Taktik ‘Gila’ Jokowi Pimpin Indonesia dan ‘Bajingan’ Ahok Pimpin DKI Jakarta
JAKARTA, ARRAHMAHNEWS.COM –
Gegap gempita percaturan politik di Indonesia mengalami perubahan
signifikan pasca naiknya Jokowi menjadi presiden dan Ahok menjadi
gubernur DKI Jakarta, begitu banyak trik dan intrik politik yang
dilakukan oleh partai-partai yang berseberangan dengan mereka berdua,
bukan hanya itu saja beberapa politikus juga gerah, karena dua orang ini
mengobrik-abrik tatanan politik di Indonesia, dan para aktifis serta
media juga dibuat kalang-kabut. Keajaiban demi keajaiban terjadi di
negeri tercinta ini. Tidak satupun menyangka bahwa sosok Jokowi bisa
mengendalikan Indonesia, dan sosok Ahok bisa mengendalikan DKI Jakarta,
bagi para politikus ini mungkin sebuah musibah politik, namun bagi
rakyat mungkin ini sebuah berkah yang sudah lama dinantikan.
Asaaro Lahagu menulis sebuah opini di Kompasiana tanggal 16 Mei 2016,
yang menjelaskan tentang sepak terjang dua tokoh heboh Indonesia Jokowi
dan Ahok, serta bagaiman Singapura ketar-ketir, berikut tulisannya:
Ketika Jokowi ‘Gila’ dan Ahok ‘Bajingan’, Skenario Singapura atas Indonesia Gagal
Naiknya Jokowi menjadi RI-1 adalah sesuatu yang ajaib (miracle). Tak
banyak pihak yang yakin jika Jokowi berhasil menjadi Presiden. Menjelang
Pilpres 2014 lalu, Singapura, negara-negara Eropa dan Amerika, sangat
yakin bahwa Prabowolah yang menjadi penguasa Indonesia selanjutnya.
Prediksi itu membuat Singapura lebih banyak diam, kurang agresif dan
enggan ikut ‘bermain’ di Pilpres 2014 lalu.
Dalam strategi dan kebijakan politik luar negeri Singapura, Indonesia
diprediksi hingga sepuluh tahun ke depan, tidak akan banyak berubah.
Dalam analisis para pengambil kebijakan politik negeri Singa itu,
Prabowo tidak akan mampu membuat terobosan baru untuk memajukan
Indonesia. Hal itu karena orang-orang di sekitarnya dan lebih-lebih para
elit pendukungnya, adalah orang-orang lama yang terbiasa dengan gaya
hidup priyayi dan akrab dengan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Jika
keadaan Indonesia seperti itu, maka Singapura tetap jaya dan posisinya
sebagai number one pengendali ekonomi ASEAN tak tergoyahkan dan tanpa
takut disaingi oleh Indonesia. (Baca juga: Denny Siregar dan ‘Perang Besar’ JOKOWI)
Selama ini, Singapura sangat nyaman dan menikmati kemakmuran yang setara
dengan negara Barat. Salah satu penyebabnya adalah karena kebodohan
negara tetangganya, Indonesia. Kendatipun Singapura adalah negara yang
miskin sumber daya alam, namun berkat kelihaiannya, Singapura berhasil
keluar sebagai negara maju dengan pendapatan perkapita $ 40.000 dollar
per tahun. Sekarang Singapura dikenal sebagai salah satu pelabuhan
tersibuk di dunia, pusat bisnis, pusat teknologi dan tempat penukaran
mata uang asing terbesar ke empat di dunia dan menjadi negara yang
terkenal inovatif dan efisien dalam pengelolaan ekspor dan pariwisata.
Penduduk yang menetap di Singapura, sebagian kaum eksekutif elit dari
berbagai perusahaan multinasional kelas dunia.
Bagi kaum kaya dan para pejabat Indonesia, Singapura adalah surga
belanja, berobat dan jalan-jalan. Ada 2,5 juta wisatawan Indonesia dari
total 15 juta wisatawan yang disedot oleh Singapura setiap tahun. Para
pejabat dan orang-orang kaya Indonesia menjadikan Singapura sebagai
tujuan wisata luar negeri yang utama. Mereka umumnya tinggal di
hotel-hotel mewah atau tinggal di apartemen dan kondominium yang telah
mereka beli. Fakta menunjukkan bahwa sepertiga pemilik property di
Singapura adalah orang Indonesia.
