang terjadi di Iran. Mereka tentu tidak mau bernasib seperti Syah Reza Pahlevi, yang harus melarikan diri ke luar negeri, sementara kekayaan dan istana megahnya dikuasai rakyat.
Untuk itulah, Iran dan Syiah harus disudutkan, harus dimusuhi, harus dikucilkan. Buatlah propaganda masif untuk menunjukkan bahwa Iran dan Syiah adalah makhluk menjijikkan, makhluk yang halal difitnah, atau makhluk yang darahnya halal ditumpahkan.
Iran menyerukan persatuan Islam, namun Arab Saudi menabuh genderang perang agar Sunni-Syiah berperang. Ummat disibukkan dengan masalah yang tak kunjung berakhir.
Dan hanya dengan begitu, maka rezim Arab Saudi bisa melanggengkan kekuasaannya dan mengangkangi Ka’bah milik ummat Islam. Sangat disayangkan, tidak ada suara yang cukup menggelegar untuk menggugat, ketika Ka’bah menjadi produk komersil.
Mainsource : http://liputanislam.com/opini/membongkar-bobrok-saudi-2-agenda-dibalik-kampanye-masif-anti-syiah/
Membongkar Bobrok Saudi (3): Mesra Dengan Zionis Israel
Oleh: Putu Heri
Pertikaian di antara ummat Islam, akhirnya akan memberikan kesempatan bagi musuh untuk memuluskan agendanya. Di Timur Tengah, siapa lagi yang diuntungkan dengan perang tak berkesudahan di negara-negara Arab kalau bukan entitas Zionis Israel?
Dengan alasan Kedubes Arab Saudi dibakar oleh demonstran di Iran, beberapa negara-negara Arab seketika memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. Sayangnya, hal yang sama tidak berlaku atas Israel. Nyaris tiap hari rezim Zionis ini membakar, merudal, menembaki warga Palestina, namun negara-negara ini tetap bermesraan dengan Israel. Tak heran jika ulama terkemuka Ahlussunah, Syaikh Imran Hossein berkata, bahwa Arab Saudi dan Israel adalah saudara. [1]
Jika ucapan Syaikh Imran diartikan secara harfiah– bahwa Israel-Saudi adalah saudara—nampaknya hal ini tidaklah terlalu mengejutkan. Raja Faisal misalnya, terang-terangan mengaku bahwa ia dan Yahudi adalah saudara sepupu. Hal itu ia ungkapkan dalam sebuah wawancara dengan Washington Post, (17/9/1969). [2]
Ada pertanyaan menggelitik dari Jamal Syahman, seorang peneliti Yaman.
“Di mana sekarang anak cucu Bani Nadhir, Bani Qinqa’, Bani Quraidzah dan kabilah-kabilah Yahudi lain yang dulu tinggal di Mekkah, Madinah, dan Hijaz? Kita mengetahui bahwa sejak periode sejarah itu sampai detik ini mereka belum punah. Saya berkeyakinan bahwa peristiwa pembunuhan dan peledakan yang terjadi di negara Arab dan Islam ini (Yaman – red.) tidak mungkin dilakukan oleh orang Islam, apalagi dengan sedemikian ganas!” [3]
Iraqi Mukhabarat atau Badan Intelejen Irak pernah menulis laporan tentang Keluarga Kerajaan Arab Saudi, merujuk pada buku karya Abdul Wahhab Ibrahim al-Shammari yang berjudul The Wahhabi Movement: The Truth and Roots. Disebutkan bahwa Abdul Aziz, raja pertama di Arab Saudi, merupakan keturunan dari Mordechai bin Ibrahim bin Moishe, seorang pedagang Yahudi yang berasal dari Basra. Di Nejd, Moishe berbaur dengan suku Aniza dan mengganti namanya menjadi Markhan bin Ibrahim bin Musa. Ia lantas menikahkan anak lelakinya dengan wanita dari suku Anzah di Nejd. Dari perkawinan inilah yang kelak akan melahirkan keluarga Saudi.
Intelejen Irak juga mengungkapkan dokumen yang menyebutkan bahwa Mohammad Sakher, menjadi target pembunuhan ketika ia tengah meneliti darah Yahudi yang mengalir di dalam keluarga kerajaan Saudi. Sementara itu, buku The History of the Saud Family karya Said Nasir mengungkap bahwa pada tahun 1943, Duta Besar Arab Saudi untuk Mesir yaitu Abdullah bin Ibrahim al Muffadal, membayar Muhammad al Tammai untuk menciptakan ‘pohon keluarga kerajaan’ yang menunjukkan bahwa keluarga Saudi dan Wahabi adalah keturunan langsung dari Nabi Muhammad Saw. [4]
***
Secara tersirat, makna Arab Saudi-Israel bersaudara adalah: kedua negara ini memiliki kepentingan yang sama, memiliki musuh yang sama, dan karenanya, mereka pun bekerjasama saling menjaga satu sama lain.
Israel berulang kali menegaskan bahwa Iran adalah musuh nomor satu mereka. Sementara Arab Saudi pun selalu berseberangan dengan Iran pasca tumbangnya Syah Reza Pahlevi. Awal tahun ini, akhirnya menjadi momentum bagi Arab Saudi untuk memutuskan hubungannya dengan Iran.
Suriah adalah batu sandungan bagi Israel. Tidak ada hubungan diplomatik antara Suriah-Israel. Kelompok perlawanan Hamas, Jihad Islam, dan Hizbullah, mendapatkan dukungan penuh dari Suriah. Meletuslah pemberontakan di Suriah pada tahun 2011. Israel berkali-kali menyerang Suriah dengan menggunakan jet tempur. Israel juga merawat para pemberontak Suriah yang terluka. Sementara Arab Saudi, menyediakan dana dan senjata untuk para pemberontak. Klop bukan?
Arab Saudi menyerang Yaman dengan klaim memerangi Syiah Houthi. Israel datang membantu. Israel menyuplai senjata, yang dikirimkan langsung ke pangkalan udara Khalid bin Abdul Aziz. [5]
Israel bukanlah musuh Arab Saudi. [6] Bahkan negara ini juga memberi instruksi kepada media untuk melakukan propaganda, bahwa Israel bukanlah musuh yang harus diwaspadai. Iran-lah yang harus dijadikan musuh. Tidak bertepuk sebelah tangan, Perdana Menteri Netanyahu pun kini tengah mengupayakan untuk membentuk koalisi anti-Iran. [7]
Israel telah menjajah Palestina puluhan tahun lamanya. Mereka membunuhi warga setempat seolah-olah tengah menepuk nyamuk. Adakah Arab Saudi mengutuk agresi Israel? Tidak. Pasca diingkarinya Deklarasi Khartoum [8], adakah satu peluru Arab Saudi yang jatuh ke tanah Israel?
Namanya juga saudara.
Baca juga: [Bobrok Saudi Bagian Satu] [Bobrok Saudi Bagian Dua] (LiputanIslam.com)
Referensi:
[1] https://www.youtube.com/watch?v=uDopHj0c7nk
[2] http://defence.pk/threads/the-origin-and-historical-background-of-saudi-royal-family.375044/
[3] http://liputanislam.com/analisis/di-mana-sekarang-anak-cucu-kaum-yahudi-mekkah-dan-madinah/
[4] http://www.strategic-culture.org/pview/2011/10/26/the-doenmeh-the-middle-easts-most-whispered-secret-part-ii.html
[5] http://indonesian.irib.ir/international/timur-tengah/item/101160-israel-suplai-senjata-ke-saudi-untuk-bantu-perangi-yaman
[6] http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/12/10/10/mbnqxp-saudi-hapus-israel-dari-daftar-musuh
[7] http://liputanislam.com/internasional/kepala-mossad-iran-adalah-musuh-nomor-satu-israel/
[8] http://liputanislam.com/berita/sheikh-ahmad-adwan-mendukung-israel-dan-mengutuk-palestina/
mainsource : http://liputanislam.com/opini/membongkar-bobrok-saudi-3-mesra-dengan-zionis-israel/
Saudi, Rezim Tua yang Seharusnya Dituntut Mereformasi Diri
Disini pula AS menunjukkan belangnya dan standar ganda yang
diterapkannya. Menginvasi Irak, Afghanistan, Libya dan turut mendukung
oposisi di Suriah, serta mengembargo Iran dengan dalih untuk menegakkan
demokrasi dan anti pada diktatorisme sementara rezim Saudi sebagai
negara yang paling tidak demokratis dan paling diktator di dunia, justru
dibiarkan.