Singapura dalam dua dekade terakhir telah berhasil menyulap berbagai
perguruan tingginya menjadi yang terkemuka di dunia. Hal itu membuat 20
ribu pelajar Indonesia memilih menempuh studi di berbagai universitas
Singapura. Selain itu, Singapura telah berhasil menyulap berbagai rumah
sakitnya menjadi pusat pengobatan terkemuka di Asia. Hal yang kemudian
membuat ratusan ribu masyarakat Indonesia berbondong-bondong ke
Singapura setiap tahun untuk berobat. Berkat kemajuan peralatan
navigasinya, Singapura berhasil memperdayai Indonesia untuk menguasai
zona terbang yang mencakup wilayah Indonesia. (Baca juga: Di Tangan Jokowi Indonesia Bangkit, Singapura Ketar-ketir)
Menurut data dari Kementerian Kesehatan, 50% pasien asing di Singapura
berasal dari Indonesia. Itu berarti bahwa duit Indonesia terus mengalir
ke Singapura tiap tahun. Karena Singapura sangat melindungi para
investornya, maka tak heran jika ada 4 ribu triliun Rupiah duit WNI
diparkir di sana, termasuk aset para koruptor. Bagi Singapura yang tidak
mempunyai sumber kekayaan alam, aset koruptor yang disimpan di
negaranya merupakan investasi penting. Itulah sebabnya Singapura tidak
pernah mau menandatangi perjanjian ekstradisi para koruptor dari
negerinya ke Indonesia. Situasi politik yang kurang stabil di Indonesia,
justru diinginkan dan akan dimanfaatkan betul oleh Singapura. Jika
terjadi huru-hara yang mengerikan di Indonesia, pasti tujuan pertama WNI
untuk menyelamatkan diri adalah Singapura.
Selain karena letak geografisnya yang dekat dengan Indonesia, juga
tingkat keamanan super tinggi yang dijamin oleh pemerintah Singapura.
Fakta-fakta pesta pora Singapura ketika Indonesia dilanda krisis dapat
dilihat dari sejarah kelabu Indonesia tahun 1998. Ketika Indonesia
dilanda krisis 1997-1998, Singapura benar-benar untung besar di tengah
penderitaan Indonesia ketika itu. Pada saat itu, Singapura berhasil
menjarah aset-aset Indonesia yang kemudian mendatangkan keuntungan luar
biasa bagi negeri itu. Aset-aset Indonesia yang berhasil diembat oleh
Singapura antara lain, Telkomsel, Indosat, BII, Bank Danamon, dan
lain-lain. Lewat Bank Internasional Indonesia (BII), Singapura untung Rp
8,15 triliun karena menjual sahamnya ke Maybank senilai Rp 13,5
triliun. Padahal ketika Temasek membeli BII pada tahun 2003, Temasek
hanya mengeluarkan modal Rp 2,2 triliun. Hal yang sama dengan bank
Danamon. Nilai jual bank Danamon sekarang sudah mencapai Rp 50 triliun.
Padahal ketika Temasek membelinya pada tahun 2003 lalu, hanya senilai Rp
3,08 triliun. Tentu saja Singapura sangat girang jika Indonesia
bangkrut, karena akan menambah duit WNI yang tersimpan di perbankannya.
Kesuksesan Singapura mempecundangi Indonesia pada krisis tahun 1998 itu,
dicoba diulangi kembali pada tahun 2015, ketika Jokowi telah menjadi
RI-1.