Di
Arab Saudi 30 persen penduduknya bermazhab Syiah, dan terpusat dibagian
timur Arab Saudi, bahkan di Madinah sendiri, warga Syiah terhitung
tidak sedikit. Meski memang ada diskriminasi dalam hal kebebasan
berdakwah dan menjalankan keyakinan khususnya jika dibandingkan dengan
keistimewaan yang didapat oleh pengikut Sunni-Salafi yang menjadi mazhab
mayoritas, secara umum Syiah tetap hidup layak dan terhormat di Saudi.
Kerajaan
Saudi itu tidak pernah ada urusan dengan keyakinan dan amalan fiqih
rakyatnya yang Syiah, betapapun banyaknya pertentangannya dengan mazhab
yang diakui resmi kerajaan.
Rezim
Saudi itu tidak pernah takut dan khawatir pada penduduknya yang Syiah,
yang Salafi, yang liberal, yang sekuler bahkan yang atheis sekalipun
(mengingat menganut atheisme menjadi trend dikalangan muda Arab), Saudi
hanya takut pada rakyatnya yang menuntut hak-haknya.
Bayangkan,
dizaman ultra-modern saat ini, masih ada kerajaan monarki yang memiliki
kekuasaan absolut atas kebijakan-kebijakannya. Raja berhak mengangkat
dan memecat siapapun untuk berada atau terdepak dari jajaran
kekuasaannya, hatta masih sedarah dengan raja sekalipun, apalagi sekedar
ulama mufti. Raja berhak menyerukan secara mutlak, mau berperang atau
berdamai dengan siapapun yang dia mau (termasuk membangun aliansi dan
normalisasi hubungan dengan Israel) tidak ada majelis pertimbangan,
tidak ada majelis rakyat yang memintai pertanggungjawaban raja. Semuanya
keputusan berakhir di tangan dingin sang raja, tidak boleh ada kritik,
tidak boleh ada yang protes. Kecuali siap mendekam dipenjara atau
dipenggal sekalian. Fatwa-fatwa ulama mufti harus disesuaikan dengan
kehendak raja. Kalau itu bertentangan dengan syariat, harus bisa selihai
mungkin menemukan pembenarannya.
Berita
mengenai bebasnya keluarga kerajaan melakukan pelanggaran hukum,
pangeran-pangeran yang menyelenggarakan pesta-pesta yang tidak senonoh,
yang dari situ proyek pembusukan citra Islam untuk masyarakat Eropa
mereka lancarkan secara massif. Penghamburan uang untuk hal-hal yang
tidak ada hubungannya dengan umat Islam, menjadi santapan setiap hari
media-media internasional. Sementara Saudi bisa kaya dan bergelimang
kemewahan karena menggunakan aset umat Islam secara sepihak dan
dikangkangi sendiri (kecuali untuk mendanai penyebaran paham Islam yang
pro kerajaan Saudi). Yang menanamkan investasi di Saudi, justru lebih
banyak dari negara-negara non muslim dibanding dari negara muslim.
Dari
47 terpidana yang dipenggal hanya sehari pasca awal tahun baru 2016,
hanya ada 4 warga Syiah, selainnya berpaham Salafi. Tidak terhitung
ulama-ulama dan muballigh-muballigh Salafi yang pernah dan masih
merasakan penjara rezim sampai sekarang. Termasuk Syaikh Salman al
‘Audah, Syaikh ‘Aidh al Qarni, Syaikh Muhammad al ‘Arifi dan Syaikh
Abdul Muhsin al ‘Awaji pernah merasakan bagaimana mendekam dalam penjara
hanya karena menggugat dan memprotes kebijakan-kebijakan raja yang
mereka nilai bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Tahu apa alasan
Syaikh al ‘Arifi dipenjara? ia bermaksud mengumpulkan tanda tangan dari
berbagai pihak di Saudi agar raja mengubah keputusannya mengenai krisis
Mesir dengan memberi dukungan pada el Sisi. Meski kemudian segera bisa
bebas, dengan perjanjian, tidak boleh mengulangi kelancangannya.
Jadi,
kalau ada yang mengaitkan bahwa rezim Saudi memenggal kepala Syaikh
Nimr yang ulama Syiah karena alasan dia Syiah dan Syiah merupakan paham
yang menjadi ancaman bagi kerajaan, itu adalah pendapat yang sangat
dangkal, sebab tidak ada kaitannya dengan Sunni, Salafi atau Syiahnya
seseorang mengapa dikenai hukuman mati, tapi sejauh mana orang itu
menuntut hak-hak rakyat dihadapan kekuasaan absolut raja. Mengapa Syiah
dihambat perkembangannya di Saudi? bukan karena sesat, tapi karena
adanya doktrin Syiah, bahwa kekuasaan tidak boleh berada ditangan orang
yang tidak layak dan tidak adil. Kelayakan dan keadilan itu yang tidak
dimiliki raja Saudi. Doktrin itulah yang mengkhawatirkan sang raja.
Saudi tidak ada urusan bagaimana pandangan Syiah mengenai
sahabat-sahabat dan istri-istri Nabi, tokh Nabi Muhammad Saw dihina di
Eropa dan Amerika, dibuatkan karikatur, komik yang menistakan, film yang
melecehkan, Saudi adem-adem saja. Juga tidak ada urusan, rakyatnya mau
nikah mut’ah atau nikah misyar.
Mengapa
Amerika Serikat, yang sering mengklaim diri sebagai polisi dunia, dan
mengesankan diri paling geram jika ada rezim yang menginjak-injak
nilai-nilai demokrasi dan kebebasan rakyatnya, malah membiarkan Saudi
mempertontonkan pemasungan atas kebebasan dan hak secara telanjang?.
Bahkan AS mengantongi angka-angka kejahatan kemanusiaan dan tingginya
tingkat pelanggaran HAM di Arab Saudi, tapi mendiamkan saja. Ya, karena
Saudi menjadi sekutu yang paling menguntungkan bagi Amerika Serikat di
Timur Tengah. Terhitung sudah dua kali Arab Saudi berhasil menyelematkan
perekonomian AS dari ancaman kebangkrutan dengan memborong
senjata-senjata canggih dan pesawat-pesawat tempur buatan AS dengan
harga trilyunan dollar. Yang dipakai bukan untuk membebaskan Palestina,
tapi untuk memborbardir Yaman, negara tetangga yang paling miskin di
Timur Tengah.
Disini
pula AS menunjukkan belangnya dan standar ganda yang diterapkannya.
Menginvasi Irak, Afghanistan, Libya dan turut mendukung oposisi di
Suriah, serta mengembargo Iran dengan dalih untuk menegakkan demokrasi
dan anti pada diktatorisme sementara rezim Saudi sebagai negara yang
paling tidak demokratis dan paling diktator di dunia, justru dibiarkan.
Sekarang
pertanyaannya. Sampai kapan Saudi dibela? sementara Saudi tidak ada
kaitannya dengan Islam (Saudi tidak menamakan negaranya sebagai negara
Islam, apalagi negara tauhid), tidak pula Sunni, Salafi apalagi Syiah,
kecuali hanya menjadi simbol di bendera. Saudi hanyalah rezim tua, yang
semakin tua malah makin menjadi-jadi. Apa kita mau membenarkan,
memenggal ulama dan aktivis dakwah (baik itu Syiah, Sunni maupun Salafi)
hanya karena menuntut reformasi dan perubahan di Saudi, berkawan akrab
dengan Amerika Serikat yang justru telah banyak berlumuran darah kaum
muslimin serta terus menyulut perselisihan dan perpecahan antar umat
Islam, dan menyebutnya bagian dari syariat Islam yang harus didukung dan
dibenarkan?. Tentu jawabannya negatif bukan?.