Singapura kembali mencoba untuk menggoyang perekonomian Indonesia dengan berbagai cara. Salah satu ekonom ternama Nanyang Business School Singapore, Lee Boon Keng, melempar isu menakutkan dengan mengatakan bahwa bahwa nilai tukar rupiah bisa ambruk hingga Rp 25 ribu/dolar AS jika Federal Reserve mulai melakukan normalisasi kebijakan moneternya. Pernyataan Lee Boon Keng itu, kemudian menimbulkan kekhawatiran di masyarakat Indonesia. Di bulan Juli-Agustus 2015, masyarakat Indonesia ramai-ramai membeli dollar Amerika. Akibatnya, nilai tukar Rupiah berhadapan dengan dollar pada akhir September 2015 hampir menyentuh angka Rp. 15.000 Rupiah per dollar. Nah keadaan inilah yang diinginkan Singapura. Jika Indonesia bangkrut, lalu warga kaya Indonesia akan khawatir dan dipastikan terus memarkirkan dananya ke Singapura. Aksi busuk yang dilakukan Singapura tidak hanya sekali saja seperti yang dilakukan oleh Lee Boon Keng di atas. Pada 17 Juni 2015, Business Times, koran milik Strait Times yang dikelola pemerintah Singapura secara terang menurunkan sebuah artikel berjudul ‘Indonesia, Malaysia at risk of repeating 1997-98 meltdown”. (Baca juga: Denny Siregar: Tax Amnesty Senjata Ampuh Terbaru Jokowi Sikat Penilap Pajak)
Isinya kurang lebih menegaskan bahwa Indonesia bersama Malaysia akan
mengalami krisis parah seperti pada tahun 1998. Jelas isu ini sengaja
dilempar dengan motif ekonomi. Karena jika Indonesia terkena krisis,
Singapura bisa kembali berpesta-pora menjarah aset-aset Indonesia yang
luar biasa dan vital itu. Skenario Singapura untuk kembali
membangkrutkan Indonesia di tahun 2015, ternyata gagal berkat kejelian,
keuletan dan optimistis besar Jokowi. Singapura rupanya lupa bahwa
Jokowi yang berhasil mengalahkan Prabowo, didukung luar biasa jutaan
rakyat Indonesia dari dalam dan luar negeri. Saat Pilpres 2014 lalu,
jutaan rakyat dilanda euforia gegap-gempita rela menggerakkan kaki-kaki
mereka menuju kotak suara dan antre untuk memberikan suaranya kepada
Jokowi. Daya pikat Jokowi sebagai ‘sang harapan baru’ (new hope)
sebagaimana ditulis oleh majalah Times itu, adalah harapan baru rakyat
Indonesia yang sudah lama dihina negara lain termasuk negara kecil
Singapura.
Kini mereka ingin perubahan, ingin merubah nasib lewat seorang pemimpin
ndeso yang merakyat, bersih dan punya impian besar ke depan. Kemenangan
Prabowo yang sudah di depan mata pun, diambil alih secara heroik oleh
Jokowi lewat konser dua jari di Senayan dan blunder kata ‘sinting’ Fahri
Hamzah. Sesaat setelah Jokowi dilantik menjadi Presiden, maka saat itu
juga maka perang heroik ala Jokowi mulai. Lewat ‘Jenderal’ wanita
bermental baja, Susi Pudjiastuti, Jokowi langsung menghajar
perusahaan-perusahaan ikan di Thailand, Singapura, Philipina, Singapura,
China, Vietnam yang banyak bergantung pada hasil ikan Indonesia.
Negara-negara itu sekarang menjerit. Hingga kini sudah lebih 700 kapal
milik negara asing telah ditangkap dan ditenggelamkan oleh Menteri Susi.
Jokowi melancarkan perang ‘gila’ yang bersejarah untuk menyelamatkan
kekayaan alam Indonesia yang bernilai hampir 200 triliun per tahun dari
pencurian ikan.
Wajar jika ada isu bahwa Menteri Susi mau disuap 5 triliun agar mau mundur dari kursi menteri kelautan. Integritas Menteri Susi pun telah meluluhlantahkan para mafia ikan di dalam negeri yang sebelumnya telah lama berpesta-pora atas hasil kekayaan laut Indonesia. Pun presiden Jokowi berani membubarkan Petral yang tidak efisien yang berkantor di Singapura, membekukan PSSI dan melawan berbagai mafia pangan. Ketertinggalan jauh Indonesia dari Singapura semakin melejit semangat ‘gila’ Jokowi untuk memacu pembangunan infrastruktur. Jokowi kemudian secara masif membangun jalan kereta api, jalan tol, jalan negara, tol laut, pelabuhan udara dan laut. Dibangunnya infrastruktur yang menghubungkan seluruh pulau-pulau besar di Indonesia jelas akan membuat geliat perekonomian Indonesia kembali lancar. (Baca juga: Belajarlah dari Ibu Susi, Sang Negarawan yang Berperawakan Sederhana)
Biaya-biaya akan banyak terpangkas, waktu bisa lebih diperkirakan dan
jauh lebih efsien yang dampaknya ekonomi akan berkembang. Dalam impian
Jokowi, jika waktu bongkar muat (dwelling time) sudah setara efisiennya
dengan Singapura, maka goyahlah perekonomian negara itu. Ketika
efisiensi bongkar muat tercapai dan setara dengan Singapura saja, maka
bisa dipastikan julukan pelabuhan di Singapura sebagai pelabuhan
tersibuk akan pelan-pelan pudar. Selain itu, ketika infrastruktur pada
sektor pariwisata selesai, maka wisatawan luar akan banyak tersedot ke
Indonesia yang kaya akan budaya sementara Singapura mulai pudar yang
miskin budaya. Kemudian dalam hitungan tahun ke depan, Jokowi akan
kembali mengambil alih penguasaan zona terbang yang sekarang dikuasai
oleh Singapura.
Jokowi jelas geleng-geleng kepala dan tidak habis berpikir, mengapa
Indonesia setiap kali terbang di wilayah sendiri harus lapor ke otoritas
penerbangan Singapura. Ini jelas benar-benar telah menginjak injak
harga diri bangsa. Gebrakan hebat Jokowi dalam membangun infrastruktur,
membasmi dan menghukum gantung para pengedar narkoba dan melawan para
koruptor mulai menunjukkan hasil. Lewat berbagai kebijakan memangkas
birokrasi yang mempermudah investasi, Indonesia kini menjadi idola baru
didunia investasi dan bukan lagi singapura. Sebagai tindak lanjut dari
julukan idola itu, Jokowi sekarang terus menyiapkan Bandar udara
Soekarno Hatta dengan melipatgandakan kapasitasnya, membuka berbagai
pelabuahan udara lain berskala dunia. Pelabuhan laut khusus barang Sei
Mangke bertaraf internasional di Sumatera Utara, adalah salah satu upaya
menyaingi Singapura di selat Malaka. Ketika ekonomi Indonesia bangkit,
maka akan diikuti oleh kekuatan militer yang hebat.
Jika militer Indonesia kuat, maka bangsa lain seperti Singapura dan Malaysia tidak lagi memandang remeh Indonesia. Sekarang, dengan anggaran yang masih minim, Indonesia sudah bisa menjadi negara dengan kekuatan militer terkuat di ASEAN dan urutan terkuat nomor 12 di dunia. Bisa dibayangkan jika Undang-undang Tax Amnesty jadi disahkan, maka ada kemungkinan duit WNI sebesar 4.000 Triliun di Singapura dan 11,4 ribu Triliun di seluruh dunia akan kembali ke Indonesia. Itu jelas akan membuat pertumbuhan ekonomi dalam negeri melonjak tinggi di atas 12%, mengalahkan India dan Cina. Sepak terjang Jokowi di kancah nasional, terus diikuti oleh Ahok di ibu kota Jakarta. (Baca juga: #DennySiregar dan Jurus ‘Mabuk’ Jokowi Pusingkan Lawan dan Kawan)
Ahok jelas tidak keberatan ketika ada sebuah buku berjudul: “Ahok Sang
Pemimpin Bajingan” karya Maksimus Ramses Lalongkoe dan Syaefurrahman
Al-Banjary menjuluki Ahok dengan julukan ‘bajingan’. Dalam buku itu,
dibeberkan bagaimana Ahok sebagai pemimpin ‘bajingan’ dalam tanda petik
menjadi pemimpin para bajingan-bajingan di Jakarta. Gaya Ahok dalam
memimpin ibu kota Jakarta memang luar biasa. Ia sama sekali tidak
mengenal takut untuk menggusur pemukiman kumuh di atas tanah negara,
melawan para preman, PKL liar, melawan anggota DPRD yang korup dan
menegakkan aturan. (Baca juga: GEGER.. Gara-gara AHOK Partai Politik, Aktifis, dan Media Sosial Jungkir Balik)
Ahok dengan kegilaannya dan ‘kebajingannya’, berusaha membangun Jakarta
menyaingi Singapura. Impian Ahok untuk mendirikan Rumah Sakit Kanker di
Sumber Waras terus menggebu walaupun terus ditentang oleh lawan-lawan
politiknya. Jelas dalam menata wilayah Jakarta, Ahok memang harus gila
dan harus ‘bajingan’. Kelompok-kelompok yang selama ini nyaman
berpesta-pora atas uang APBD Jakarta terus menembak dan menyerang Ahok.