Rezim
Saudi harus mendapat tuntutan dari umat Islam sedunia, untuk membenahi
diri, untuk tidak melanggengkan kekuasaan yang hanya diperuntukkan untuk
keluarga sendiri yang dengan itu mengabaikan kepentingan umat Islam
secara umum. Sebab dengan keberadaan Haramain (dua kota suci umat Islam)
di dalamnya, Saudi mau tidak mau menjadi simbol Islam di dunia
internasional. Ini bukan soal isu sektarian, atau isu perbedaan mazhab
ini isu bersama umat Islam.
Ini
bukan soal mengurusi negara orang lain, melainkan wacana untuk
mempercepat kinerja umat Islam untuk mencapai targetnya yang paling
ambisius, menjadi rahmat bagi sekalian alam.
Sebab,
Islam itu diturunkan di Mekah, ditinggikan di Madinah, maka dari dua
kota itu pula semestinya umat Islam memulai kebangkitannya kembali.
Ismail Amin, sementara menetap di Qom-Iran
Cerdas Sikapi Ketegangan Saudi-Iran
Konflik yang terjadi di Timur Tengah saat ini terutama terkait perseteruan antara Arab Saudi dengan Iran menyita perhatian dunia termasuk Indonesia. Bahkan meningkatnya ketegangan antar kedua negara ini telah dipandang seolah-olah sebagai konflik antar dua mazhab besar Islam, Sunni-Syiah.Kondisi seperti ini tentu sangat mengkhawatirkan jika ditarik ke Indonesia, sehingga mengakibatkan rusaknya kerukunan antar umat beragama di negeri kita.
Namun hal tersebut dibantah oleh peneliti bidang HAM Setara Institute, Achmad Fanani Rosyidi yang ditemui tim ABI Press di Jakarta.
Menurut peneliti yang biasa disapa Awe ini, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari persoalan yang terjadi di Timur Tengah. Sebab konflik yang terjadi sejak 5 tahun lalu di Suriah saja, hingga saat ini tidak berpengaruh besar pada kondisi keberagamaan di Indonesia.
“Saat ini masyarakat sudah mulai dewasa,” tegasnya.
Kondisi keberagamaan di Tanah Air yang tetap kondusif meski ada sebagian pihak yang coba menarik-narik konflik di Timur Tengah ke Indonesia, hingga saat ini masih mampu diatasi oleh organisasi-organisasi keagamaan yang ada di Indonesia. Apalagi Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah sebagai dua ormas besar Islam di Indonesia ditengarai tidak akan tinggal diam.
“Selama NU dan Muhammadiyah bisa menjaga ketenangan umat dalam masyarakat, tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” tambah Awe.
Untuk menjawab kekhawatiran terjadinya impor konflik di Timur Tengah ke Indonesia, menurut Awe langkah terbaik adalah dengan berkumpulnya ormas-ormas Islam yang ada di Indonesia, baik dari MUI, NU, Muhammadiyah, ormas-ormas dari Syiah dan juga Wahabi, untuk membahas masalah ini.
“Saya kira itu yang terbaik dilakukan,” ungkapnya.
Terkait framing media atas perseteruan di Timur Tengah menjadi konflik Sunni-Syiah, maka menurut Awe, masyarakat harus cerdas memilah-milah media itu sendiri dan perusahaan media harus independen dalam pemberitaan. Sehingga masyarakat bisa tahu berita mana yang menyampaikan fakta sesungguhnya dan bukan provokatif.
“Kata kunci untuk menghadapi berbagai isu terkait konflik di Timur Tengah adalah berpikir cerdas,” tandasnya. (Lutfi/Yudhi/ http://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/cerdas-sikapi-ketegangan-saudi-iran/)
Masyarakat Indonesia Tak Perlu Terprovokasi Panas Hubungan Saudi-Iran
Memanasnya hubungan diplomatik antara Saudi dan Iran pasca eksekusi ulama besar Syiah, Syeikh Nimr al-Nimr oleh rezim Saudi merambah ke seluruh dunia. Tak terkecuali Indonesia.Menurut Nostalgiawan Wahyudhi, Peneliti Politik Timteng dan Politik Islam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), panasnya angin politik dari Timteng ini cukup sensitif bagi Indonesia.
“Eksekusi Syeikh Nimr itu berkelindan antara aspek ekonomi, politik dan teologi menurut saya,” ujar Nostalgiawan.
“Eksekusi itu memang memiliki dampak yang sangat luas, terutama dampak politis dan ideologis. Dua-duanya ada. Faktanya dampak eksekusi Saudi itu sampai pada level diplomatik. Sampai bisa mengubah konstelasi di Timteng. Ada pengkubuan. Itu membuktikan bahwa ada saling keterkaitan.”
Nostalgiawan menyebutkan Indonesia pasti akan terpengaruh oleh konflik ini. Namun jangan sampai rakyat Indonesia terprovokasi.
“Hanya saja jangan sampai konflik antara Iran dan Saudi ini ikut terbawa ke Indonesia. Masyarakat Indonesia jangan mudah terprovokasi. Jangan sampai seperti di Sampang, Jawa Timur itu.”
Menurut Nostalgiawan, untuk menjaga hal itu diperlukan sinergi antara aparat pemerintah, masyarakat dan media. (Muhammad/Yudhi/ http://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/masyarakat-indonesia-tak-perlu-terprovokasi-panas-hubungan-saudi-iran/)
Ketua MUI Jepara: MUI Harus Sadar Diri, Mendorong Ukhuwah dan Hidup Harmoni
Negara Indonesia adalah rumah besar yang dihuni oleh seluruh anak bangsa dengan beragam suku dari Sabang sampai Merauke. Ketika terjadi konflik di dalamnya, yang rusak adalah seluruh bangsa itu sendiri.Demikian disampaikan Ustaz Miqdad Turkan dalam sambutannya selaku panitia acara peringatan haul empat puluh hari atau Arbain Sayidina Husein di Jepara, Minggu (29/11) lalu, yang mengusung tema “Sayidina Husein Spirit Cinta Tanah Air dan Persatuan Bangsa”.
Menurut tokoh Jepara ini, NKRI dan Pancasila adalah harga mati.
“Jika ada yg ingin merusak negeri ini, maka kita yang mengaku pencinta Nabi Muhammad saw dan keluarganya, harus yang terdepan dalam membela negeri ini,” tegasnya disambut pekik takbir hadirin.
Acara yang diawali lagu kebangsaan Indonesia Raya ini diadakan di Gedung Wanita Jepara dengan pembicara Ustaz Othman Omar Shihab.
Dalam ceramahnya Ustaz Othman mengatakan bahwa Indonesia berdasarkan Pancasila, maka prinsip kerukunan menjadi dasar kita hidup bersama di Indonesia dan menjaga negara ini adalah kewajiban bersama.
“Pencinta Nabi Muhammad pasti mencintai saudaranya dan menjauhi pertengkaran. Jika ada perbedaan akan diselesaikan dengan cara kekeluargaan dan persaudaraan. Inilah ciri pencinta Nabi,” tekan da’i asal Jakarta ini.
Di hadapan dua ribuan hadirin dari berbagai kota di Jawa Tengah itu, Ustaz Othman juga mengatakan bahwa manusia nanti akan dibangkitkan bersama orang yang selama hidupnya di dunia ia cintai. Maka ditekankan agar para hadirin mencntai Nabi dan keluarganya.
“Ajarkan juga anak-anak kita untuk mencintai teladan-teladan mulia itu,” ajaknya.
“Jika ada yang menginginkan pertengkaran di antara umat, janganlah melayani mereka,” lanjutnya.
“Katakanlah bahwa kita berlepas diri dari orang yang menginginkan keburukan di antara umat.”
“Dengan sesama manusia dan Ahli Kitab saja kita harus saling menjaga, maka serasa aneh jika ada kelompok yang menganjurkan pembunuhan di antara sesamanya.”
Sementara Ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Jepara, Dr. H. Mashudi M.Ag, dalam sambutannya mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk mengawal Kabupaten Jepara sebagai Kabupaten yang jauh dari intrik dan pertikaian antar agama dan mazhab seperti yang terjadi di tempat lain.
“MUI Jepara senantiasa mengedepankan kearifan lokal dan kedamaian demi kenyamanan bersama. Karena keanekaragaman adalah sunnatullah. Maka jika ada yang ingin penyeragaman di antara perbedaan yang ada, mereka telah menyalahi sunnatullah itu,” ujarnya.
Menurut ulama asli Jepara ini, perbedaan yang ada akan melahirkan harmoni. Sedangkan kebhinekaan merupakan keniscayaan. Dan hal ini sudah menjadi nilai kearifan atau kebijakan bangsa yang dicetuskan para pendiri bangsa dahulu.
“Nilai toleransi dan jiwa saling menghormati akan nampak ketika bergaul dengan kelompok yang berbeda,” katanya lagi.
MUI-ABI: Saling Toleransi, Satu Hati Berlomba Tingkatkan Iman dan Takwa
Dr. Mashudi pun mengapresiasi ormas Ahlul Bait Indonesia (ABI) yang senantiasa mengedepankan toleransi antar sesama, menghargai keragaman dan plularitas di tengah umat.
“Dan apa yang diusung ABI menjadi hal penting dalam berbangsa dan bernegara kita,” pujinya.
Dosen IAIN Walisongo dan Unisnu Jepara itu pun mengajak hadirin agar meningkatkan ukhuwah wathaniyah, ukhuwah basyariyah dan ukhuwah insaniyyah.
“Biarkan di tempat lain ada penolakan terhadap muslim Syiah, namun di Jepara persaudaraan harus dijaga. MUI harusnya sadar diri dan selalu mendorong pentingnya ukhuwah dan hidup bersama,” tegas Dr. Mashudi.
Ketua MUI Jepara itu juga mengajak agar ormas ABI tetap menjaga komitmen hidup bersama, dan mengajak untuk tetap satu hati dan berlomba dalam meningkatkan iman dan takwa. (Ahmad/Yudhi/ http://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/ketua-mui-jepara-mui-harus-sadar-diri-mendorong-ukhuwah-dan-hidup-harmoni/)
Ironis, Minyak dari Indonesia, tetapi Dibeli Lewat Singapura
( Ayo NKRI segera beli Minyak Murah dari Republik Islam Iran....!!!! )
Sumber gambar (cctrends.cipe.)
Islam Times - Amien
menuturkan, misalnya Chevron Pacific Indonesia (CPI) dan Exxon Mobile
Indonesia (Exxon). "Nah untuk menjual itu, yang menjual adalah Chevron
yang ada di Singapura dan Exxon yang ada di Singapura, trading,"
Amien menuturkan, misalnya Chevron Pacific Indonesia (CPI) dan Exxon Mobile Indonesia (Exxon). "Nah untuk menjual itu, yang menjual adalah Chevron yang ada di Singapura dan Exxon yang ada di Singapura, trading," kata Amien dalam paparan awal pekan.
"Sehingga transaksinya tidak bisa langsung. CPI tidak bisa menjual langsung ke Pertamina. Exxon juga tidak bisa. Yang bisa adalah Exxon trading di Singapura dan Chevron trading yang ada di Singapura," jelas dia.
Lebih lanjut Amien bilang, sebenarnya sudah ada kemauan dari kedua produsen minyak milik asing itu, memasok minyak mentah langsung ke Pertamina. Hanya saja, imbuh Amien, peraturan perpajakan di Indonesia menyatakan bahwa kalau Pertamina membeli dari Chevron trading dan Exxon trading di Singapura, maka akan dikenakan pajak pertambahan nilai (PPN) impor tiga persen.
"Peraturan pajak kita menyatakan begitu. Chevron maupun Exxon tidak mau penerimaan mereka berkurang sebesar itu, Pertamina juga keberatan menambah pengeluaran sebesar itu," ucap Amien.
Kendala perpajakan inilah yang diakui Amien menjadi ganjalan untuk merealisasikan transaksi langsung, dari lapangan minyak domestik ke kilang Pertamina, tanpa harus melalui trader di Singapura.
"Tentunya ini diperlukan kebijakan dari Direktorat Jenderal Pajak, dalam hal ini ditetapkan Kementerian Keuangan. Kalau memang itu bisa diberikan pengecualian, maka minyak yang ada di Riau atau Cepu tinggal dikirim ke kilang Pertamina walaupun transaksinya Pertamina dengan Chevron trading dan Exxon trading," kata Amien. [IT/Kompas/ http://islamtimes.org/id/doc/news/510862/]
Ketegangan Baru Arab Saudi-Iran
Kamis, 7 Januari 2016 01:06
Oleh: Ahmad Barjie B
Mahasiswa Pascasarjana IAIN Antasari Banjarmasin
Putus sambung, putus lagi sambung lagi. Begitulah gambaran hubungan bilateral Arab Saudi dengan negara Teluk Republik Islam Iran. Sejak pecahnya Revolusi Iran 1979, hubungan kedua negara belum pernah normal sepenuhnya. Selalu saja ada persoalan yang mengganjal kedua negara, sehingga tidak bisa menjalin hubungan secara mesra dan permanen.
Setelah sempat membaik dan Kedutaan Besar (Kedubes) dibuka di kedua negara, kini hubungan itu tegang dan putus lagi. Seperti diberitakan sejumlah media, Pemerintah Arab Saudi, 2 Januari 2016 tadi mengeksekusi 47 orang terpidana mati, satu di antaranya adalah ulama Syiah, Syekh Nimr al-Nimr bersama tiga warga Syiah lainnya.
Setahun terakhir (2015), Arab Saudi banyak sekali memvonis dan mengeksekusi terpidana mati. Jumlahnya mencapai 157 orang, angka tahunan tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Mereka yang dieksekusi tidak hanya pelaku kriminal seperti pembunuh, perampok, pelanggar moral perkawinan perzinaan, tetapi juga pelaku kejahatan politik yang disebut terorisme yang kontroversial.
Itulah pula yang dialami oleh ulama Syiah Nimr al-Nimr dan pengikutnya yang tinggal di wilayah timur Saudi di mana terdapat cukup banyak penganut Islam Syiah. Mereka mengalami diskriminasi di tengah dominasi Islam Sunni-Wahabi yang menjadi mazhab resmi Pemerintah Saudi Dinasti Suudi saat ini.
Di persidangan Nimr memang mengaku mengerahkan massa menentang diskriminasi yang dilakukan Pemeritah Saudi terhadap penganut Syiah. Namun demonstrasi yang digerakkannya bersifat damai dan tidak bersenjata. Meski demikian, Pemerintah Saudi tetap menganggapnya sebagai bahaya, sehingga nekad mengeksekusinya.
Eksekusi inilah yang menyulut kemarahan banyak warga Iran dan Irak, di mana muslim Syiah menjadi mayoritas dunia, termasuk pegiat HAM di London dan Jerman. Selang sehari, unjukrasa besar terjadi di Teheran, massa sempat membakar sebagian kecil bangunan Kedubes Saudi di Teheran. Petugas dapat mengevakuasi Dubes Saudi dan stafnya, dan bersamaan dengan kebijakan resmi Pemerintah Iran, mereka diminta pulang ke Saudi.
Mahasiswa Pascasarjana IAIN Antasari Banjarmasin
Putus sambung, putus lagi sambung lagi. Begitulah gambaran hubungan bilateral Arab Saudi dengan negara Teluk Republik Islam Iran. Sejak pecahnya Revolusi Iran 1979, hubungan kedua negara belum pernah normal sepenuhnya. Selalu saja ada persoalan yang mengganjal kedua negara, sehingga tidak bisa menjalin hubungan secara mesra dan permanen.
Setelah sempat membaik dan Kedutaan Besar (Kedubes) dibuka di kedua negara, kini hubungan itu tegang dan putus lagi. Seperti diberitakan sejumlah media, Pemerintah Arab Saudi, 2 Januari 2016 tadi mengeksekusi 47 orang terpidana mati, satu di antaranya adalah ulama Syiah, Syekh Nimr al-Nimr bersama tiga warga Syiah lainnya.
Setahun terakhir (2015), Arab Saudi banyak sekali memvonis dan mengeksekusi terpidana mati. Jumlahnya mencapai 157 orang, angka tahunan tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Mereka yang dieksekusi tidak hanya pelaku kriminal seperti pembunuh, perampok, pelanggar moral perkawinan perzinaan, tetapi juga pelaku kejahatan politik yang disebut terorisme yang kontroversial.
Itulah pula yang dialami oleh ulama Syiah Nimr al-Nimr dan pengikutnya yang tinggal di wilayah timur Saudi di mana terdapat cukup banyak penganut Islam Syiah. Mereka mengalami diskriminasi di tengah dominasi Islam Sunni-Wahabi yang menjadi mazhab resmi Pemerintah Saudi Dinasti Suudi saat ini.
Di persidangan Nimr memang mengaku mengerahkan massa menentang diskriminasi yang dilakukan Pemeritah Saudi terhadap penganut Syiah. Namun demonstrasi yang digerakkannya bersifat damai dan tidak bersenjata. Meski demikian, Pemerintah Saudi tetap menganggapnya sebagai bahaya, sehingga nekad mengeksekusinya.
Eksekusi inilah yang menyulut kemarahan banyak warga Iran dan Irak, di mana muslim Syiah menjadi mayoritas dunia, termasuk pegiat HAM di London dan Jerman. Selang sehari, unjukrasa besar terjadi di Teheran, massa sempat membakar sebagian kecil bangunan Kedubes Saudi di Teheran. Petugas dapat mengevakuasi Dubes Saudi dan stafnya, dan bersamaan dengan kebijakan resmi Pemerintah Iran, mereka diminta pulang ke Saudi.
Hal sama dilakukan Saudi, Dubes Iran
dan stafnya di Riyadh juga diminta meninggalkan tempat secepatnya.
Sekutu dekat Saudi, Kuwait juga melakukan sikap serupa, Dubes Iran diminta meninggalkan Kuwait City.
Menahan Diri
Banyak kalangan menyesalkan ketegangan baru yang mewarnai hubungan Saudi - Iran terakhir ini. Turki meminta agar Pemerintah Saudi dan Iran menahan diri, tidak perlu memperpanjang ketegangan ini dalam bentuk bentrokan bersenjata. Iran memang negara besar dan memiliki angkatan bersenjata terkuat di kawasan Teluk Persia, melebihi negara-negara Teluk lainnya.
Namun Dunia Islam pun tidak ingin Saudi berperang dengan negara mana pun. Apalagi di belakang Saudi selalu ada Amerika yang siap mendukung dan campur tangan ketika ada konflik bersenjata di kawasan teluk. Terbukti dulu ketika Saudi diancam oleh Irak era Saddam Hussein, Amerika langsung mengirimkan tentaranya. Saudi berhasil diselamatkan dari ancaman Irak, sekaligus membebaskan Kuwait dari aneksasi Irak. Hingga kini tentara Amerika tetap bertahan di Saudi, dan Saudi tidak mau atau tidak mampu menyuruhnya pulang.
Sekjen PBB Ban Ki Moon juga meminta kedua negara menahan diri. Pihaknya sangat menyesalkan eksekusi mati tersebut. Sebenarnya dunia internasional melalui PBB sudah berusaha mendekati Saudi agar mengurangi, kalau tidak menghapuskan eksekusi mati. Bahkan baru-baru ini, Saudi dipercaya sebagai Ketua Panel HAM PBB. Tetapi tingginya hukuman mati di Saudi justru menjadi ironi yang kontraproduktif bagi penegakan HAM.
Terlalu Puritan
Hubungan Saudi-Iran memang sudah semakin tegang akhir-akhir ini. Menyusul Tragedi Mina di musim haji lalu yang memakan ribuan korban tewas, dan korban terbanyak adalah jamaah haji Iran, hubungan tersebut sudah panas. Sambil menyalahkan Saudi yang lemah atau terlalu kaku dalam pengelolaan perhajian, Iran tidak mau jamaah yang tewas itu dimakamkan di Saudi sebagaimana berlaku selama ini. Iran memaksa membawa semua korban untuk dimakamkan secara khusus di Iran.
Menahan Diri
Banyak kalangan menyesalkan ketegangan baru yang mewarnai hubungan Saudi - Iran terakhir ini. Turki meminta agar Pemerintah Saudi dan Iran menahan diri, tidak perlu memperpanjang ketegangan ini dalam bentuk bentrokan bersenjata. Iran memang negara besar dan memiliki angkatan bersenjata terkuat di kawasan Teluk Persia, melebihi negara-negara Teluk lainnya.
Namun Dunia Islam pun tidak ingin Saudi berperang dengan negara mana pun. Apalagi di belakang Saudi selalu ada Amerika yang siap mendukung dan campur tangan ketika ada konflik bersenjata di kawasan teluk. Terbukti dulu ketika Saudi diancam oleh Irak era Saddam Hussein, Amerika langsung mengirimkan tentaranya. Saudi berhasil diselamatkan dari ancaman Irak, sekaligus membebaskan Kuwait dari aneksasi Irak. Hingga kini tentara Amerika tetap bertahan di Saudi, dan Saudi tidak mau atau tidak mampu menyuruhnya pulang.
Sekjen PBB Ban Ki Moon juga meminta kedua negara menahan diri. Pihaknya sangat menyesalkan eksekusi mati tersebut. Sebenarnya dunia internasional melalui PBB sudah berusaha mendekati Saudi agar mengurangi, kalau tidak menghapuskan eksekusi mati. Bahkan baru-baru ini, Saudi dipercaya sebagai Ketua Panel HAM PBB. Tetapi tingginya hukuman mati di Saudi justru menjadi ironi yang kontraproduktif bagi penegakan HAM.
Terlalu Puritan
Hubungan Saudi-Iran memang sudah semakin tegang akhir-akhir ini. Menyusul Tragedi Mina di musim haji lalu yang memakan ribuan korban tewas, dan korban terbanyak adalah jamaah haji Iran, hubungan tersebut sudah panas. Sambil menyalahkan Saudi yang lemah atau terlalu kaku dalam pengelolaan perhajian, Iran tidak mau jamaah yang tewas itu dimakamkan di Saudi sebagaimana berlaku selama ini. Iran memaksa membawa semua korban untuk dimakamkan secara khusus di Iran.
Iran juga menuding Saudi terlalu puritan dalam beragama, sehingga
banyak situs peninggalan Nabi yang dihapus dari catatan sejarah.
Sekadar contoh, rumah kelahiran Nabi tidak ada lagi, makam syuhada di
kaki Bukit Uhud dipagar, dan sebuah gua yang menjadi perlindungan Nabi
ketika terdesak dalam Perang Uhud ditutup dengan kotoran sapi/onta agar
tidak dimasuki peziarah. Anehnya tempat itu tetap harum.
Sikap Saudi begini menyulitkan banyak muslim Syiah untuk menziarahi tempat-tempat bersejarah yang semula sangat banyak di Saudi. Memang muslim Syiah di manapun paling getol dalam urusan berziarah ke tempat-tempat suci dan keramat, seperti situs peninggalan Nabi, para sahabat dan ulama besar yang mereka hormati. Tak hanya di tempat asalnya Islam, di Iran dan Irak sendiri begitu banyak tempat yang mereka suci dan keramatkan hingga sekarang.
Belum lagi Pemerintah Saudi terlalu tertutup terhadap arus dan desakan perubahan ke arah kehidupan yang lebih demokratis. Akibatnya unjukrasa damai pun mereka anggap berbahaya, sehingga pelakunya terancam hukuman dan eksekusi mati.
Mestinya Saudi tidak perlu terlalu bereaksi terhadap kelompok lain. Sebelum era Dinasti Suudi, Saudi pernah dikuasai Turki dan semua mazhab agama berdampingan secara damai. Bahkan Syiah juga pernah berkuasa di wilayah Saudi. Sebaiknya semua mazhab agama diakomodasi, tak perlu diskriminasi, karena hal itu melanggar HAM dan rentan gejolak.
Kita sangat berharap hal-hal apa pun yang dapat memicu ketegangan antarnegara di Timur Tengah dapat diminimize. Tidak ada untungnya, bahkan hanya menjadikan Dunia Islam tidak solid.
Ada musuh bersama yang seharusnya jadi sasaran untuk dihadapi, yaitu Israel yang sudah lebih setengah abad menjajah Palestina. Namun Israel selama ini hampir tidak tersentuh karena negara-negara Arab, Teluk dan Dunia Islam senang berkonflik sesamanya dan terseret kepentingan sempit masing-masing.
Inilah salah satu wujud sinyalemen Syekh Mohammad Syakib Arselan di awal abad ke-20 lalu: al-Islam mahjubun bil-muslimin, Islam itu mundur karena ulah penganutnya sendiri. Wallahu a’lam. (*)
Mainsource : http://banjarmasin.tribunnews.com/2016/01/07/ketegangan-baru-arab-saudi-iran?page=3
Sikap Saudi begini menyulitkan banyak muslim Syiah untuk menziarahi tempat-tempat bersejarah yang semula sangat banyak di Saudi. Memang muslim Syiah di manapun paling getol dalam urusan berziarah ke tempat-tempat suci dan keramat, seperti situs peninggalan Nabi, para sahabat dan ulama besar yang mereka hormati. Tak hanya di tempat asalnya Islam, di Iran dan Irak sendiri begitu banyak tempat yang mereka suci dan keramatkan hingga sekarang.
Belum lagi Pemerintah Saudi terlalu tertutup terhadap arus dan desakan perubahan ke arah kehidupan yang lebih demokratis. Akibatnya unjukrasa damai pun mereka anggap berbahaya, sehingga pelakunya terancam hukuman dan eksekusi mati.
Mestinya Saudi tidak perlu terlalu bereaksi terhadap kelompok lain. Sebelum era Dinasti Suudi, Saudi pernah dikuasai Turki dan semua mazhab agama berdampingan secara damai. Bahkan Syiah juga pernah berkuasa di wilayah Saudi. Sebaiknya semua mazhab agama diakomodasi, tak perlu diskriminasi, karena hal itu melanggar HAM dan rentan gejolak.
Kita sangat berharap hal-hal apa pun yang dapat memicu ketegangan antarnegara di Timur Tengah dapat diminimize. Tidak ada untungnya, bahkan hanya menjadikan Dunia Islam tidak solid.
Ada musuh bersama yang seharusnya jadi sasaran untuk dihadapi, yaitu Israel yang sudah lebih setengah abad menjajah Palestina. Namun Israel selama ini hampir tidak tersentuh karena negara-negara Arab, Teluk dan Dunia Islam senang berkonflik sesamanya dan terseret kepentingan sempit masing-masing.
Inilah salah satu wujud sinyalemen Syekh Mohammad Syakib Arselan di awal abad ke-20 lalu: al-Islam mahjubun bil-muslimin, Islam itu mundur karena ulah penganutnya sendiri. Wallahu a’lam. (*)
Mainsource : http://banjarmasin.tribunnews.com/2016/01/07/ketegangan-baru-arab-saudi-iran?page=3
Maulid dan Natal
Jumat, 8 Januari 2016 00:37
dok BPost
KH Husin Naparin
Oleh: KH Husin Naparin LC MA
Wakil Ketua MUI Kalsel
Maulid dan Natal sama-sama berarti kelahiran, tapi penggunaannya berbeda. Kata maulid digunakan untuk kelahiran Nabi Muhammad SAW, sedang kata natal digunakan untuk kelahiran Isa Al-Masih. (Kamus Besar Bahasa Indonesia hal.567 dan 620).
Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (20 April 571 M) menurut pendapat yang masyhur. Agak istimewa maulid tahun ini (1437 H) jatuh pada 24 Desember 2015. Hari dan tanggal tersebut menjadi hari libur nasional di negeri kita. Besoknya, 25 Desember 2015 juga hari libur nasional, karena hari dan tanggal ini bertepatan dengan natal Isa Al-Masih.
Beberapa catatan, bahwa Isa yang dilahirkan tanpa ayah mengundang dua pendapat bertolak belakang. Pertama beranggapan adanya unsur ketuhanan dalam diri Isa As, dan pendapat kedua menuduh Maryam (ibu Isa As) sebagai perempuan tidak terhormat dan bahkan ada yang meragukan keberadaan Isa As. (Thobbarah, hal.319).
Kedua pendapat itu dijawab oleh Alquran, yang artinya; Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.” (Qs Ali Imran 59). Bahkan penciptaan Adam lebih unik, karena ia diciptakan dari tanah sedangkan Isa As mempunyai ibu.
Penciptaan Isa As di dalam Alquran digambarkan secara jelas dan rinci, mulai Jibril As meniupkan roh ke dalam rahim Maryam lewat kantong jubahnya, lahirnya Isa di tempat terpencil, sedihnya Maryam sampai menginginkan kematian agar dilupakan kalangan manusia, suara gaib yang menghiburnya agar tidak bersedih, sampai Isa dibawa ke tengah-tengah masyarakat Bani Israil, munculnya tuduhan yang bukan-bukan dan berbicaranya Isa di pangkuan sang ibu bahwa dirinya adalah hamba Allah, kepadanya diberikan Al-Kitab, dijadikannya ia seorang Nabi, penuh berkat dan keselamatan ketika hari dilahirkan, hari kematian dan hari kebangkitan. (Qs Maryam 27-33).
Salah satu tugas Isa As sebagai Rasulullah adalah memberikan kabar gembira akan datangnya seorang rasul. Rasul itu nantinya adalah paraclet dalam bahasa Yunani piriciatus. Hal ini tersebut di dalam Injil Yahya pasal 16 ayat 17. Paraclet atau piriciatus diartikan penghibur. Lembaga Al-Kitab Indonesia menerjemahkan dengan penolong.
Menurut seorang orientalis Italia, ahli Injil bernama Dr Karlo Nallino, paraclet atau piriciatus artinya adalah yang banyak mendapat pujian.(Kiblat No 17/XXVIII/hal. 15 dan Thobbarah hal.323). Bila rasul yang diberitakan itu nantinya banyak mendapat pujian, maka itulah dia Ahmad. Allah berfirman yang artinya;” Dan (Ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan Kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” (Qs Ash-Shaff 6)
Di hari ke tujuh usianya, sang bayi digendong oleh kakeknya Abdul Muttalib dibawa ke samping Ka’bah, diberi nama Muhammad. Ketika ditanya, mengapa diberi nama Muhammad? Ia menjawab, diharapkan bayi ini sesuai artinya terpuji, terpuji di sisi Allah di atas langit dan terpuji di sisi manusia di permukaan bumi.(Haikal, Hayatu Muhammad, hal.109). (*)
mainsource : http://banjarmasin.tribunnews.com/2016/01/08/maulid-dan-natal
Wakil Ketua MUI Kalsel
Maulid dan Natal sama-sama berarti kelahiran, tapi penggunaannya berbeda. Kata maulid digunakan untuk kelahiran Nabi Muhammad SAW, sedang kata natal digunakan untuk kelahiran Isa Al-Masih. (Kamus Besar Bahasa Indonesia hal.567 dan 620).
Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah (20 April 571 M) menurut pendapat yang masyhur. Agak istimewa maulid tahun ini (1437 H) jatuh pada 24 Desember 2015. Hari dan tanggal tersebut menjadi hari libur nasional di negeri kita. Besoknya, 25 Desember 2015 juga hari libur nasional, karena hari dan tanggal ini bertepatan dengan natal Isa Al-Masih.
Beberapa catatan, bahwa Isa yang dilahirkan tanpa ayah mengundang dua pendapat bertolak belakang. Pertama beranggapan adanya unsur ketuhanan dalam diri Isa As, dan pendapat kedua menuduh Maryam (ibu Isa As) sebagai perempuan tidak terhormat dan bahkan ada yang meragukan keberadaan Isa As. (Thobbarah, hal.319).
Kedua pendapat itu dijawab oleh Alquran, yang artinya; Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.” (Qs Ali Imran 59). Bahkan penciptaan Adam lebih unik, karena ia diciptakan dari tanah sedangkan Isa As mempunyai ibu.
Penciptaan Isa As di dalam Alquran digambarkan secara jelas dan rinci, mulai Jibril As meniupkan roh ke dalam rahim Maryam lewat kantong jubahnya, lahirnya Isa di tempat terpencil, sedihnya Maryam sampai menginginkan kematian agar dilupakan kalangan manusia, suara gaib yang menghiburnya agar tidak bersedih, sampai Isa dibawa ke tengah-tengah masyarakat Bani Israil, munculnya tuduhan yang bukan-bukan dan berbicaranya Isa di pangkuan sang ibu bahwa dirinya adalah hamba Allah, kepadanya diberikan Al-Kitab, dijadikannya ia seorang Nabi, penuh berkat dan keselamatan ketika hari dilahirkan, hari kematian dan hari kebangkitan. (Qs Maryam 27-33).
Salah satu tugas Isa As sebagai Rasulullah adalah memberikan kabar gembira akan datangnya seorang rasul. Rasul itu nantinya adalah paraclet dalam bahasa Yunani piriciatus. Hal ini tersebut di dalam Injil Yahya pasal 16 ayat 17. Paraclet atau piriciatus diartikan penghibur. Lembaga Al-Kitab Indonesia menerjemahkan dengan penolong.
Menurut seorang orientalis Italia, ahli Injil bernama Dr Karlo Nallino, paraclet atau piriciatus artinya adalah yang banyak mendapat pujian.(Kiblat No 17/XXVIII/hal. 15 dan Thobbarah hal.323). Bila rasul yang diberitakan itu nantinya banyak mendapat pujian, maka itulah dia Ahmad. Allah berfirman yang artinya;” Dan (Ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan Kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” (Qs Ash-Shaff 6)
Di hari ke tujuh usianya, sang bayi digendong oleh kakeknya Abdul Muttalib dibawa ke samping Ka’bah, diberi nama Muhammad. Ketika ditanya, mengapa diberi nama Muhammad? Ia menjawab, diharapkan bayi ini sesuai artinya terpuji, terpuji di sisi Allah di atas langit dan terpuji di sisi manusia di permukaan bumi.(Haikal, Hayatu Muhammad, hal.109). (*)
mainsource : http://banjarmasin.tribunnews.com/2016/01/08/maulid-dan-natal
Aku Widya Okta, saya ingin bersaksi pekerjaan yang baik dari Allah dalam hidup saya kepada orang-orang saya yang mencari untuk pinjaman di Asia dan bagian lain dari kata, karena ekonomi yang buruk di beberapa negara. Apakah mereka orang yang mencari pinjaman di antara kamu? Maka Anda harus sangat berhati-hati karena banyak perusahaan pinjaman penipuan di sini di internet, tetapi mereka masih asli sekali di perusahaan pinjaman palsu. Saya telah menjadi korban dari suatu 6-kredit pemberi pinjaman penipuan, saya kehilangan begitu banyak uang karena saya mencari pinjaman dari perusahaan mereka. Aku hampir mati dalam proses karena saya ditangkap oleh orang-orang dari utang saya sendiri, sebelum aku rilis dari penjara dan teman yang saya saya menjelaskan situasi saya kemudian memperkenalkan saya ke perusahaan pinjaman dapat diandalkan yang SANDRAOVIALOANFIRM. Saya mendapat pinjaman saya Rp900,000,000 dari SANDRAOVIALOANFIRM sangat mudah dalam 24 jam yang saya diterapkan, Jadi saya memutuskan untuk berbagi pekerjaan yang baik dari Allah melalui SANDRAOVIALOANFIRM dalam kehidupan keluarga saya. Saya meminta nasihat Anda jika Anda membutuhkan pinjaman Anda lebih baik kontak SANDRAOVIALOANFIRM. menghubungi mereka melalui email:. (Sandraovialoanfirm@gmail.com)
BalasHapusAnda juga dapat menghubungi saya melalui email saya di (widyaokta750@gmail.com) jika Anda merasa sulit atau ingin prosedur untuk memperoleh pinjaman.
Katanya sebarkan perdamaian , tpi isi artikelnya malah menghujat dan menebar kebencian , ini munngkin yang tepat untuk anda "(Orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekadar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih."(QS. AT-TAUBAH;79)
BalasHapusSangat jelas anda lah yang ingin memecah belah umat islam..., Tolong artikelnya agak dipercantik dalam rayuan dan hasutannya, klo caranya kayk gini. .ga sprti orang cerdik ,lucchuuu
BalasHapusIMAM MAHDI MENYERU UNTUK PARA IKHWAN
BalasHapusBENTUKLAH PASUKAN MILITER PADA SETIAP ZONA
ISLAM
SAMBUTLAH UNDANGAN PASUKAN KOMANDO BENDERA HITAM
Negara Khilafah Islam Ad Daulatul Islamiyah Melayu
Untuk para Rijalus Shaleh dimana saja kalian berada,
bukankah waktu subuh sudah dekat? keluarlah dan hunuslah
senjata kalian.
Dengan memohon Ijin Mu Ya Allah Engkaulah Pemilik Asmaul
Husna, Ya Dzulzalalil Matien kami memohon dengan namaMu
yang Agung
Pemilik Tentara langit dan Bumi perkenankanlah kami
menggunakan seluruh Anasir Alam untuk kami gunakan sebagai
Tentara Islam untuk Menghancurkan seluruh Kekuatan
kekufuran, kemusyrikan dan kemunafiqan yang sudah merajalela
di muka bumi ini hingga Dien Islam saja yang berdaulat , tegak
perkasa dan hanya engkau saja Ya Allah yang berhak disembah !
Firman Allah: at-Taubah 38, 39
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu jika dikatakan
orang kepadamu: “Berperanglah kamu pada jalan Allah”, lalu
kamu berlambat-lambat (duduk) ditanah? Adakah kamu suka
dengan kehidupan didunia ini daripada akhirat? Maka tak adalah
kesukaan hidup di dunia, diperbandingkan dengan akhirat,
melainkan sedikit sekali. Jika kamu tiada mahu berperang, nescaya Allah
menyiksamu dengan azab yang pedih dan Dia akan menukar
kamu dengan kaum yang lain, sedang kamu tiada melarat kepada
Allah sedikit pun. Allah Maha kuasa atas tiap-tiap sesuatu.
Berjihad itu adalah satu perintah Allah yang Maha Tinggi,
sedangkan mengabaikan Jihad itu adalah satu pengingkaran dan
kedurhakaan yang besar terhadap Allah!
Firman Allah: al-Anfal 39
Dan perangilah mereka sehingga tidak ada fitnah lagi, dan jadilah
agama untuk Allah.
Peraturan dan undang-undang ciptaan manusia itu adalah
kekufuran, dan setiap kekufuran itu disifatkan Allah sebagai
penindasan, kezaliman, ancaman, kejahatan dan kerusakan
kepada manusia di bumi.
Ketahuilah !, Semua Negara Didunia ini adalah Negara Boneka
Dajjal
Allah Memerintahkan Kami untuk menghancurkan dan
memerangi Pemerintahan dan kedaulatan Sekular-Nasionalis-
Demokratik-Kapitalis yang mengabdikan manusia kepada
sesama manusia karena itu adalah FITNAH
Firman Allah: al-Hajj 39, 40
Telah diizinkan (berperang) kepada orang-orang yang diperangi,
disebabkan mereka dizalimi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
untuk menolong mereka itu. Iaitu
orang-orang yang diusir dari negerinya, tanpa kebenaran,
melainkan karena mengatakan: Tuhan kami ialah Allah
Firman Allah: an-Nisa 75
Mengapakah kamu tidak berperang di jalan Allah untuk
(membantu) orang-orang tertindas. yang terdiri daripada lelaki,
perempuan-perempuan dan kanak-kanak .
Dan penindasan itu lebih besar dosanya daripada pembunuhan
(al-Baqarah 217)
Firman Allah: at-Taubah 36, 73
Perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagai mana mereka
memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahawa Allah bersama
orang-orang yang taqwa. Wahai Nabi! Berperanglah terhadap
orang-orang kafir dan munafik dan bersikap keraslah terhadap
mereka.
Firman Allah: at-Taubah 29,
Perangilah orang-orang yang tidak beriman, mereka tiada
mengharamkan apa yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya dan
tiada pula beragama dengan agama yang benar, (iaitu) diantara
ahli-ahli kitab, kecuali jika mereka membayar jizyah dengan
tangannya sendiri sedang mereka orang yang tunduk..
Bentuklah secara rahasia Pasukan Jihad Perang setiap Regu
minimal dengan 3 Anggota maksimal 12 anggota per desa /
kampung.
Bersiaplah menjadi Tentara Islam akhir Zaman sebelum anda
dibantai oleh Zionis,Salibis,Munafiq dan Musyrikin
Siapkan Pimpinan intelijen Pasukan Komando Panji Hitam
secara matang terencana, lakukan analisis lingkungan terpadu.
Apabila sudah terbentuk kemudian Daftarkan Regu Mujahid
ke Markas Besar Angkatan Perang Pasukan Komando Bendera
Hitam
Negara Khilafah Islam Ad Daulatul Islamiyah Melayu
Mari Bertempur dan Berjihad dalam Naungan Pemerintah
Khilafah Islam, berpalinglah dari Nasionalisme (kemusyrikan)
email : seleksidim@yandex.com
Dipublikasikan
Markas Besar Angkatan Perang
Khilafah Islam Ad Daulatul Islamiyah Melayu
PENDAFTARAN BELA NEGARA
BalasHapusKHILAFAH ISLAM AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU
Untuk Wali Wali Allah dimana saja kalian berada
Sekarang keluarlah, Hunuslah Pedang dan Asahlah Tajam-Tajam
Api Jihad Fisabilillah Akhir Zaman telah kami kobarkan
Panji-Panji Perang Nabimu sudah kami kibarkan
Arasy KeagunganMu sudah bergetar Hebat Ya Allah,
Wahai Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang
hamba memohon kepadaMu keluarkan para Muqarrabin bersama kami
Allahumma a’izzal islam wal muslim wa adzillas syirka wal musyrikin wa dammir a’da aka a’da addin wa iradaka suui ‘alaihim yaa Robbal ‘alamin.
Wahai ALLAH muliakanlah islam dan Kaum Muslimin, hinakan dan rendahkanlah kesyirikan dan pelaku kemusyrikan dan hancurkanlah musuh-mu dan musuh agama-mu dengan keburukan wahai RABB
semesta alam.
Allahumma ‘adzdzibil kafarotalladzina yashudduna ‘ansabilika, wa yukadzdzibuna min rusulika wa yuqotiluna min awliyaika.
Wahai ALLAH berilah adzab…. wahai ALLAH berilah adzab…. wahai ALLAH berilah adzab…. orang-oramg kafir yang telah menghalang-halangi kami dari jalan-Mu, yang telah mendustakan-Mu dan telah membunuh Para Wali-Mu, Para Kekasih-Mu
Allahumma farriq jam’ahum wa syattit syamlahum wa zilzal aqdamahum wa bilkhusus min yahuud wa syarikatihim innaka ‘ala kulli syaiin qodir.
Wahai ALLAH pecah belahlah, hancur leburkanlah kelompok mereka, porak porandakanlah mereka dan goncangkanlah kedudukan mereka, goncangkanlah hati hati mereka terlebih khusus dari orang-orang yahudi dan sekutu-sekutu mereka. sesungguhnya ENGKAU Maha Berkuasa.
Allahumma shuril islam wal ikhwana wal mujahidina fii kulli makan yaa rabbal ‘alamin.
Wahai ALLAH tolonglah Islam dan saudara kami dan Para Mujahid dimana saja mereka berada wahai RABB Semesta Alam.
Aamiin Yaa Robbal ‘Alamin
Wahai Wali-wali Allah Kemarilah, Datanglah dan Berkujunglah dan bergabunglah bersama kami kami Ahlul Baitmu
Al Qur`an adalah manhaj (petunjuk jalan) bagi para Da`i yang menempuh jalan dien ini sampai hari kiamat, Kami akan bawa anda untuk mengikuti jejak langkah penghulu para rasul Muhammad SAW dan pemimpin semua umat manusia.
Hai kaumku ikutilah aku, aku akan menunjukan kepadamu jalan yang benar (QS. Al-Mu'min :38)
Wahai para Ikwan Akhir Zaman, Khilafah Islam sedang membutuhkan
para Mujahid Tangguh untuk persiapan tempur menjelang Tegaknya Khilafah yang dijanjikan.
Mari Bertempur dan Berjihad dalam Naungan Pemerintah Khilafah Islam, berpalinglah dari Nasionalisme (kemusyrikan)
Masukan Kode yang sesuai dengan Bakat Karunia Allah yang Antum miliki.
301. Pasukan Bendera Hitam
Batalion Pembunuh Thogut / Tokoh-tokoh Politik Musuh Islam
302. Pasukan Bendera Hitam Batalion Serbu
- ahli segala macam pertempuran
- ahli Membunuh secara cepat
- ahli Bela diri jarak dekat
- Ahli Perang Geriliya Kota dan Pegunungan
303. Pasukan Bendera Hitam Batalion Misi Pasukan Rahasia
- Ahli Pelakukan pengintaian Jarak Dekat / Jauh
- Ahli Pembuat BOM / Racun
- Ahli Sandera
- Ahli Sabotase
304. Pasukan Bendera Hitam
Batalion Elit Garda Tentara Khilafah Islam
305. Pasukan Bendera Hitam Batalion Pasukan Rahasia Cyber Death
- ahli linux kernel, bahasa C, Javascript
- Ahli Gelombang Mikro / Spektrum
- Ahli enkripsi cryptographi
- Ahli Satelit / Nuklir
- Ahli Pembuat infra merah / Radar
- Ahli Membuat Virus Death
- Ahli infiltrasi Sistem Pakar
Semua Negara adalah Negara Dajjal, sebab itu
Bunuhlah Tentara , Polisi dan semua pendukung negara dajjal dimana saja berada
Disebarluaskan
MARKAS BESAR ANGKATAN PERANG
PASUKAN KOMANDO BENDERA HITAM
KHILAFAH ISLAM AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU
Syuaib Bin Shaleh
singahitam@hmamail.com
Walah.. Isinya finah semua. Baca kitabnya selesaikan dahulu, haul sunni mana ya? Sahabat tdkbada yg melakukan di hadist2. Allah maha adil atas apa yg kita berbuat. Berhenti memfitnah, karena hari akhir siksanya berat
BalasHapusWalah.. Isinya finah semua. Baca kitabnya selesaikan dahulu, haul sunni mana ya? Sahabat tdkbada yg melakukan di hadist2. Allah maha adil atas apa yg kita berbuat. Berhenti memfitnah, karena hari akhir siksanya berat
BalasHapusNgaji jangan setengah setengah !!!. Dan jangan jadi islam ikut ikutan mas. Pada rame ikut ikutan aja
BalasHapusIni spertinya media buatan kaum Syi'ah antek Yahudi yg gencar tebar fitnah, hozx, ujaran kebencian, hasutan, memutar balikan sejarah yg usinta banyak fitnah.
BalasHapus