Padahal misi besar Ahok-Jokowi adalah menjadikan Jakarta sebagai salah
satu kota standar dunia (the world class city). Impian untuk membangun
Giant Sea Wall di Teluk Jakarta agar Jakarta tidak tenggelam menjadi
misi paling besar Ahok. (Baca juga: TELAK! Dokumen Ini Mematahkan Tuduhan BPK kepada Ahok Terkait Sumber Waras)
Jika impian itu menjadi kenyataan dalam hitungan tahun ke depan, maka
Jakarta akan menyaingi Singapura dengan segudang fasilitas standar
dunia. Kelak, jika semuanya sudah ada di Jakarta, maka rakyat Indonesia
tidak perlu lagi berobat ke Singapura, tidak perlu studi ke sana karena
kualitas yang sama ada di sini. Impian gila Jokowi menjadikan Indonesia
negara maju bukan hanya mimpi atau isapan jempol. Pada tahun 2030
mendatang, Indonesia sangat berpeluang menjadi negara tujuh besar
kekuatan ekonomi dunia mengalahkan Jerman dan Inggris. Berdasarkan riset
the economist 2012, Indonesia diramalkan akan menjadi salah satu negara
maju dengan pendapatan perkapita 24 ribu dollar As perkapita pada tahun
2050. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 lalu sebesar 4,8
persen, menjadi salah satu indikator bahwa negara ini memang sedang
tumbuh. Bila Indonesia berhasil membangun infrastruktur jalan darat dan
laut, berhasil mengelola sumber daya alam dengan efisien, maka Indonesia
di mata dunia adalah masa depan. Sebuah investasi yang menarik dan
menguntungkan dan akan berperan sangat besar di kawasan.
Nah inilah yang menakutkan Singapura. Jelas bukan sekarang, tetapi 5-20
tahun lagi. Singapura jelas ketakutan jika kejayaannya hilang sebagai
pengendali perekonomian di kawasan ASEAN. Jelas jika semua telah
dimiliki oleh Indonesia, maka peta penguasaan ekonomi ASEAN bahkan
sampai Asia Pasifik akan berada di tangan Indonesia. Maka tak heran jika
Singapura mulai berpikir keras bagaimana menina-bobokan Indonesia. Para
agen-agen intelijen Singapura terus sibuk berpikir dan sibuk
mengeluarkan dana besar untuk membeli pejabat-pejabat yang bisa dibeli
supaya melemahkan pemerintahan yang ada. Mereka juga mempunyai koneksi
LSM-LSM lapar di Indonesia yang bisa berteriak keras yang terus
menyerang pemerintahannya. Singapura berani untuk melemahkan Indonesia
karena negara kecil ini dibekingi oleh sekutunya Amerika dan Inggris.
Singapura pun belajar dari Israel di Timur-Tengah yang mampu mendikte
negara-negara tentangganya.
Caranya, Indonesia terus diganggu dengan menghidupkan isu-isu sektarian, teroris dan radikalisme melalui dana-dana yang disalurkan di berbagai LSM dan ormas-ormas. Singapura bekerjasama dengan Barat akan terus berupaya agar Indonesia terus ribut, berantem, lemah dan kehabisan energi. Dengam begitu Indonesia sulit fokus memajukan perekonomiannya. Indonesia seperti sejarahnya pada masa lalu, sibuk berkelahi, bertengkar dan lupa membangun bangsanya. Itulah sebabnya pemerintahan Jokowi terus melempar isu bangkitnya PKI. Itulah salah satu cara melawan isu-isu sektarian dan radikalisme yang mungkin ikut dilancarkan oleh bangsa lain. Padahal sebenarnya isu PKI itu hanya taktik pemerintah untuk menghajar ormas-ormas yang berbaju keagamaan. Selama ini pemerintah sulit membubarkan ormas-ormas atau berbagai organisasi itu karena mereka memakai agama sebagai tamengnya. Maka cara menghajarnya adalah melempar isu komunis kepada ormas-ormas itu sehingga pemerintah punya cara untuk menekuknya atas nama ideologi juga. (Baca juga: Denny Siregar dan Siasat Pemerintah Sikat Kelompok Anti Pancasila-NKRI)
Jika isu-isu sektarian itu berhasil dipadamkan pemerintahan Jokowi, maka
pemerintah akan fokus membangun tanpa gangguan. Maka ketika saya
melihat etos kerja Jokowi dan Ahok yang luar biasa dalam membangun
bangsanya 1-2 tahun ini, saya akan berani menyebut keduanya ‘gila’ dan
‘bajingan’, dalam tanda petik. Jika kedua orang itu sudah ‘gila’ dan
‘bajingan’ dalam membangun bangsa ini, maka kepada yang lain, diharapkan
bangun dari tidur. Jangan hanya terus mengutuki kebodohan, kemiskinan,
kemelaratan dan kehinaan bangsa ini.
Bangunlah dari tidurmu yang panjang, Singapura sedang mengintai bangsa anda. (ARN) / https://arrahmahnews.com/2016/05/17/taktik-gila-jokowi-pimpin-indonesia-dan-bajingan-ahok-pimpin-dki-jakarta/ Mainsource : http://hakunnay.blogspot.co.id/2016/05/semoga-orang-gila-dan-bajingan-ini.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar