Mengungkap Misteri Pemilik Lion Air
Mengungkap Misteri Pemilik Lion Air
IndonesianReview.com -- Banyak kalangan mulai curiga siapa pemilik Lion Air sesungguhnya. Rusdi Kirana hanya pengelola dana investor asing?
Siapa sebenarnya pemilik PT Mentari Lion Airlines, yang mengoperasikan pesawat komersial Lion Air? Pertanyaan ini belakangan muncul seiring ‘kesaktian’ maskapai ini yang tidak pernah terkena sanksi dari otoritas penerbangan nasional, meskipun kerap membuat gaduh karena delay (penundaan keberangkatan) pesawatnya.
Dalam wawancara dengan Tempo pada edisi 4 Desember 2011 dan 23 Juni 2013, CEO dan Presiden Direktur PT Mentari Lion Airlines, Rusdi Kirana mengatakan bahwa 100% saham Lion dimiliki dirinya dan kakaknya, Kusnan Kirana.
Namun, banyak yang tak percaya pernyataan Rusdi tersebut. Banyak kalangan menduga Rusdi hanya seorang pengelola dana milik investor asing. Ini bisa dilihat dari ekspansi besar-besaran yang dilakukan maskapai ini dalam beberapa tahun belakangan. Maret 2013, misalnya, Rusdi Kirana meneken kontrak pembelian sebanyak 234 pesawat Airbus A320 senilai US$ 24 miliar atau Rp 230,4 triliun.
Sebelumnya, 18 November 2011, Rusdi meneken kontrak pembelian sebanyak 230 pesawat Boeing 737 senilai US$ 21,7 miliar atau lebih Rp 195 triliun.
Banyak kalangan terkaget-kaget menyaksikan pembelian besar-besaran yang dilakukan Lion. Bayangkan, dari dua kontrak itu saja, Lion harus merogoh dana sebanyak Rp 425 triliun lebih. Betul, dana sebesar itu diperoleh dari kredit yang dikucurkan konsorsium yang dipimpin BNP Paribas, Perancis (untuk Airbus) dan konsorsium yang dipimpin US Exim Bank (untuk Boeing).
Hanya saja, dalam aturan pembelian pesawat, sang pemilik (Rusdi Kirana) harus menyediakan modal minimal 30% dari total biaya pembelian, atau sekitar Rp 120 triliun lebih. Padahal menurut hitungan majalah Forbes, kekayaan Rusdi di tahun 2012 hanya sekitar Rp 8,5 triliun.
Lantas, dari mana Rusdi mendapatkan uang sebanyak itu untuk memesan pesawat Boeing dan Airbus? Jika tidak punya uang jaminan, apa yang diberikan Rusdi sehingga pihak Boeing dan Airbus percaya pada bisnisnya.
Rusdi sendiri memulai bisnis ketika ia terjun menjadi seorang sales marketing mesin ketik buatan Amerika Serikat, merek Brother. Tiap bulannya dia hanya menerima bayaran Rp 95.000.
Dia lalu pindah profesi menjadi penjual tiket penerbangan. Tak lama kemudian bersama kakaknya, Kusnan Kirana, dia mendirikan Lion Tours.
Berbekal pengalaman ini, dua bersaudara ini lalu menyewa satu pesawat Boeing 737-200, setelah mendapat izin penerbangan pada Oktober 1999. Dengan modal hanya US$ 10 juta, pada 30 Juni tahun 2000, Lion Air terbang.
Kalau dilihat dari tahun berdirinya, Lion lahir di tengah situasi perekonomian Indonesia sedang kacau balau sebagai dampak dari krisis moneter dan tumbangnya Presiden Soeharto. Dan, dalam waktu sekejap, Lion Air dan Rusdi Kirana menjadi sangat besar. Rusdi menjadi Presiden Direktur dan CEO PT Lion Mentari Airlines.
Kecurigaan tentang siapa pemilik Lion sebenarnya terlihat pada penggunaan nama ‘Lion’. Lion dalam bahasa Inggris artinya ‘singa’. Dalam pendirian banyak perusahaan nasional, nama ‘singa’ tidak pernah ditemui. Kata ‘singa’ malah menjadi identitas Singapura.
Dari sinilah kecurigaan semakin kuat bahwa pemilik Lion sebenarnya adalah perusahaan dari Singapura. Benarkah Singapura diam-diam ingin mendominasi bisnis penerbangan di Indonesia? Bisa jadi.
Asal tahu saja, saat ini lalu lintas udara Indonesia bagian barat dikendalikan oleh Singapura melalui perjanjian Flight Information Region (FIR). Perjanjian FIR meliputi penerbangan sipil, komersial, dan lainnya. Indonesia sendiri meratifikasi perjanjian tersebut dengan Keputusan Presiden No. 7/1996 tentang Ratifikasi Perjanjian FIR dengan Singapura.
Beleid tersebut memuat ketentuan pengaturan sistem navigasi udara sebagian wilayah Indonesia akan dikuasai Singapura selama 15 tahun, karena dianggap belum mampu mengatur sistem navigasi secara penuh.
Apakah Temasek?
Di luar bisnis penerbangan, sesungguhnya sejumlah perusahaan Singapura sudah banyak menguasai berbagai usaha strategis di Indonesia. Yang paling menggurita adalah Temasek Holdings Pte. Konglomerasi milik Pemerintah Singapura ini sudah cukup lama dikenal karena cengkeraman bisnisnya dan usahanya memburu sektor telekomunikasi.
Namanya mulai jadi pembicaraan ketika tahun 1996 membentuk PT Bukaka SingTel. Perusahaan ini, kala itu, memenangkan tender pembangunan 403 ribu sambungan baru selama tiga tahun senilai Rp 1,1 triliun.
Temasek juga satu-satu investor yang paling getol memburu saham PT Telkomsel yang ditawarkan pada 2001. Usahanya tak sia-sia. Dua tahun kemudian, lewat SingTel (Singapore Telecommunications Limited), mereka berhasil mengantongi saham operator seluler terbesar di Indonesia ini sebesar 35%.
Setahun sebelumnya, Temasek berhasil membeli 41,49% saham Pemerintah Indonesia di PT Indosat Tbk senilai Rp 5,62 triliun (Rp 12.950 per saham). Saham ini dibeli oleh Asia Mobile Holding Pte Ltd, anak usaha Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd (STT), yang menjadi bagian Temasek.
Namun, pada bulan Juni 2008, Temasek menjual 40,8% sahamnya di Indosat kepada Qatar Telecom (Qtel) senilai US$ 1,8 miliar atau Rp 16,8 triliun (dengan kurs Rp 9.300 saat itu). Lewat transaksi ini, Temasek menangguk untung hampir tiga lipat.
Ekspansi Temasek di Indonesia makin menggila. Seiring kebijakan privatisasi perbankan beberapa tahun lalu, mereka membeli PT Bank Danamon Tbk, PT Bank Internasional Tbk (BII), PT Bank Permata Tbk, PT Bank NISP Tbk, dan Bank Buana. Total kekayaan lima bank yang dikuasainya saat itu mencapai Rp 200 triliun lebih, atau 12% dari seluruh aset bank yang ada di Indonesia.
Hanya saja, entah kenapa, satu per satu bank ini dijual. Kini, Temasek hanya menguasai Bank Danamon dan Bank Permata.
Namun, itu tak berarti mengendorkan nafsu Temasek mencengkeram sektor-sektor bisnis di Indonesia. Kelompok usaha ini ikut ambil bagian dalam Cargill Golden Agri Resources. Mereka menggarap pengelolaan dan pengembangan perkebunan minyak kelapa sawit yang semula hanya dikuasai Sinar Mas.
Cargill adalah salah satu perusahaan pengolah minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Luas perkebunannya lebih dari dari 258 ribu hektar dengan 16 fasilitas penambangan minyak kelapa sawit mentah.
Gergasi Singapura ini memang sudah merambah ke mana-mana. Ada telekomunikasi, perbankan, perkebunan, dan entah sektor apa lagi yang sudah dimasuki. Pasalnya, Temasek begitu banyak memiliki unit usaha beranak-pinak, yang tak mudah mengurainya.
Misalnya, soal kabar kepemilikan saham Temasek di PT Astra International Tbk. Asal tahu saja, saat ini sebanyak 50,11% saham Astra dikuasai oleh Jardine Cycle & Carriage (JCC), sebuah perusahaan dealer mobil asal Singapura. Selama ini, JCC dikenal sebagai anak usaha Jardine Holdings Limited (57%) dan Employees Provident Fund Malaysia (8%).
Nah, Jardine Holdings Limited sendiri ternyata dimiliki oleh empat pemegang saham utama, yakni DBS Trustee Limited (50,21%), DBS Nominees Pte Ltd (9,09%), Employees Provident Fund Board (8,72%), dan Citibank Nominees Singapore Pte Ltd (4,78%).
Sebagai pemilik mayoritas Jardine Holdings Limited, DBS Trustee Limited ternyata masih dimiliki pula oleh anak-anak perusahaan DBS Group, yakni DBS Bank, DBS Vickers Securities Nominees Singapore Pte Ltd, DBS Nominees Pte Ltd, DBS Vickers Securities Holding Pte Ltd, dan DBS Group Holdings Ltd dengan porsi masing-masing 20%. Dan, DBS Group Holdings merupakan salah satu BUMN Singapura yang bernaung di bawah Temasek.
Bila ini benar, maka Temasek bisa dibilang sudah cukup lama menguasai sektor otomotif. Maklum, Astra, yang kini tercatat di Bursa Efek Indonesia, adalah jawara otomotif di Indonesia. Perusahaan ini menguasai 40% pasar otomotif.
Temasek terus memburu sektor-sektor usaha yang menguntungkan di Indonesia. Dua tahun lalu, mereka memasuki bisnis ritel dengan membeli Matahari yang memiliki 80 gerai di 52 kota di Nusantara.
Memang, tak salah jika Temasek berbisnis di Indonesia. Hanya saja, kehadirannya hendaknya bisa menciptakan pasar yang sehat. Sebab, bukan apa-apa, Majelis Komisi Pengawas Persaingan Usaha sempat menjatuhkan vonis terhadap Temasek karena melakukan praktek monopoli di sektor telekomunikasi. Yakni, memiliki saham pada perusahaan sejenis di bidang usaha dan pasar yang sama, yakni PT Telkomsel dan PT Indosat Tbk. Itulah kenapa, Temasek kemudian menjual sahamnya ke Qatar Telecom.
Lantas, apakah pemilik Lion Air adalah Temasek? Entahlah. Semuanya masih misteri. Yang jelas, Temasek sudah lama masuk ke bisnis penerbangan. Perusahaan ini adalah pemilik Singapore Airlines. Di Indonesia lewat anak usahanya, Silk Air, pesawatnya melayani rute-rute sejumlah ibukota provinsi maupun kota madya.
Hanya saja, pernyataan mantan Sekretaris Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Said Didu perlu juga didengar. Dia bilang bahwa bisnis penerbangan itu menjadi salah satu sektor yang paling aman dan nyaman untuk tempat pencucian uang. Sebab, satu pesawat harganya sekitar Rp 700 miliar. “Kalau dibelikan mobil banyak banget, enggak masuk akal,” ujar Said Didu.
Kalau benar, siapakah tokoh tersebut?
- See more at: http://indonesianreview.com/satrio/mengungkap-misteri-pemilik-lion-air#sthash.24c8x4Tw.dpuf
Ada Apa dengan Dana Talangan Refund Lion Air?
IndonesianReview.com -- Dermawan nian sikap PT Angkasa Pura II. Demi meredam gejolak konsumen yang kecewa pada layanan Lion Air, badan usaha milik negara itu rela menggelontorkan dana talangan untuk menutupi kewajiban refund akibat keterlambatan jadwal penerbangan yang berkepanjangan.
Inilah salah satu keajaiban dunia paling mutakhir dan hanya terjadi di Indonesia. Ajaib karena sebagai pengelola bandara, sejatinya PT Angkasa Pura II tak punya kewenangan membayar refund. Lebih aneh lagi refund itu sesungguhnya merupakan kewajiban maskapai penerbangan yang ternyata bukan milik pengelola bandara bahkan bukan pula milik negara.
Apalagi proses pengembalian uang pengganti pembelian tiket tersebut dilakukan tidak melalui mekanisme yang diatur oleh Undang-Undang tentang Pengelolaan Tata Keuangan Negara.
Kasus telantarnya penumpang Lion Air akibat jadwal penerbangan yang kacau itu memang berdampak sistemik kepada seluruh urat nadi dunia penerbangan di Indonesia. Kekacauan yang memakan waktu berhari-hari itu pun telah menimbulkan berbagai macam persoalan. Mulai dari menumpuknya calon penumpang di bandara, terganggunya pengaturan jadwal penerbangan maskapai lain, maupun penyediaan tempat menunggu yang terbatas.
Tak cuma itu. Secara psikis para calon penumpang pun sangat terguncang, ketika agenda penting mereka kacau balau. Belum lagi persoalan yang menyangkut hak calon penumpang terkait uang tiket mereka. Bagaimanapun proses refund tak semudah membalikkan telapak tangan, sebaliknya membutuhkan proses yang cukup panjang dan sangat melelahkan.
Alih-alih meredam gejolak, refund yang ditalangi oleh pihak Angkasa Pura II itu justeru menimbulkan banyak kejanggalan. Dana talangan itu misalnya, digelontorkan dalam bentuk uang recehan dari hasil penerimaan nonpajak milik Angkasa Pura II yang belum disetor ke pihak bank.
Menurut Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Danang Parikesit, ini merupakan preseden yang sangat buruk dalam tata kelola keuangan negara. Dana talangan seperti ini sebenarnya tak perlu terjadi bila Lion Air melibatkan pihak ketiga, yakni asuransi, layaknya management penerbangan yang professional.
Danang mencontohkan, di Eropa maskapai penerbangan selalu memiliki third party insurance. Sehingga bila terjadi krisis seperti delay parah, maka asuransi pihak ketiga inilah yang akan turun tangan.
Asuransi pihak ketiga yang dimaksud Danang Parikesit adalah konsorsium asuransi penerbangan yang diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkutan Udara.
Memberi dana talangan kepada Lion Air, dengan demikian, jelas mempengaruhi good governance PT Angkasa Pura II. “Mengapa Angkasa Pura II mau memberi pinjaman? Ini kan bukan kewajibannya, meski sifatnya pinjaman. Ini sangat buruk untuk hal-hal perlindungan konsumen, karena tidak dikelola secara baik," ujar Danang.
Adalah lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang punya kewenangan untuk mengatur tentang asuransi itu. Kementerian Perhubungan bisa mendesak maskapai penerbangan untuk memberikan ganti rugi, apabila jadwal terbangnya mundur. Dan konsorsium akan membayar kerugian sesuai ketentuan dalam Pasal 16 Permenhub Nomor 77 itu.
Jadi jelaslah bahwa pihak asuransi dan OJK bisa dilibatkan untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan penumpang penerbangan yang dirugikan dari kacaunya jadwal penerbangan itu. Bukan dengan mengandalkan dana talangan.
Kementerian Perhubungan yang punya kewajiban menyelesaikan masalah berkilah, talangan itu diberikan PT Angkasa Pura II diputuskan karena gejolak akibat kacaunya jadwal penerbangan itu semakin kritis. Emosi para penumpang sudah tak terbendung, sedangkan pihak Lion Air ternyata tidak punya SOP untuk menangani krisis atas rush-nya proses refund.
Langkah Kementerian Perhubungan ini disikapi secara beragam oleh banyak pihak. Umumnya mereka mencurigai bahwa keputusan tersebut bukanlah keputusan yang bersifat spontan dari pihak “lokal”. Melainkan ada intervensi dari Istana yang notabene adalah sang pemilik operator penerbangan Lion Air.
Lebih gamblangnya, patut dicurigai penggelontoran dana talangan itu terjadi karena adanya tekanan dari Rusdi Kirana, yang kini menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden. Walaupun disebutkan bahwa dana talangan itu akan ditagihkan kepada pihak Lion Air, namun sistem ini akan merusak citra Angkasa Pura II sebagai pengelola bandara international, bahkan mencoreng muka Indonesia di mata komunitas penerbangan internasional,
Secara internal, sistem ini juga akan menimbulkan lost opportunity bagi PT Angkasa Pura II sekaligus melanggar kehati-hatian dalam penggunaan dana perusahaan. Dengan kejadian ini publik menduga jangan-jangan kewajiban lain seperti airport service-nya juga menunggak kepada pihak PT Angkasa Pura II. Kalau benar demikian, maka akan menimbulkan potensi kerugian bagi PT Angkasa Pura II, paling tidak kondisi cash flow-nya dapat terganggu karen dana yang sebenarnya untuk mengelola operasional bandara tak berjalan lancar layaknya sebuah perusahaan kelas international.
Kisruh jadwal penerbangan dan dana tangan Angkasa Pura II itu menyiratkan bahwa kondisi maskapai penerbangan milik Rusdi Kirana itu keadaan keuangan yang bleeding. Ini jelas sangat membahayakan keselamatan penerbangan. Sebab cost maintenance reserve, yaitu biaya yang dicadangkan untuk perawatan pesawat, hampir pasti juga tidak tersedia lagi.
Diperlukan ketegasan Menteri Perhubungan untuk mengevaluasi kembali keberadaan maskapai penerbangan Lion Air. Kalau perlu, izin penerbangan Lion Air di-suspend terlebih dahulu, sementara proses audit menyeluruh dilakukan. Semua itu penting, tak hanya demi keselamatan penumpang, melainkan juga sebagai pembelajaran bagi maskapai penerbangan lainnya di Indonesia dalam menjaga perlindungan konsumen dan nama baik negara.
- See more at: http://indonesianreview.com/ds-muftie/ada-apa-dengan-dana-talangan-refund-lion-air#sthash.fTUzIVhd.dpuf
Singapura Monopoli Penerbangan Indonesia
IndonesianReview.com -- Setelah sukses menguasai setelit Indonesia, nampaknya Singapura juga bernafsu menggenggam jalur penerbangan negeri.
Dunia setelit dan penerbangan bak dua sisi mata uang yang mustahil dipisahkan. Bagi kaum profesional kedirgantaraan dan aeronautika, termasuk militer, tak perlu penjelasan panjang mengenai hal ini. Kalau kedua-keduanya dikuasai, kontrol terhadap darat dan laut tak sulit dikendalikan.
Peran itulah yang sedang dimainkan “Amerika Kecil” tersebut. Dan skenario Singapura ini makin tercium aromanya dalam kasus terlantarnya penumpang Lion Air di Bandara Soekarno Hatta, 19/02/2015 lalu. Alangkah perkasanya seorang Rusdi Kirana, sampai-sampai pemerintah RI tak berdaya mengenakan sanksi tegas manajemen pemilik maskapai penerbangan komersil itu.
Padahal peristiwa itu bukan saja telah mengacaukan Terminal III bandara internasional tersebut. Tapi juga menimbulkan kerugian PT Angkasa Pura II lebih dari Rp 100 juta. Hebatnya, kerugian itu ditanggung oleh BUMN tersebut. Padahal, persoalan ini bukan pertama kali menimpa Lion Air. Itu juga berarti, sudah berkali-kali maskapai berlogo kepala singa itu membuat malu RI di mata dunia.
Wajar ketidakberdayaan pemerintah menghukum manajemen yang dipimpin Rusdi Kirana itu menimbulkan berbagai spekulasi. Satu analisa menilai, mustahil saham Lion Air dikuasai 100 persen oleh Rusdi Kirana dan sang kakak, Kusnan Kirana. Diduga juga dimiliki oleh orang berpengaruh di Indonesia yang menguasai sumber daya alam negeri.
Tentu saja menguasai jalur penerbangan adalah pilihan yang masuk akal untuk memuluskan agenda bisnis. Seperti kontrol terhadap aset yang tersebar di berbagai penjuru Indonesia dan beberapa negara sahabat; memperluas jangkauan bisnis; menjaga mobilitas aktivitas; serta mengamankan kepentingan eksklusif melalui agenda politik-hukum. Ritme ini sejalan dengan penguasaan Lion Air sebesar 70 persen jalur penerbangan dalam negeri.
Sementara itu ada juga spekulasi lainnya. Lion Air lahir hasil persekongkolan antara pemerintah Singapura dengan pemerintah Indonesia saat dipimpin oleh Megawati dalam perjanjian lanjutan dari pengambil alihan saham Indosat oleh Temasek.
BUMN Singapura ini ngiler bukan kepalang mencaplok BUMN Indonesia tersebut, karena Indosat menguasai persatelitan di kawasan Asia Tenggara. Ibarat sayur tanpa garam, kurang lengkap rasanya kalau tidak mencaplok sekalian jalur penerbangan Indonesia setelah sukses menguasai setelit Indonesia. Apalagi Temasek bukan pemain baru dalam bisnis penerbangan komersil lantaran BUMN Singapura tersebut milik Singapore Airlines.
Ibarat sekali dayung 2-3 pulau terlampaui, menguasai jalur penerbangan Indonesia nampak sebagai strategi Singapura yang bukan saja untuk menggenapi penguasaannya terhadap sektor-sektor strategis Indonesia seperti otomotif, pertambangan, perkebunan, perbankan, dan sebagainya. Tapi juga sekaligus memperkuat pertahanan militer Singapura yang memang amat disegani di kancah Asia Tenggara (lihat: Pangkalan Militer Paling Mematikan di ASEAN). Toh, Flight Information Region (FIR) Indonesia sebagaimana di Natuna yang kaya akan ladang migas juga telah puluhan tahun dikuasai Singapura.
Temasek tentu saja tak perlu tampil di depan dalam menguasai jalur penerbangan negeri 17 ribu lebih pulau ini. Ini siasat Temasek agar tidak menimbulkan gejolak di Indonesia sebagaimana halnya ketika mereka mengambil-alih Indosat. Cukup memasang pengusaha Indonesia untuk tampil di depan dalam menguasai jalur penerbangan tersebut. Siapa tahu juga kelak mendapat panggung dalam kancah perpolitikan domestik.
Kini skenario Temasek tersebut terbilang sukses. Rusdi Kirana, nama sang pengusaha Indonesia yang diplot Temasek sukses dicitrakan sebagai pemilik Lion Air Indonesia; maskapai komersil berlogo negeri Singa. Taipan satu ini juga sekarang sukses berat masuk ke jantung kekuasaan republik.
Setelah menguasai 70 persen jalur penerbangan Indonesia, bukan berarti Temasek puas. Mereka juga kini berhasil menguasai pengelolaan Bandara Halim Perdanakusuma setelah kemenangan Lion Air menggugat PT Angkasa Pura dalam mengelola bandara yang sejak Januari 2014 itu dioperasikan sementara menjadi bandara komersil untuk mengalihkan sesaknya penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta.
Dengan menguasai bandara yang penuh dengan historis perjuangan TNI AU itu, Lion Air keperkasaan Lion Air makin menjadi-jadi. Seorang Said Didu, mantan Sekretaris Kementerian BUMN yang kerap kritis mempertanyakan siapa dibalik keperkasaan Lion Air, tidak nge-ffect bagi Lion Air. Jangankan Said Didu, Menteri Perhubungan pun tak berkutik. Bahkan Presiden RI bertekuk lutut dibuatnya.
Dengan demikian sudah patut diduga pemilik Lion Air mempunyai kekuatan yang setara antar negara Pemiliknya bukan sekadar pribadi seorang Rusdi Kirana, tapi sudah menjadi bagian perjanjian paket bisnis antar negara yang dikelola oleh pihak swasta.
Keunikan perjanjian bisnis antar negara ini terjadi biasanya jika kepala negara bersangkutan dipimpin oleh seorang sipil, dimana orientasi kepemimpinannya selalu bertumpu pada penggerakan sektor swasta dengan imbalan jangka panjang. Negara-negara berkembang di kawasan Amerika Latin seperti Brasil, Argentina, Peru dan lainnya yang punya alam demokrasi cukup terbuka biasanya melakukan perjanjian antar negara seperti kasus kepemilikan Lion Air yang misterius ini.
Dokumen perjanjian antar negara yang bertendensi patgulipat memang bak seperti siluman; kadang timbul-tenggelam. Persoalan tersebut akan selalu timbul dari kekuatan massa yang kerap mempertanyakan keanehan dibaliknya. Dalam kasus Lion Air, suara Said Didu tak bakal sia-sia kalau para pengguna jasa maskapai penerbangan komersil berlogo kepala singa itu bahu-membahu kerap menggugatnya. ***
- See more at: http://indonesianreview.com/ds-muftie/singapura-monopoli-penerbangan-indonesia#sthash.YPVl5M0D.dpuf
Ada Muslihat di Balik Lion
IndonesianReview.com -- Sifat alami bisnis penerbangan adalah bisnis yang padat modal, padat karya, dan ketatnya persaingan. Disamping itu bisnis penerbangan juga mempunyai resiko terhadap fluktuasi harga minyak dan nilai mata uang, dan resiko operasi yang tinggi.
Akibat dari sifat alami dan resiko dari bisnis penerbangan itu,banyak maskapai penerbangan di luar maupun dalam negeri bangkrut. Kini flag carrier pun banyak yang hanya bisa hidup berkat suntikan dana dari pemerintah. Ingat, maskapai yang pernah merajai dunia –PanAm– pada 1991 bahkan gulung tikar. Setelah hidup lagi berkat dua kali suntikan dana segar, pada 2005 PanAm tutup total. Flag Carrier Jepang, yaitu JAL, juga bukan pengecualian. Pada 2012, pemerintah Jepang terpaksa setor modal sebanyak US$ 3.54 Milyar untuk menyelamatkan raksasa penerbangan ini dari kebangkrutan. Hal yang sama juga dialami oleh China Eastern Airlines, yang pada 2008-2010 harus disuntik dengan US$ 2 Milyar oleh pemerintahnya.
Di dalam negeri korban dari bisnis penerbangan juga sudah banyak. Di antaranya adalah Sempati, Adam Air, Batavia Air, Mandala Air dll. Bahkan Garuda Indonesia kalau tidak dibantu oleh pemerintah sebesar Rp 1 Triliun pada 2006 pasti sudah bangkrut. Sampai sekarang pun belum jelas kapan Garuda bisa hidup sendiri tanpa utang.
Kejamnya bisnis penerbangan juga dirasakan oleh investor dibursa saham, dari investor amatir sampai profesional pernah mengalami. Mantan bendahara partai Demokrat, Nazarudin, dengan uang hasil korupsinya memborong saham Garuda sebanyak Rp 300 Milyar sewaktu IPO. Berharap mendapatkan keutungan cepat di hari pertama listing di bursa, ternyata saham Garuda malah merosot tajam. Bukan untung malah buntung. Tapi Nazarudin tak sendiri. Investor kelas kakap seperti Warren Buffet juga pernah mengalami hal serupa di saham US Airways Group. Sekarang Warren Buffet kapok membeli saham perusahaan penerbangan.
Kekapokan Warren Buffet karena dia akhirnya sadar bahwa sifat alami bisnis penerbangan yang padat modal, padat karya dan persaingan yang ketat tapi mempunyai margin tipis. Ini belum termasuk fluktuasi harga minyak dan resiko operasi, yang bisa membuat keuntungan menjadi sekadar mimpi. Untuk Indonesia, yang nilai rupiahnya kerap gak karuan, risikonya jelas lebih tinggi mengingat belanja suku cadang dan pembayaran leasing semua dalam US$.
Dalam mengola bisnis yang beresiko tinggi ini, haruslah berhati-hati dalam menyusun strategi bisnis: tidak boleh agresif dan tanpa arah yang jelas. Nah, hal inilah yang tidak dilakukan oleh Lion Air. Ditengah terpuruknya industri pesawat terbang di AS dan Eropa, Lion Air bak pahlawan kesiangan memborong Boeing sebanyak 230 Unit Boeing 737 senilai US$ 21.7 milyar. Lion Air juga memborong 234 Unit Airbus A320 senilai US$ 24 Milyar. Pembelian tersebut didanai oleh US Exim Bank (untuk Boeing) dan konsorsium BNP Paribas (untuk Airbus).
Mengapa BI dan Menkeu membiarkan hal ini terjadi? Padahal kalau Lion Air bangkrut jelas akan menggucang perekonomian nasional. Arus pergerakan manusia dan barang, yang sangat menentukan perekonomian, akan sangat terganggu bila Lion gulung tikar. Ini karena Lion Air 70% pangsa pasar penerbangan domestik, sehingga maskapai lain tak akan sanggup menerima limpahan penumpangnya.
Dengan penguasaan demikian besar, Lion Air jelas merupakan badan usaha yang too big to fail. Dalam arti, kalau perusahaan ini sampai bangkrut, dampaknya akan sangat besar bagi perekonomian nasional karena bisa merembet kemana-mana. Untuk menalangi seperti dilakukan oleh pemerintah Jepang pada JAL, tentu terlalu berat karena kocek pemerintah serba pas pasan.
Bagi kreditor atau investor sungguhan Lion Air kebangkrutan jelas tidak diharapkan. Tapi kalau harus terjadi, bisa menjadi peluang bagi mereka untuk menguasai kendali perusahaan secara langsung, sesuai dengan strategi yang tampaknya telah mereka susun jauh hari sebelum Lion Air berdiri.
- See more at: http://indonesianreview.com/daniel-rudi/ada-muslihat-di-balik-lion#sthash.CbZXHTlm.dpuf
Singapura Caplok Mabes TNI Angkatan Udara
IndonesianReview.com -- Kalau benar Temasek punya saham terselubung dibalik kepemilikan Lion Air, maka TNI AU wajib menggugatnya. Sayangnya, TNI AU diam seribu bahasa.
Bila tidak, barangkali orang pertama yang menangis adalah Marsekal Muda “Anumerta” Abdul Halim Perdanakusuma, andai pahlawan nasional itu masih hidup. Kemenangan Lion Air atas PT Angkasa Pura II dan Induk Koperasi TNI AU dalam gugatan pengelolaan Bandara Halim Perdanakusuma menjadi bandara internasional yang dioperasikan secara sementara dan komersil untuk mengalihkan sesaknya penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta, sesungguhnya telah mengusik kedaulatan negeri.
Terlebih lagi Lion Air memenangkan perkara itu secara beruntut. Di mulai dari PN Jakarta Timur pada 2010 sampai dengan kasasi di Mahkamah Agung, Oktober 2014. Amar putusan hakim yang memerintahkan pihak TNI AU dan Angkasa Pura II untuk mengosongkan asetnya di Halim Perdanakusma sangat melukai perasaan bangsa jika pihak yang berpesta pora di balik kemenangan ini adalah BUMN Singapura tersebut (baca: Singapura Monopoli Penerbangan Indonesia & Mengungkap Misteri Pemilik Lion Air).
Teramat sulit diterima akal sehat, mengingat bukan saja sebatas nilai-nilai sejarah yang dikandung Markas Komando Operasi Angkatan Udara I TNI AU Halim Perdanakusuma, tapi juga peran dan fungsi letak geografis sekaligus geostrategis markas tersebut.
Sejarah skuadron tempur tertua
Secara historis, Pangkalan Udara Utama (Lanuma) Halim Perdanakusuma bukan saja simbol perjuangan TNI AU. Tapi juga merekam mozaik sejarah pengorbanan jiwa dan harta benda anak bangsa dalam memperkuat AURI di masa kembalinya Belanda menjajah Indonesia pasca 1945.
Ketika semangat para pejuang republik nyaris pupus akibat Agresi Militer I Belanda pada 21 Juli 1947 yang meluluhlantak Jawa, AURI yang baru setahun terbentuk memompa nyali perjuangan itu kembali. Untuk menunjukan kepada dunia bahwa Indonesia belum remuk redam, KSAU Komodor Udara Suryadi Suryadarma memerintah Komodor Halim Perdanakusuma untuk menyusun aksi serangan balik.
Walau hanya dengan tiga pesawat terbang dan jumlah mesiu yang kalah hebat dengan pasukan musuh, misi serangan udara yang dipimpin Halim pada 29 Juli 1947 itu efeknya luar biasa. Serangan balasan itu membuktikan kepada dunia bahwa perjuangan RI sampai titik darah penghabisan, hingga mampu menarik simpatik dunia luar.
Disamping itu, serangan ini juga menjadi pemicu untuk mempercepat konektivitas Pulau Jawa dengan pulau-pulau besar lainnya, mengingat penjajah bisa menginvansi lagi sewaktu-waktu yang menghancurkan sejumlah pangkalan udara RI. Halim Perdanakusuma bertugas menyambung Sumatera dengan Yogyakarta sebagai pusat pemerintahan darurat dengan membentuk AURI wilayah Sumatera yang saat itu berpusat di Bukittinggi.
Di wilayah Timur, ia juga diminta untuk menyusun strategi AURI menembus blokade Belanda melalui Kotawaringin, Kalimantan Tengah, sekaligus membuka stasiun radio induk yang menghubungkan komunikasi langsung Kalimantan-Yogyakarta. Misi yang berlangsung pada 17 Oktober 1947 ini tercatat dalam sejarah sebagai Operasi Penerjunan Militer Pertama di Indonesia sekaligus peristiwa yang menandai lahirnya pasukan elit baret jingga, dikenal dengan Korps Pasukan Khas (Korpaskhas) TNI AU.
Di tengah upaya memperkuat AURI itulah sejumlah anak negeri menyumbangkan emas dan harta benda lainnya demi membeli pesawat yang mengganti armada yang telah hancur sebelumnya. Halim Perdanakusuma bertugas menampung sumbangan itu hingga AURI mampu membeli sebuah pesawat Avro Anson VH-BBY dengan harga 12 kg emas murni yang diberi nomor registrasi RI-003.
Menggunakan pesawat yang dibeli dari hasil keringat rakyat itu pula Halim Perdanakusuma bersama Opsir I Udara Iswahyudi mengemban sebuah misi penting penerbangan rute Bangkok-Singapura. Misinya adalah membeli persenjataan dan pesawat lainnya; menjalin dukungan perjuangan RI dengan negara-negara sahabat sekaligus inspeksi Perwakilan RI; serta memasok barang ke Singapura untuk menembus blokade Belanda.
Naasnya, dalam perjalanan lanjutan dari Bangkok ke Singapura itulah pesawat Avro Anson jatuh hancur lebur di Tanjung Hantu Malaka. Penyebabnya masih gelap. Diduga antara akibat terbang rendah untuk menghindari kabut tebal dan adanya sabotase. Tapi yang jelas: peristiwa ini merupakan pukulan berat bagi dunia penerbangan nasional.
Halim Perdanakusuma pergi ketika negeri masih sangat membutuhkan kecakapan dan pengalamannya untuk ditransfer ke AURI. Betapa tidak, ia adalah segelintir putra Indonesia yang menjadi perwira Royal Air Force sekaligus Royal Canadian Air Force pada Perang Dunia II, dan pernah berpangkalan di Colombo.
Dengan pangkat Wing Commander, ia satu-satunya putra Indonesia yang mengantong jam terbang terbilang tinggi dalam mengemban misi navigasi dan pengeboman di wilayah target pada masa perang dunia itu. Setidaknya sudah 44 kali pengeboman yang dilancarkan Halim Perdanakusuma di bumi NAZI Jerman, menggunakan pesawat Liberator dan Lancaster. Sungguh sebuah misi sangar dibalik posturnya yang kurus dan berwajah halus.
Di Indonesia yang masih bayi merah, bayangkan: pria kelahiran Sampang Madura ini adalah salah satu di antara hanya dua orang jumlah navigator yang dimiliki AURI di masa itu. Maka sebagai penghormatan, pada 17 Agustus 1952, nama Pangkalan Udara (Lanud) Cililitan diganti lalu diabadikan dengan namanya sebagaimana yang kita kenal sampai sekarang: Pangkalan Udara Utama (Lanuma) Halim Perdanakusuma.
Di republik ini hanya ada dua wilayah besar Markas Komando Operasi TNI AU. Pertama, Lanuma Halim Perdanakusuma yang membawahi kurang lebih 20 Lanuma dan Lanud Tipe A-C untuk Wilayah I Indonesia Barat. Ia merupakan Skuadron udara tempur tertua dan paling banyak terlibat dalam operasi tempur Indonesia. Kedua, Lanuma Hasanuddin di Makassar yang membawahi sekitar 19 Lanuma dan Lanud Tipe A sampai D untuk Wilayah II Indonesia Timur.
Fungsi vital Halim Perdanakusuma
Secara geografis dan geostrategis, Lanuma Halim Perdanakusuma adalah Mabes TNI AU. Komando Pertahanan Udara Nasional Indonesia (KOHANUDNAS) memang bermarkas di komplek Lanuma satu ini. Termasuk sebagai pusat komando batalyon tempur korps elit baret jingga itu.
Sebagai Mabes, boleh saja ia kalah pamor dengan Lanuma Iswahyudi lantaran Skuadron udara di Madiun itu merupakan markas pesawat-pesawat seri terbaru nan canggih seperti sukhoi SU-27 atau F-16. Tapi kalau muncul serangan mendadak militer asing dan dalam situasi pertempuran, kendali teritorial dan pertahanan udara RI praktis dioperasikan dari Mabes Halim Perdanakusuma. Beberapa Skuadron tempur udara wilayah Barat-Timur Indonesia juga akan kembali ke pangkuannya.
Sebab, invansi militer musuh yang biasanya diawali dengan pengerahan kekuatan tempur udara ke wilayah target, secara otomatis akan ditangkal terlebih dulu oleh sejumlah Lanuma dan Lanud di wilayah besar Barat dan Timur Indonesia sehingga Jakarta sebagai pusat pemerintahan relatif lebih terkendali.
Kalau datang dari Barat, otomatis dihalau dari pangkalan TNI AU di berbagai provinsi di Sumatera. Terutama oleh Lanuma Roesmin Nurjadin di Riau serta Lanud Tanjungpinang, Lanud Hang Nadim dan Lanud Ranai (Natuna) Kepulauan Riau sebagai wilayah perbatasan laut-udara RI dengan teritori asing. Bila datangnya dari Timur, Lanuma Hasanuddin berpesan besar menangkalnya.
Letak Halim Perdanakusuma di Cililitan Jakarta Timur juga sesungguhnya bertalian erat dengan posisi Markas Kopassus dan Sat 81 Gultor di Cijantung serta Mabes TNI di Cilangkap; sama-sama berjarak dekat di Jakarta Timur. Tujuannya tak lain untuk memudahkan memobilisasi dan sinergis unit-unit tempur di tubuh TNI, terutama dalam mobilisasi serangan balik ke teritori lawan dan pengatur tempo pada pertempuran infanteri yang telah menembus wilayah RI.
Marsekal Muda (Purn) TNI AU Prayitno Ramelan pernah mengurai strategi infanteri ini kepada merdeka.com. Menurutnya, pasokan penerjunan pasukan penerjun payung dalam perang infanteri paling banyak dari Halim Perdanakusuma selain dari Lanuma Abdul Rachman Saleh di Malang yang memudahkan mobilisasi pasukan penerjun payung. Karena itulah Halim Perdanakusuma menjadi fasilitas utama Batalyon Infanteri Lintas Udara (Brigif Linud) 328 (masuk dalam Brigif Linud 17/Kujang I) yang bermarkas di Cilodong-Depok dan saling berdekatan dengan pasukan elit baret hijau di Cijantung.
Begitu pula dengan Brigif Linud 18/Trisula yang bermarkas di Jabung Malang, menjadikan Lanuma Abdul Rachman Saleh sebagai fasilitas utamanya. Mobilisasi pasukan terjun payung itu juga sebagai penjelas kenapa dua Lanuma tersebut menjadi pangkalan Hercules, dan keduanya didekatkan dengan bandara penerbangan sipilnya masing-masing.
Tak cuma itu, di masa darurat, Lanuma Halim Perdanakusuma menjadi titik evakuasi Presiden RI dan tamu-tamu negara lainnya. Akses dari Istana menuju Halim lebih cepat ditempuh ketimbang ke Cengkareng dimana jalan menuju Halim sejak awal sengaja tidak diperlebar. Di dalam area bandaranya, tempat naik-turun penumpang juga sengaja tidak stel lebar. Jumlah landasan pacunya dibiarkan hanya satu landasan, yang itupun panjangnya cuma tiga kilometer. Semua itu tidak absen dari strategi, agar mobilisasi titik pengamanan dan manuver pesawat tidak terhambat sedarurat apapun situasinya.
Nasib Halim Perdanakusuma
Tapi nampaknya kini nilai sejarah TNI AU dan penghormatan terhadap Halim Perdanakusuma bakal hangus. Sistem pertahanan TNI AU juga praktis banyak berubah. Pihak “Temasek” melalui tangan PT Angkasa Transportindo Selaras, anak perusahaan Lion Air, akan merombak Mabes TNI AU ini dengan dana awal Rp 5 trilyun. Dengan dana jumbo ini bandaranya akan disulap seperti lazim di Eropa sebagai kota bandara. Pihak Lion Air akan membangun taxiway dan melengkapinya dengan berbagai fasilitas seperti monorel, under pass dan sebagainya.
Itu semua diintegrasikan dengan kawasan bisnis seperti business center, ruang MICE; lengkap dengan perhotelan di area dalam bandara ini yang luasnya mencapai 21 ha. Pihak Lion Air sudah menggandeng PT Adhi Karya untuk menyulap semua itu. Bahkan menurut Dirut-nya bisa jadi kelak pihak BUMN Konstruksi ini memiliki saham.
Dengan skema bagi hasil 80% PT Angkasa Transportindo Selaras dan 20% Induk Koperasi TNI AU, pihak TNI AU tak berkutik dengan rencana yang telah mulai berjalan sejak 2004 itu. Mabes TNI AU merestuinya melalui Kepala Dinas Penerbangan TNI AU Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto usai pertemuan dengan pihak Lion Air dan Angkasa Pura II sebagaimana disampaikan sang Marsekal, 13/01/2014.
Sampai dengan setelah kemenangan kasasi Lion Air, 16/10/ 2014, pihak TNI AU masih menunjukan sikap serupa. Malah, Korpaskhas TNI AU tanggap bersiaga di landasan pacu Terminal III Bandara Seokarno Hatta, 20/02/2015, untuk mengamankan aksi blokir para penumpang Lion Air yang terlantar akibat keterlambatan maskapai berlogo kepala singa itu.
Kini sebelum semuanya terlambat, tentu rakyat tidak rela membiarkan Singapura mencaploknya. Kalau tidak, gawat sekali urusannya. Tapi bila semuanya terlaksana, yah..selamat tinggal Halim Perdanakusuma! ***
- See more at: http://indonesianreview.com/alfi-rahmadi/singapura-caplok-mabes-tni-angkatan-udara#sthash.IsOCqR8K.dpuf
Lion Air dan Politik Rusdi Kirana
IndonesianReview.com -- Perlunya audit investigasi terhadap keuangan Lion Air, karena maskapai ini sering mengecewakan penumpang. Tapi pemilik Lion Air sudah dekat dengan Istana.
Lagi-lagi ratusan calon penumpang pesawat Lion Air terlantar. Sejak Rabu (18/2/2015) hingga Jumat pagi (20/2/2015), para penumpang di beberapa terminal Bandara Soekarno-Hatta tak bisa diangkut oleh pesawat tersebut. Saking kesalnya, beberapa penumpang mengubrak-abrik ruang Duty Manager PT Lion Mentari Airlines yang ada di bandara tersebut. Bahkan, dua pegawai Lion sempat disandera oleh sejumlah penumpang.
Inilah untuk kesekian kalinya, maskapai yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Rusdi Kirana mengalami delay (keterlambatan) penerbangan. Ini bisa dianggap, pelayanan Lion Air kepada penumpang sangat buruk. Penyebabnya boleh jadi, karena sumber daya manusia Lion Air tidak siap saat menerima izin penambahan rute dan penambahan armada yang diberikan Ditjen Perhubungan Udara.
Tentu saja, ini tak sesuai dengan ekspansi besar-besaran yang dilakukan maskapai ini dalam beberapa tahun belakangan. Maret 2013, misalnya, CEO dan Presiden Direktur PT Lion Mentari Airlines, Rusdi Kirana meneken kontrak pembelian sebanyak 234 pesawat Airbus A320 senilai US$ 24 miliar atau Rp 230,4 triliun.
Sebelumnya, 18 November 2011, Rusdi meneken kontrak pembelian sebanyak 230 pesawat Boeing 737 senilai US$ 21,7 miliar atau lebih Rp 195 triliun.
Banyak kalangan terkaget-kaget menyaksikan pembelian besar-besaran yang dilakukan Lion. Bayangkan, dari dua kontrak itu saja, Lion harus merogoh dana sebanyak Rp 425 triliun lebih. Betul, dana sebesar itu diperoleh dari kredit yang dikucurkan konsorsium yang dipimpin BNP Paribas, Perancis (untuk Airbus) dan konsorsium yang dipimpin US Exim Bank (untuk Boeing).
Itu artinya, dari kedua bank itu, Lion punya utang sangat besar. Belum lagi dari pinjaman lain. Sebab, Lion juga harus memenuhi kebutuhan pesawat untuk Batik Air dan Wings Air, termasuk Malindo Airways di Malaysia.
Tentu saja, untuk mengembalikan pinjaman tersebut, Lion harus kerja keras. Saat ini, pertumbuhan Lion Air umumnya berasal dari penerbangan dalam negeri berbiaya murah. Lion Air juga melayani penerbangan rute internasional, termasuk Singapura dan Malaysia. Namun, sebanyak 90% kursi tetap diperuntukkan bagi penerbangan domestik.
Sejak tahun 2012, Lion Air menjadi pemimpin pasar udara di langit Indonesia. Meski menjadi pemimpin pasar domestik, namun banyak pihak meragukan keuntungan yang diperoleh Lion Air cukup besar. Sebab, persaingan di bisnis ini begitu ketat sehingga harga tiket murah belum tentu bisa menutupi pengeluaran.
Tak hanya itu. Pemesanan 464 pesawat Airbus dan Boeing oleh Lion Air telah menimbulkan kecemasan di kalangan industri penerbangan. Mereka khawatir jumlah pesawat yang akan beroperasi di Asia Tenggara bakal melampaui permintaan.
Bila ditambah 450 pesawat yang dipesan AirAsia Bhd dan pesanan dari sejumlah maskapai lain di kawasan ini, jumlah pesawat komersial baru yang akan memadati lalu lintas udara Asia Tenggara dalam sepuluh tahun mendatang dapat melebihi 1.000 unit.
Betul, Asia Tenggara memiliki populasi 600 juta orang dan jumlah penumpang pesawat di Indonesia saban tahun naik 15%, namun itu dibarengi dengan tutupnya beberapa maskapai. Lihat saja penutupan Batavia Air dan Mandala Airlines karena tak sanggup menghadapi persaingan.
Sayangnya, sangat sulit mendapatkan laporan keuangan PT Lion Mentari Airlines. Itulah kenapa, Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi pernah mendesak pemerintah agar melakukan audit investigasi terhadap keuangan Lion.
Pemilik PT Lion Mentari Airlines sendiri adalah Rusdi Kirana. Namanya terkerek menjadi pengusaha penerbangan terbilang sangat cepat. Ia memulai usaha menjadi seorang sales marketing mesin ketik buatan Amerika Serikat, merek Brother. Tiap bulannya dia hanya menerima bayaran Rp 95.000.
Dia lalu pindah profesi menjadi penjual tiket penerbangan. Tak lama kemudian bersama kakaknya, Kusnan Kirana, dia mendirikan Lion Tours.
Berbekal pengalaman ini, dua bersaudara ini lalu menyewa satu pesawat Boeing 737-200, setelah mendapat izin penerbangan pada Oktober 1999. Pada 30 Juni tahun 2000, Lion Air terbang.
Dalam waktu sekejap, simsalabim Lion Air dan Rusdi Kirana menjadi sangat besar. Rusdi menjadi Presiden Direktur dan CEO PT Lion Mentari Airlines. Lion kemudian melakukan ekspansi besar-besaran.
Jadilah Rusdi orang kaya raya. Namanya jadi pembicaraan di kalangan pengusaha. Namanya semakin kesohor saat ia masuk ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada 12 Januari 2014. Di PKB, Rusdi bukan hanya warga biasa. Di partai itu, ia didaulat menjadi Wakil Ketua Umum DPP PKB, mendampingi Ketua Umum Muhaimin Iskandar.
Keputusan Rusdi memilih PKB sebagai kendaraan politiknya, memang cukup mengagetkan. Entah apa yang menjadi tujuan dia masuk ke gelanggang politik. Hebatnya lagi, kini Rusdi menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), sebuah jabatan cukup bergengsi, yang setiap waktu bisa berhubungan dengan Presiden Jokowi.
Yoshihara Kunio dalam buku berjudul “Kapitalisme Semu di Asia Tenggara” menilai bahwa para pengusaha di Indonesia tidak mandiri dan takut bersaing dengan kompetitornya tanpa adanya bantuan dari pemerintah. “Para pengusaha tersebut kebanyakan hanyalah pemburu rente yang mencari keuntungan dari proyek-proyek pemerintah,” tulis Kunio dalam bukunya.
Apakah Rusdi Kirana termasuk yang dimaksud Yoshihara Kunio?
- See more at: http://indonesianreview.com/satrio/lion-air-dan-politik-rusdi-kirana#sthash.MPDsQqQC.dpuf
Putin: “Pasok Senjata Ke Suriah, Saudi Buka Pintu Nerakanya Sendiri”
SALAFYNEWS.COM, MOSKOW
– Salah satu penasehat Vladimir Putin, Alexander Hosco, kemarin
menyampaikan pesan Putin untuk Presiden Bashar Assad yang berisikan
ungkapan rasa puas Putin terhadap situasi terbaru di Suriah maupun
global perihal pelemahan kekuatan kelompok teroris ISIS. Seperti
diberitakan, kelompok teror ini mengalami kerugian cukup besar dengan
semakin berkurangnya wilayah kekuasaan mereka.
Melalui pesan itu Putin juga
menyampaikan ucapan selamat kepada Presiden Assad dan tentara Suriah
Arab juga kepada Hizbullah atas ketabahan dan kemenangan yang diraih
dalam perang melawan terorisme selama lima tahun berturut-turut.
Dalam Pesannya putin mengatakan bahwa
Presiden Assad adalah mitra dalam bidang strategi, militer dan politik
bagi Rusia. Ia menjamin tidak ada yang dapat memaksa Moskow untuk
menentukan batas masa kelangsungan Assad sebagai presiden Republik
Suriah.
Menanggapi pernyataan Adel al-Jubeir
yang menyebutkan bahwa Saudi akan mengirimkan senjata kepada oposisi
Suriah, Putin mengatakan: “berikutnya, Arab Saudi akan membuka pintu
neraka dihadapan diri mereka sendiri”. (SFA) / http://www.salafynews.com/putin-pasok-senjata-ke-suriah-saudi-buka-pintu-nerakanya-sendiri.html
Denny Siregar: Rusia dan Indonesia, Reuni Saudara Tua
SALAFYNEWS.COM, JAKARTA
– Pertemuan super panas saat ini adalah pertemuan dua tokoh Negara
dunia yaitu Putin dan Jokowi, ini adalah momen kedua Negara untuk
menjalin sebuah kerjasama ke depan guna menghadapi hegemoni AS dan
sekutunya. Salah satu tokoh media sosial, Denny Siregar memberikan
sebuah analisa yang cukup menarik tentang pertemuan dua tokoh tersebut.
Simak tulisannya:
Yang menarik dari pertemuan Jokowi dan
Putin sebenarnya bukanlah masalah kerjasama ekonomi, karena sudah jamak
dalam pertemuan kedua kepala negara akan terjadi juga transaksi ekonomi.
Menarik buat saya ketika ada kesepakatan hubungan kerjasama dalam memberantas terorisme dan pertukaran data intelijen kedua negara. Kenapa menarik? Karena Indonesia pernah ditawarkan juga kerjasama pemberantasan terorisme oleh Saudi dan ditolak mentah-mentah oleh Menlu Retno, langsung saat itu juga. (Baca: Denny Siregar dan ‘Perang Besar’ JOKOWI)
Terorisme dalam pandangan Saudi dan
sohib kentalnya, tentulah berdasarkan pandangan subyektif mereka. Yang
dimaksud teroris bagi Saudi adalah pemerintahan Bashar Assad di Suriah
dan pemerintah Yaman. Ini jelas bertentangan dengan pandangan Indonesia
yang sudah sangat terbuka dan mampu menganalisa siapa teroris
sebenarnya.
Menariknya lagi, Indonesia malah membuka
hubungan kerjasama dengan Rusia yang jelas-jelas berbeda pandangan
dengan Saudi dan kroninya pada masalah Yaman dan Suriah.
Ini jelas membuktikan ke blok mana sebenarnya Indonesia berpihak, ketika dunia terbelah menjadi dua bagian. Eratnya hubungan Indonesia dengan China, disusul Iran dan sekarang Rusia kembali mengulang sejarah eratnya hubungan Soekarno dengan kedua negara besar itu. Situasi yang dulu membuat Soekarno harus di kudeta karena bertentangan dengan paham Amerika dan Eropa. (Baca: Denny Siregar: NU, Muhammadiyah Lawan Tangguh Pendukung Khilafah)
Blok AS dan sekutunya beberapa negara
arab, tentu gerah. Mereka seperti melihat sejarah kembali di putar di
depan mata mereka. Dan kita tahu, negara seperti AS tidak akan tinggal
diam melihat kemesraan itu, mereka akan mencari banyak cara untuk
melemahkan pemerintahan sekarang dan biasanya melalui saudara dekatnya,
Arab Saudi. Jalan yang ditempuh bisa seperti uang mereka lakukan di
Suriah dengan mendanai ormas-ormas radikal Islam bahkan menciptakan
monster baru seperti hal-nya mereka menciptakan ISIS.
Sudah saya bilang, Jokowi itu gila.. (Baca: Taktik ‘Gila’ Jokowi Pimpin Indonesia dan ‘Bajingan’ Ahok Pimpin DKI Jakarta)
Ia sangat berani mengambil resiko besar
-tetapi benar- dalam mengarahkan pandangam politik luar negerinya. Ia
ingin melepaskan ketergantungan negara ini yang dikuasai AS dan
sekutunya sekian lama.
Dan itu tidak mudah….
Kita akan merasakan goncangan kuat dengan potensi perang saudara dalam balutan sektarian. Menakutkan? Tidak juga… Sepertinya kita sudah siap dengan segala resikonya. NU bahkan sudah memetakan titik-titik dimana potensi kekerasan bakal terjadi dan menyebar santri-santrinya.
Tapi tetap saja, kita harus merasakan
goncangan meski dampak besarnya sudah diredam. Ah, rasanya secangkir
kopi menarik untuk diseruput dan menunggu apa yang akan terjadi
berikutnya.. (SFA) / http://www.salafynews.com/denny-siregar-rusia-dan-indonesia-reuni-saudara-tua.html
Denny Siregar dan ‘Perang Besar’ JOKOWI
JAKARTA, ARRAHMAHNEWS.COM –
Kali ini tokoh media Sosial Denny Siregar memberikan analisa yang cukup
padat dan gamblang, yang menjelaskan tentang sepak terjang politik
Jokowi di kancah nasional dan internasional. Mari simak analisa cerdas
Denny Siregar:
JOKOWI MEMANG GILA
Sejak awal pilpres 2014, saya sudah sangat yakin bahwa pilpres ini termasuk pemilu berbahaya yang pernah diadakan di Indonesia.
Pilpres 2014 adalah pertarungan terbuka
yang melibatkan lobbi-lobbi internasional dari dua kubu beaar
Negara-negara yang bertikai di Suriah. Prabowo dengan adiknya Hasyim
berada di kubu gabungan antara negara arab dan Amerika beaerta Eropa.
Sedangkan Jokowi mengarahkan pandangannya ke arah China, Iran dan Rusia.
Momen terberat adalah ketika Demokrat mengambil sikap licik dengan berkata netral, tetapi sesungguhnya sedang membuka kertas pemisah dua ikan cupang yang siap beradu. Untungnya NU tidak kalah sigapnya dengan menyebarkan dukungan kepada kedua kubu untuk meredam bentturan keras yang mungkin terjadi. (Baca juga: Denny Siregar Bongkar Siasat Culas Kelompok Pemakar NKRI)
Dan… entah keajaiban apa yang membuat
Jokowi menang, mengingat negara kita dikuasai penuh oleh perompak
berbaju kapitalisme. Bisa dibilang itu sebuah keajaban mengingat siapa
sih sebenarnya Jokowi, yang mampu menggerakkan langkah-langkah kaki
mereka yang biasanya berat menuju kotak suara, sekarang bahkan di luar
negeri pun, rela antre untuk memberikan suaranya?
Begitu Jokowi memimpin, perang pun digelarlah!
Panglima laut Menteri Susi langsung
membangkrutkan sejumlah besar perusahaan-perusahaan ikan di
Negara-negara yang banyak bergantung pada hasil ikan Indonesia. Susi
menyelamatkan harta negara lebih dari 120 triliun per tahun dari
pencurian ikan. Wajar saja ketika ia sempat di isukan menolak uang suap
supaya mumdur sebeaar 5 triliun rupiah. Thailand merana. Malaysia
meringis perih. Jepang kelabakan. Perang besar yang dilakukan Menteri
Susi hanya bisa dilakukan oleh orang yang punya integritas tinggi dan
sudah selesai dengan dirinya sendiri
Srikandi Menlu Retno langsung merancang gerakan perlawanan terhadap kemunafikan megara arab dalam “membela” Palestina. Pelantikan konsul di Ramallah yang dihalang-halangi Israel, menunjukkan Indonesia sulit diremehkan. Belum lagi kemesraan Indonesia-Iran dalam menggalang dukungan untuk mengembalikan pengelolaan Kabah dari tangan Arab Saudi ke tangan Organisasi Kerjasama Islam atau OKI. (Baca juga: Kecewa dengan Jokowi, Israel Tolak Menlu Indonesia Masuk Palestina)
Pembelian pesawat Sukhoi dari Rusia
menunjukkan dimana posisi kita berada. Itu sama saja menampar Amerika
secara langsung. Udara kita di sterilkan dari pesawat asing dengan
perintah tembak di tempat siapapun yang melanggar.
Pelabuhan terbesar sedang dibangun untuk
melawan pelabuhan tersibuk di ASEAN, milik Singapura. Ketika waktu
bongkar muat sudah setara efisiennya dengan Singapura, maka goyahlah
perekonomian negara itu. Belum lagi ketika UU tax amnesty keluar yang
akan menyerap ribuan triliuan rupiah dana yang di parkir di luar negeri
masuk ke Indonesia. Singapura bulak balik harus ke on clinic untuk
memeriksakan kesulitannya ereksinya.
Kenapa? Karena ketika itu semua di miliki
Indonesia, peta penguasaan ekonomi ASEAN bahkan sampai Asia Pasifik
akan berada di tangan Indonesia, sekian tahun ke depan. Singapura akan
tenggelam. Dan ini PBB yang bilang.
Begitu banyak perang yang dilakukan
pemerintah sekarang dalam membelokkan kapal besar ini kembali ke arah
yang benar sesudah sekian lama di lumpuhkan. (Baca juga: “Tamparan” Maut Putin-Jokowi di KTT G-20 Turki Kepada Barat dan AS)
Apakah kebangkitan ini tanpa resiko? Tentu beresiko besar-lah!
Indonesia akan terus di lumpuhkan dengan
isu-isu sektarian melalui dana-dana yang disalurkan melalui
Pesantren-pesantren, masjid-masjid sampai ormas-ormas. Dibuatlah terus
supaya kita ini ribut ma saudara, supaya kita berantem dan lemah
kehabisan tenaga. Dengam begitu kita sulit fokus memajukan negara.
LSM-LSM di gaji tinggi, pakar-pakar politik dan ekonomi di wawancara
untuk memberikan informasi yang menyesatkan dan melemahkan mental.
Siapa yang bermain disana? Ya
Negara-negara yang kepentingannya terganggu mulai dari Singapura sampai
Saudi, dimana di baliknya ada Amerika dan sohib-sohibnya.
Jadi kenapa saya bilang bahwa Jokowi itu gila? Karena ini perang besar dengan resiko sangat besar. Indonesia melawan banyak negara. Seperti singa terluka yang dikelilingi segerombolan serigala dalam pertarungan yang tidak seimbang, tapi toh masih bisa bertahan. (Baca juga: Denny Siregar: Taktik Jokowi Hadapi Para Srigala Kapitalis)
Jokowi bisa saja berlaku seperti sang
mantan dengan pencitraan yang memuakkan berbie dalam memimpin. Yang
penting semua tenang, nyaman dan gemuk-gemuk Anehnya, Jokowi malah
memilih bertarung dengan ganas sehingga lawan-pun segan padanya.
Jadi, apa yang membuat saya harus tidak
mengangkat secangkir kopi untuknya? Sudah berapa lawan yang ia
jungkalkan selama periode setahun lebih ia memimpin? Buset, cuma dalam
setahun lebih?
Jokowi bisa bernafas sedikit lega karena
fokus serangan sekarang sudah banyak beralih ke Ahok Ahok memang
pengalih perhatian yang bagus. Ia bergerak dengan gayanya, supaya para
serigala lapar itu fokus kepadanya, tidak fokus kepada Jokowi .
Jokowi itu memang gila!
Segila saya yang sejak awal menulis
langkah-langkahnya, mengamatinya, merangkumnya, mencoba menyampaikan
pesan-pesan tersembunyinya.
Karena Jokowi gila, saya juga ikutan
gila.. saya baru percaya betapa gilanya kakek-kakek kita dulu berjuang
melawan Belanda, Jepang dan sekutu dengan senjata seadanya. Saya menjadi
percaya kisah bambu runcing itu… Seruputt dulu ben gila sekalian..
(ARN) / https://arrahmahnews.com/2016/05/14/denny-siregar-dan-perang-besar-jokowi/
Taktik ‘Gila’ Jokowi Pimpin Indonesia dan ‘Bajingan’ Ahok Pimpin DKI Jakarta
JAKARTA, ARRAHMAHNEWS.COM
– Gegap gempita percaturan politik di Indonesia mengalami perubahan
signifikan pasca naiknya Jokowi menjadi presiden dan Ahok menjadi
gubernur DKI Jakarta, begitu banyak trik dan intrik politik yang
dilakukan oleh partai-partai yang berseberangan dengan mereka berdua,
bukan hanya itu saja beberapa politikus juga gerah, karena dua orang ini
mengobrik-abrik tatanan politik di Indonesia, dan para aktifis serta
media juga dibuat kalang-kabut. Keajaiban demi keajaiban terjadi di
negeri tercinta ini. Tidak satupun menyangka bahwa sosok Jokowi bisa
mengendalikan Indonesia, dan sosok Ahok bisa mengendalikan DKI Jakarta,
bagi para politikus ini mungkin sebuah musibah politik, namun bagi
rakyat mungkin ini sebuah berkah yang sudah lama dinantikan.
Asaaro Lahagu menulis sebuah opini di
Kompasiana tanggal 16 Mei 2016, yang menjelaskan tentang sepak terjang
dua tokoh heboh Indonesia Jokowi dan Ahok, serta bagaiman Singapura
ketar-ketir, berikut tulisannya:
Ketika Jokowi ‘Gila’ dan Ahok ‘Bajingan’, Skenario Singapura atas Indonesia Gagal
Naiknya Jokowi menjadi RI-1 adalah
sesuatu yang ajaib (miracle). Tak banyak pihak yang yakin jika Jokowi
berhasil menjadi Presiden. Menjelang Pilpres 2014 lalu, Singapura,
negara-negara Eropa dan Amerika, sangat yakin bahwa Prabowolah yang
menjadi penguasa Indonesia selanjutnya. Prediksi itu membuat Singapura
lebih banyak diam, kurang agresif dan enggan ikut ‘bermain’ di Pilpres
2014 lalu.
Dalam strategi dan kebijakan politik luar
negeri Singapura, Indonesia diprediksi hingga sepuluh tahun ke depan,
tidak akan banyak berubah. Dalam analisis para pengambil kebijakan
politik negeri Singa itu, Prabowo tidak akan mampu membuat terobosan
baru untuk memajukan Indonesia. Hal itu karena orang-orang di sekitarnya
dan lebih-lebih para elit pendukungnya, adalah orang-orang lama yang
terbiasa dengan gaya hidup priyayi dan akrab dengan korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN). Jika keadaan Indonesia seperti itu, maka Singapura
tetap jaya dan posisinya sebagai number one pengendali ekonomi ASEAN tak
tergoyahkan dan tanpa takut disaingi oleh Indonesia. (Baca juga: Denny Siregar dan ‘Perang Besar’ JOKOWI)
Selama ini, Singapura sangat nyaman dan
menikmati kemakmuran yang setara dengan negara Barat. Salah satu
penyebabnya adalah karena kebodohan negara tetangganya, Indonesia.
Kendatipun Singapura adalah negara yang miskin sumber daya alam, namun
berkat kelihaiannya, Singapura berhasil keluar sebagai negara maju
dengan pendapatan perkapita $ 40.000 dollar per tahun. Sekarang
Singapura dikenal sebagai salah satu pelabuhan tersibuk di dunia, pusat
bisnis, pusat teknologi dan tempat penukaran mata uang asing terbesar ke
empat di dunia dan menjadi negara yang terkenal inovatif dan efisien
dalam pengelolaan ekspor dan pariwisata. Penduduk yang menetap di
Singapura, sebagian kaum eksekutif elit dari berbagai perusahaan
multinasional kelas dunia.
Bagi kaum kaya dan para pejabat
Indonesia, Singapura adalah surga belanja, berobat dan jalan-jalan. Ada
2,5 juta wisatawan Indonesia dari total 15 juta wisatawan yang disedot
oleh Singapura setiap tahun. Para pejabat dan orang-orang kaya Indonesia
menjadikan Singapura sebagai tujuan wisata luar negeri yang utama.
Mereka umumnya tinggal di hotel-hotel mewah atau tinggal di apartemen
dan kondominium yang telah mereka beli. Fakta menunjukkan bahwa
sepertiga pemilik property di Singapura adalah orang Indonesia.
Singapura dalam dua dekade terakhir telah
berhasil menyulap berbagai perguruan tingginya menjadi yang terkemuka
di dunia. Hal itu membuat 20 ribu pelajar Indonesia memilih menempuh
studi di berbagai universitas Singapura. Selain itu, Singapura telah
berhasil menyulap berbagai rumah sakitnya menjadi pusat pengobatan
terkemuka di Asia. Hal yang kemudian membuat ratusan ribu masyarakat
Indonesia berbondong-bondong ke Singapura setiap tahun untuk berobat.
Berkat kemajuan peralatan navigasinya, Singapura berhasil memperdayai
Indonesia untuk menguasai zona terbang yang mencakup wilayah Indonesia.
(Baca juga: Di Tangan Jokowi Indonesia Bangkit, Singapura Ketar-ketir)
Menurut data dari Kementerian Kesehatan,
50% pasien asing di Singapura berasal dari Indonesia. Itu berarti bahwa
duit Indonesia terus mengalir ke Singapura tiap tahun. Karena Singapura
sangat melindungi para investornya, maka tak heran jika ada 4 ribu
triliun Rupiah duit WNI diparkir di sana, termasuk aset para koruptor.
Bagi Singapura yang tidak mempunyai sumber kekayaan alam, aset koruptor
yang disimpan di negaranya merupakan investasi penting. Itulah sebabnya
Singapura tidak pernah mau menandatangi perjanjian ekstradisi para
koruptor dari negerinya ke Indonesia. Situasi politik yang kurang stabil
di Indonesia, justru diinginkan dan akan dimanfaatkan betul oleh
Singapura. Jika terjadi huru-hara yang mengerikan di Indonesia, pasti
tujuan pertama WNI untuk menyelamatkan diri adalah Singapura.
Selain karena letak geografisnya yang
dekat dengan Indonesia, juga tingkat keamanan super tinggi yang dijamin
oleh pemerintah Singapura. Fakta-fakta pesta pora Singapura ketika
Indonesia dilanda krisis dapat dilihat dari sejarah kelabu Indonesia
tahun 1998. Ketika Indonesia dilanda krisis 1997-1998, Singapura
benar-benar untung besar di tengah penderitaan Indonesia ketika itu.
Pada saat itu, Singapura berhasil menjarah aset-aset Indonesia yang
kemudian mendatangkan keuntungan luar biasa bagi negeri itu. Aset-aset
Indonesia yang berhasil diembat oleh Singapura antara lain, Telkomsel,
Indosat, BII, Bank Danamon, dan lain-lain. Lewat Bank Internasional
Indonesia (BII), Singapura untung Rp 8,15 triliun karena menjual
sahamnya ke Maybank senilai Rp 13,5 triliun. Padahal ketika Temasek
membeli BII pada tahun 2003, Temasek hanya mengeluarkan modal Rp 2,2
triliun. Hal yang sama dengan bank Danamon. Nilai jual bank Danamon
sekarang sudah mencapai Rp 50 triliun. Padahal ketika Temasek membelinya
pada tahun 2003 lalu, hanya senilai Rp 3,08 triliun. Tentu saja
Singapura sangat girang jika Indonesia bangkrut, karena akan menambah
duit WNI yang tersimpan di perbankannya. Kesuksesan Singapura
mempecundangi Indonesia pada krisis tahun 1998 itu, dicoba diulangi
kembali pada tahun 2015, ketika Jokowi telah menjadi RI-1.
Singapura kembali mencoba untuk menggoyang perekonomian Indonesia dengan berbagai cara. Salah satu ekonom ternama Nanyang Business School Singapore, Lee Boon Keng, melempar isu menakutkan dengan mengatakan bahwa bahwa nilai tukar rupiah bisa ambruk hingga Rp 25 ribu/dolar AS jika Federal Reserve mulai melakukan normalisasi kebijakan moneternya. Pernyataan Lee Boon Keng itu, kemudian menimbulkan kekhawatiran di masyarakat Indonesia. Di bulan Juli-Agustus 2015, masyarakat Indonesia ramai-ramai membeli dollar Amerika. Akibatnya, nilai tukar Rupiah berhadapan dengan dollar pada akhir September 2015 hampir menyentuh angka Rp. 15.000 Rupiah per dollar. Nah keadaan inilah yang diinginkan Singapura. Jika Indonesia bangkrut, lalu warga kaya Indonesia akan khawatir dan dipastikan terus memarkirkan dananya ke Singapura. Aksi busuk yang dilakukan Singapura tidak hanya sekali saja seperti yang dilakukan oleh Lee Boon Keng di atas. Pada 17 Juni 2015, Business Times, koran milik Strait Times yang dikelola pemerintah Singapura secara terang menurunkan sebuah artikel berjudul ‘Indonesia, Malaysia at risk of repeating 1997-98 meltdown”. (Baca juga: Denny Siregar: Tax Amnesty Senjata Ampuh Terbaru Jokowi Sikat Penilap Pajak)
Isinya kurang lebih menegaskan bahwa
Indonesia bersama Malaysia akan mengalami krisis parah seperti pada
tahun 1998. Jelas isu ini sengaja dilempar dengan motif ekonomi. Karena
jika Indonesia terkena krisis, Singapura bisa kembali berpesta-pora
menjarah aset-aset Indonesia yang luar biasa dan vital itu. Skenario
Singapura untuk kembali membangkrutkan Indonesia di tahun 2015, ternyata
gagal berkat kejelian, keuletan dan optimistis besar Jokowi. Singapura
rupanya lupa bahwa Jokowi yang berhasil mengalahkan Prabowo, didukung
luar biasa jutaan rakyat Indonesia dari dalam dan luar negeri. Saat
Pilpres 2014 lalu, jutaan rakyat dilanda euforia gegap-gempita rela
menggerakkan kaki-kaki mereka menuju kotak suara dan antre untuk
memberikan suaranya kepada Jokowi. Daya pikat Jokowi sebagai ‘sang
harapan baru’ (new hope) sebagaimana ditulis oleh majalah Times itu,
adalah harapan baru rakyat Indonesia yang sudah lama dihina negara lain
termasuk negara kecil Singapura.
Kini mereka ingin perubahan, ingin
merubah nasib lewat seorang pemimpin ndeso yang merakyat, bersih dan
punya impian besar ke depan. Kemenangan Prabowo yang sudah di depan mata
pun, diambil alih secara heroik oleh Jokowi lewat konser dua jari di
Senayan dan blunder kata ‘sinting’ Fahri Hamzah. Sesaat setelah Jokowi
dilantik menjadi Presiden, maka saat itu juga maka perang heroik ala
Jokowi mulai. Lewat ‘Jenderal’ wanita bermental baja, Susi Pudjiastuti,
Jokowi langsung menghajar perusahaan-perusahaan ikan di Thailand,
Singapura, Philipina, Singapura, China, Vietnam yang banyak bergantung
pada hasil ikan Indonesia. Negara-negara itu sekarang menjerit. Hingga
kini sudah lebih 700 kapal milik negara asing telah ditangkap dan
ditenggelamkan oleh Menteri Susi. Jokowi melancarkan perang ‘gila’ yang
bersejarah untuk menyelamatkan kekayaan alam Indonesia yang bernilai
hampir 200 triliun per tahun dari pencurian ikan.
Wajar jika ada isu bahwa Menteri Susi mau disuap 5 triliun agar mau mundur dari kursi menteri kelautan. Integritas Menteri Susi pun telah meluluhlantahkan para mafia ikan di dalam negeri yang sebelumnya telah lama berpesta-pora atas hasil kekayaan laut Indonesia. Pun presiden Jokowi berani membubarkan Petral yang tidak efisien yang berkantor di Singapura, membekukan PSSI dan melawan berbagai mafia pangan. Ketertinggalan jauh Indonesia dari Singapura semakin melejit semangat ‘gila’ Jokowi untuk memacu pembangunan infrastruktur. Jokowi kemudian secara masif membangun jalan kereta api, jalan tol, jalan negara, tol laut, pelabuhan udara dan laut. Dibangunnya infrastruktur yang menghubungkan seluruh pulau-pulau besar di Indonesia jelas akan membuat geliat perekonomian Indonesia kembali lancar. (Baca juga: Belajarlah dari Ibu Susi, Sang Negarawan yang Berperawakan Sederhana)
Biaya-biaya akan banyak terpangkas, waktu
bisa lebih diperkirakan dan jauh lebih efsien yang dampaknya ekonomi
akan berkembang. Dalam impian Jokowi, jika waktu bongkar muat (dwelling
time) sudah setara efisiennya dengan Singapura, maka goyahlah
perekonomian negara itu. Ketika efisiensi bongkar muat tercapai dan
setara dengan Singapura saja, maka bisa dipastikan julukan pelabuhan di
Singapura sebagai pelabuhan tersibuk akan pelan-pelan pudar. Selain itu,
ketika infrastruktur pada sektor pariwisata selesai, maka wisatawan
luar akan banyak tersedot ke Indonesia yang kaya akan budaya sementara
Singapura mulai pudar yang miskin budaya. Kemudian dalam hitungan tahun
ke depan, Jokowi akan kembali mengambil alih penguasaan zona terbang
yang sekarang dikuasai oleh Singapura.
Jokowi jelas geleng-geleng kepala dan
tidak habis berpikir, mengapa Indonesia setiap kali terbang di wilayah
sendiri harus lapor ke otoritas penerbangan Singapura. Ini jelas
benar-benar telah menginjak injak harga diri bangsa. Gebrakan hebat
Jokowi dalam membangun infrastruktur, membasmi dan menghukum gantung
para pengedar narkoba dan melawan para koruptor mulai menunjukkan hasil.
Lewat berbagai kebijakan memangkas birokrasi yang mempermudah
investasi, Indonesia kini menjadi idola baru didunia investasi dan bukan
lagi singapura. Sebagai tindak lanjut dari julukan idola itu, Jokowi
sekarang terus menyiapkan Bandar udara Soekarno Hatta dengan
melipatgandakan kapasitasnya, membuka berbagai pelabuahan udara lain
berskala dunia. Pelabuhan laut khusus barang Sei Mangke bertaraf
internasional di Sumatera Utara, adalah salah satu upaya menyaingi
Singapura di selat Malaka. Ketika ekonomi Indonesia bangkit, maka akan
diikuti oleh kekuatan militer yang hebat.
Jika militer Indonesia kuat, maka bangsa lain seperti Singapura dan Malaysia tidak lagi memandang remeh Indonesia. Sekarang, dengan anggaran yang masih minim, Indonesia sudah bisa menjadi negara dengan kekuatan militer terkuat di ASEAN dan urutan terkuat nomor 12 di dunia. Bisa dibayangkan jika Undang-undang Tax Amnesty jadi disahkan, maka ada kemungkinan duit WNI sebesar 4.000 Triliun di Singapura dan 11,4 ribu Triliun di seluruh dunia akan kembali ke Indonesia. Itu jelas akan membuat pertumbuhan ekonomi dalam negeri melonjak tinggi di atas 12%, mengalahkan India dan Cina. Sepak terjang Jokowi di kancah nasional, terus diikuti oleh Ahok di ibu kota Jakarta. (Baca juga: #DennySiregar dan Jurus ‘Mabuk’ Jokowi Pusingkan Lawan dan Kawan)
Ahok jelas tidak keberatan ketika ada
sebuah buku berjudul: “Ahok Sang Pemimpin Bajingan” karya Maksimus
Ramses Lalongkoe dan Syaefurrahman Al-Banjary menjuluki Ahok dengan
julukan ‘bajingan’. Dalam buku itu, dibeberkan bagaimana Ahok sebagai
pemimpin ‘bajingan’ dalam tanda petik menjadi pemimpin para
bajingan-bajingan di Jakarta. Gaya Ahok dalam memimpin ibu kota Jakarta
memang luar biasa. Ia sama sekali tidak mengenal takut untuk menggusur
pemukiman kumuh di atas tanah negara, melawan para preman, PKL liar,
melawan anggota DPRD yang korup dan menegakkan aturan. (Baca juga: GEGER.. Gara-gara AHOK Partai Politik, Aktifis, dan Media Sosial Jungkir Balik)
Ahok dengan kegilaannya dan
‘kebajingannya’, berusaha membangun Jakarta menyaingi Singapura. Impian
Ahok untuk mendirikan Rumah Sakit Kanker di Sumber Waras terus menggebu
walaupun terus ditentang oleh lawan-lawan politiknya. Jelas dalam menata
wilayah Jakarta, Ahok memang harus gila dan harus ‘bajingan’.
Kelompok-kelompok yang selama ini nyaman berpesta-pora atas uang APBD
Jakarta terus menembak dan menyerang Ahok. Padahal misi besar
Ahok-Jokowi adalah menjadikan Jakarta sebagai salah satu kota standar
dunia (the world class city). Impian untuk membangun Giant Sea Wall di
Teluk Jakarta agar Jakarta tidak tenggelam menjadi misi paling besar
Ahok. (Baca juga: TELAK! Dokumen Ini Mematahkan Tuduhan BPK kepada Ahok Terkait Sumber Waras)
Jika impian itu menjadi kenyataan dalam
hitungan tahun ke depan, maka Jakarta akan menyaingi Singapura dengan
segudang fasilitas standar dunia. Kelak, jika semuanya sudah ada di
Jakarta, maka rakyat Indonesia tidak perlu lagi berobat ke Singapura,
tidak perlu studi ke sana karena kualitas yang sama ada di sini. Impian
gila Jokowi menjadikan Indonesia negara maju bukan hanya mimpi atau
isapan jempol. Pada tahun 2030 mendatang, Indonesia sangat berpeluang
menjadi negara tujuh besar kekuatan ekonomi dunia mengalahkan Jerman dan
Inggris. Berdasarkan riset the economist 2012, Indonesia diramalkan
akan menjadi salah satu negara maju dengan pendapatan perkapita 24 ribu
dollar As perkapita pada tahun 2050. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun
2015 lalu sebesar 4,8 persen, menjadi salah satu indikator bahwa
negara ini memang sedang tumbuh. Bila Indonesia berhasil membangun
infrastruktur jalan darat dan laut, berhasil mengelola sumber daya alam
dengan efisien, maka Indonesia di mata dunia adalah masa depan. Sebuah
investasi yang menarik dan menguntungkan dan akan berperan sangat besar
di kawasan.
Nah inilah yang menakutkan Singapura.
Jelas bukan sekarang, tetapi 5-20 tahun lagi. Singapura jelas ketakutan
jika kejayaannya hilang sebagai pengendali perekonomian di kawasan
ASEAN. Jelas jika semua telah dimiliki oleh Indonesia, maka peta
penguasaan ekonomi ASEAN bahkan sampai Asia Pasifik akan berada di
tangan Indonesia. Maka tak heran jika Singapura mulai berpikir keras
bagaimana menina-bobokan Indonesia. Para agen-agen intelijen Singapura
terus sibuk berpikir dan sibuk mengeluarkan dana besar untuk membeli
pejabat-pejabat yang bisa dibeli supaya melemahkan pemerintahan yang
ada. Mereka juga mempunyai koneksi LSM-LSM lapar di Indonesia yang bisa
berteriak keras yang terus menyerang pemerintahannya. Singapura berani
untuk melemahkan Indonesia karena negara kecil ini dibekingi oleh
sekutunya Amerika dan Inggris. Singapura pun belajar dari Israel di
Timur-Tengah yang mampu mendikte negara-negara tentangganya.
Caranya, Indonesia terus diganggu dengan menghidupkan isu-isu sektarian, teroris dan radikalisme melalui dana-dana yang disalurkan di berbagai LSM dan ormas-ormas. Singapura bekerjasama dengan Barat akan terus berupaya agar Indonesia terus ribut, berantem, lemah dan kehabisan energi. Dengam begitu Indonesia sulit fokus memajukan perekonomiannya. Indonesia seperti sejarahnya pada masa lalu, sibuk berkelahi, bertengkar dan lupa membangun bangsanya. Itulah sebabnya pemerintahan Jokowi terus melempar isu bangkitnya PKI. Itulah salah satu cara melawan isu-isu sektarian dan radikalisme yang mungkin ikut dilancarkan oleh bangsa lain. Padahal sebenarnya isu PKI itu hanya taktik pemerintah untuk menghajar ormas-ormas yang berbaju keagamaan. Selama ini pemerintah sulit membubarkan ormas-ormas atau berbagai organisasi itu karena mereka memakai agama sebagai tamengnya. Maka cara menghajarnya adalah melempar isu komunis kepada ormas-ormas itu sehingga pemerintah punya cara untuk menekuknya atas nama ideologi juga. (Baca juga: Denny Siregar dan Siasat Pemerintah Sikat Kelompok Anti Pancasila-NKRI)
Jika isu-isu sektarian itu berhasil
dipadamkan pemerintahan Jokowi, maka pemerintah akan fokus membangun
tanpa gangguan. Maka ketika saya melihat etos kerja Jokowi dan Ahok yang
luar biasa dalam membangun bangsanya 1-2 tahun ini, saya akan berani
menyebut keduanya ‘gila’ dan ‘bajingan’, dalam tanda petik. Jika kedua
orang itu sudah ‘gila’ dan ‘bajingan’ dalam membangun bangsa ini, maka
kepada yang lain, diharapkan bangun dari tidur. Jangan hanya terus
mengutuki kebodohan, kemiskinan, kemelaratan dan kehinaan bangsa ini.
Bangunlah dari tidurmu yang panjang, Singapura sedang mengintai bangsa anda. (ARN) / https://arrahmahnews.com/2016/05/17/taktik-gila-jokowi-pimpin-indonesia-dan-bajingan-ahok-pimpin-dki-jakarta/
Khamenei Nyatakan Sebagian Negara Islam Berkhianat
Teheran, LiputanIslam.com – Pemimpin Besar Revolusi
Islam Iran Grand Ayatullah Ali Khameneni menegaskan bahwa sebagian
negara Islam berkhianat kepada umat Islam, berada di belakang para
thaghut (antagonis), dan bahkan “berpegang teguh bukan pada al-Quran,
melainkan pada thaghut.”
Hal ini dia katakan dalam kata sambutannya, Rabu (18/5), dalam acara
tatap muka dengan para qari’ dan hafid (penghafal) al-Quran dari
berbagai penjuru dunia peserta Musabaqah Hifd wa Tilawatil Qur’an
(Festival Hafalan dan Pembacaan al-Quran) ke-33 yang telah dibuka di
Masjid Agung Imam Khomaini di pusat kota Tehera, Rabu pekan lalu (1/5).“Kekuatan-kekuatan mustakbir berusaha melancarkan serangan terhadap Islam akibat ketakutannya kepada agama ini…. Sebab jika suara Islam membahana niscaya mereka tidak akan dapat memaksakan kehendaknya,” ucapnya, sebagaimana dilansir al-Alam.
Dia menambahkan bahwa kubu mustakbirin berusaha memecah belah dan mengadu domba umat Islam.
“Dunia Islam kini perlu menguatkan ikatan buhulnya dengan tali Allah, dan umat Islam harus dekat dengan al-Quran setelah sekian lama terjauh darinya dan dari hakikat-hakikatnya,” lanjut Khamenei.
Dia memastikan bahwa kebencian Amerika Serikat kepada Iran disebabkan oleh kebersikukuhan bangsa Iran kepada tuntutannya selama ini.
“Musuh takut kepada Iran karena kebersiteguhannya pada prinsip-prinsipnya, sebagaimana musuh takut kepada Islam yang kuat dan tangguh…. Kami tidak takut kepada ancaman musuh, ancaman mereka tidak membuat kami gentar… Kubu kafirlah yang akan bersimpuh dan mundur di depan front umat Islam, ” tegasnya.
Khamenei kemudian mengungkapkan keprihatinannya terhadap konflik antarsesama umat Islam.
“Ketersibukan umat Islam dengan konflik sesama mereka membuat isu Palestina terlupakan,” sesalnya.
Lebih jauh dia menyatakan bahwa memberikan pencerahan (tau’iyyah) kepada umat Islam adalah bagian dari jihad di jalan Allah. Karena itu dia menyerukan kepada segenap umat Islam agar bangkit menggalang pencerahan. (mm) / https://liputanislam.com/internasional/timur-tengah/khamenei-nyatakan-sebagian-negara-islam-berkhianat/
Para Ulama Yaman Serukan Jihad Melawan Agresor AS dan Saudi
Sanaa, LiputanIslam.com –
Para alim ulama Yaman mendeklarasikan penolakan tegas mereka terhadap
campurtangan dan keberadaan pasukan asing dengan alasan dan label apapun
di negara mereka.
Mereka menggelar pertemuan besar dengan tema
“Kewajiban Agama Melawan Serangan dan Pendudukan Amerika Serikat (AS)
Terhadap Yaman”, Rabu (18/5).
Mereka menegaskan bahwa AS dan para antek regional dan lokalnya bersekongkol menyerang Yaman.
“Mereka bersekongkol untuk berbuat nista,
permusuhan, dan pendudukan terhadap tanah air kita. Mereka melancarkan
agresi sengit sehingga secara syariat harus dihadapi, dihalau dan
dilawan dengan segala cara dan sarana yang sah,” bunyi deklarasi mereka
di akhir pertemuan, sebagaimana dilansir al-Masirah dan dikutip al-Alam.
Mereka menegaskan bahwa AS dan para anteknya
di kawasan bertanggungjawab penuh atas semua akibat dan tragedi yang
dihasilkan oleh serangan mereka, sedangkan seluruh anak bangsa Yaman di
semua levelnya wajib berjihad melawan mereka.
Mereka mengharamkan kerjasama dan
partisipasi dalam bentuk apapun dengan negara agresor AS dan
negara-negara satelitnya di kawasan, karena tindakan demikian merupakan
pengkhianatan.
Mereka menegaskan bahwa kejahatan mereka harus diganjar dengan hukuman yang telak sesuai ketentuan syariat.
Lebih lanjut, para alim ulama Yaman
menyerukan kepada semua komponen bangsa Yaman supaya sesegera mungkin
memenuhi kevakuman pemerintahan serta membentuk komisi alim ulama untuk
melakukan pengawalan.
Menurut mereka, isu utama bangsa-bangsa Arab
dan umat Islam seharusnya adalah perjuangan pembebasan Masjid al-Aqsa
dan Palestina dari pendudukan kaum Zionis Israel. Karena itu, kekacauan,
konspirasi, dan perang yang kini melanda dunia Arab dan Islam tak lain
adalah hasil sepak terjang musuh untuk memalingkan bangsa-bangsa Arab
dan umat Islam dari isu tersebut.
Para ulama Yaman juga menyampaikan
apresiasinya kepada semua gerakan Islam yang berjuang melawan agenda
kotor kubu antagonis dunia yang direpresentasikan oleh AS dan Israel
serta para penganut faham-faham ekstrim yang telah menimbulkan
pertumpahan darah dan kehancuran harta benda.
Mereka menghargai dan mendukung ketangguhan
bangsa Yaman, komite-komite rakyat dan angkatan bersenjata Yaman dalam
berjuang melawan agresi AS dan Arab Saudi. Mereka menegaskan bahwa
kesolidan ini tetap harus dijaga demi melanjutkan perlawanan dengan
semangat pengorbanan harta, jiwa dan segalanya. (mm) / https://liputanislam.com/internasional/timur-tengah/para-ulama-yaman-serukan-jihad-melawan-agresor-as-dan-saudi/
Deklarasi NU: NU Siap Bantu Berantas Ekstrimisme Agama
Jakarta, LiputanIslam.com–Ketua
Umum PBNU KH Said Aqil Siroj membacakan “Deklarasi Nahdlatul Ulama”
pada penghujung acara International Summit of Moderate Islamic Leaders
(Isomil) di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, (10/5).
Dalalm Deklarasi NU tersebut, PBNU menyatakan keprihatinannya atas
maraknya ekstrimisme agama dan menawarkan konsep Islam Nusantara yang
rahmatan lil alamin untuk memberantasnya.
Deklarasi menegaskan bahwa Islam Nusantara bukanlah agama atau
madzhab baru melainkan sekadar pengejawantahan Islam yang secara alami
berkembang di tengah budaya Nusantara dan tidak bertentangan dengan
syari’at Islam sebagaimana dipahami, diajarkan dan diamalkan oleh kaum
Ahlussunnah wal Jama’ah di seluruh dunia.
Dalam cara pandang Islam Nusantara, tidak ada pertentangan antara agama dan kebangsaan. Hubbul watan minal iman:
“Cinta tanah air adalah bagian dari iman.” Barangsiapa tidak memiliki
kebangsaan, tidak akan memiliki tanah air. Barangsiapa tidak memiliki
tanah air, tidak akan punya sejarah.
Dalam cara pandang Islam Nusantara, Islam tidak menggalang
pemeluk-pemeluknya untuk menaklukkan dunia, tapi mendorong untuk
terus-menerus berupaya menyempurnakan akhlaqul karimah, karena hanya
dengan cara itulah Islam dapat sungguh-sungguh mewujud sebagai rahmat
bagi semesta alam (Rahmatan lil ‘Alamin).
Selama beberapa dekade ini, berbagai pemerintah negara di Timur
Tengah telah mengeksploitasi perbedaan-perbedaan keagamaan dan sejarah
permusuhan di antara aliran-aliran yang ada, tanpa mempertimbangkan
akibat-akibatnya terhadap kemanusiaan secara luas. Dengan cara
mengembuskan perbedaan-perbedaan sektarian, negara-negara tersebut
memburu soft power (pengaruh opini) dan hard power
(pengaruh politik, ekonomi serta militer) dan mengekspor konflik mereka
ke seluruh dunia. Propaganda-propaganda sektarian tersebut dengan
sengaja memupuk ekstremisme agama dan mendorong penyebaran terorisme ke
seluruh dunia.
Editorial, LiputanIslam.com– Tentara Nasional Indonesia (TNI) beberapa hari terakhir diberitakan melakukan razia di mal untuk menyita buku-buku tentang Komunisme. Kita tentu tak ingin mencampuri kewenangan aparat, bila tindakan ini telah didaasarkan pada undang-undang yang ada. Namun, ada satu hal yang menjadi pertanyaan, mengapa untuk isu PKI aparat sedemikian cepat bertindak, tetapi untuk isu radikalisme agama, tak ada langkah nyata? Padahal, bila PKI dianggap bertentangan dengan Pancasila, bukankah sangat banyak ormas (terutama yang mengusung Islam radikal) yang secara terang-terangan menolak Pancasila? Sebagaimana kita ketahui bersama, saat ini sedang marak dipropagandakan penafsiran Islam ekstrim yang menjadi akar munculnya aksi-aksi terorisme global, mulai dari Al-Qaeda hingga ISIS. Melalui berbagai buku murah (bahkan sebagian dibagikan gratis) serta website-website yang rutin memproduksi fitnah dan provokasi, serta berbagai majelis taklim, para pengusungnya di Indonesia mengharamkan hormat bendera, mengajak membinasakan Pancasila, mengobarkan permusuhan antar aliran agama, menghasut permusuhan antar etnis, dan memprovokasi konflik horisontal.
Di zaman demokrasi ini, paham atau ideologi apapun bebas berkembang, asal dalam koridor yang benar, yaitu mempertahankan persatuan bangsa. Paham apapun yang ujungnya mendegradasi moral bangsa dan merongrong kedaulatan bangsa, jelas harus dilawan.
Bapak-bapak bangsa kita (founding fathers) telah merumuskan Pancasila sebagai dasar negara, yang isinya universal dan mengatasi semua perbedaan di masyarakat Indonesia yang multietnis dan multiagama. Pancasila mengandung trisila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa (monotheisme), sosio-nasionalisme, dan sosio-demokrasi. Intisari Pancasila (Eka Sila) menurut Bung Karno adalah gotong-royong atau kekeluargaan. Bila seluruh warga Indonesia menjalankan Pancasila, terutama sistem ekonominya, hari ini Indonesia sudah menjadi negara yang makmur berdaulat. Sistem ekonomi Pancasila mengatur hubungan-hubungan ekonomi antar pelaku-pelaku ekonomi yang didasarkan pada etika atau moral Pancasila dengan tujuan akhir mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Etika Pancasila adalah landasan moral dan kemanusiaan yang dijiwai semangat nasionalisme (kebangsaan) dan kerakyatan, yang kesemuanya bermuara pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Sayangnya, yang terjadi selama ini justru praktek-praktek liberalisasi perdagangan yang semakin meningkatkan jurang antara si miskin dan si kaya. Kekayaan alam tidak lagi dipergunakan sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat, melainkan untuk si pemodal, yang sayangnya, lebih banyak orang asing. Inilah yang penting untuk diperjuangkan.
Karena itulah, Indonesia harus kembali pada Pancasila dan berusaha merealisasikan nilai-nilainya. Inilah yang harus menjadi fokus bersama anak bangsa. Indonesia adalah bangsa moderat dengan landasan dasar yang tidak kiri, tidak pula kanan. Konsekuensinya, semua gerakan yang anti-Pancasila, baik dari kiri maupun kanan, perlu ditindak tegas. (dw) / https://liputanislam.com/dari-redaksi/editorial/indonesia-yang-moderat-tidak-kiri-atau-kanan/
Oleh: Dina Y. Sulaeman*
Konflik Suriah telah berlangsung sejak akhir 2011 namun hingga kini belum juga mereda. Para pemberontak bersenjata (yang menyebut diri “mujahidin”) tak henti-hentinya berusaha menggulingkan Presiden Assad. Sejak beberapa waktu terakhir, konflik semakin memanas dan berimbas kepada opini publik di Indonesia dan dunia, seiring dengan serangan di Aleppo. Aleppo adalah kota terbesar di Suriah. Sejak 2012, jihadis/teroris dari berbagai kubu menduduki Aleppo. Mereka sempat menguasai 70% kota, namun tentara Suriah (SAA) kemudian melancarkan operasi pembebasan Aleppo. Saat ini, tinggal wilayah utara Aleppo yang diduduki oleh jihadis/teroris.
Sejak 23 April 2016, jihadis/teroris di Aleppo secara masif menghujani wilayah Aleppo yang dikontrol SAA dengan mortar, rocket, dan Hell Cannon (sebelumnya, selama 2012-2016 mereka juga sering menyerang secara sporadis, kali ini benar-benar masif). Korban terbesar adalah warga sipil, termasuk anak-anak. Awalnya media Barat bungkam (hanya media-media Suriah, PressTV, XinHua, RT, dan media-media alternatif lainnya yang ‘berteriak’). Namun setelah SAA melakukan serangan balasan untuk membebaskan Aleppo dari jihadis/teroris, dengan serempak muncul pemberitaan masif dari media Barat/pro-jihadis: SAA dan Rusia membunuhi warga sipil Aleppo. (Baca: MSF dan Hoax tentang RS Al Quds)
Sementara itu, sejak beberapa waktu terakhir, muncul perkembangan baru dalam model pemberitaan Aleppo: White Helmet (WH) muncul sebagai aktor utama. Warna hitam (identik dengan jihadis/teroris) yang mendominasi media Barat saat memberitakan Suriah kini berganti dengan putih. WH muncul dalam semua video dan foto yang disebarluaskan oleh media Barat dan Teluk. WH dicitrakan sebagai relawan yang sedemikian berjasa menolong korban bom di Aleppo, sehingga kabarnya akan dinominasikan sebagai penerima Nobel (ingat, MSF juga menerima Nobel tahun 1999).
Keberadaan WH membuat situasi lebih rumit, mereka berkeliaran bebas di Aleppo dengan baju relawan dan dikategorikan sebagai ‘warga sipil’ yang haram diserang. Masalahnya, WH sebenarnya adalah jihadis/teroris yang berganti baju dari hitam menjadi helm putih. Beberapa video membuktikan hal ini, misalnya, terlihat mereka membawa senjata (relawan bawa senjata?), atau mereka berteriak-teriak Allahu Akbar di tengah para jihadis/teroris berbaju hitam. Atau, setelah seorang jihadis/teroris melakukan eksekusi mati pada seseorang, langsung anggota WH datang dan membungkus jasad korban (jadi, WH ada di tempat itu saat eksekusi mati). Atau WH berpose bersama mayat-mayat SAA.
WH adalah salah satu dari berbagai NGO (Non-Government Organization) atau LSM, bersama lembaga-lembaga “think tank” (pusat studi) yang berperan penting dalam Perang Suriah. Dan memang, berbagai LSM dan think tank memiliki rekam jejak dalam upaya penggulingan rezim di berbagai penjuru dunia. Di Mesir, misalnya, aksi-aksi demo penggulingan Mobarak dimotori oleh aktivis NGO yang dilatih oleh AS (melalui Freedom House dan National Endowment for Democracy/NED) agar mahir menggalang massal. FH dan NED (dan LSM bernama CANVAS) juga bermain di Suriah. Bedanya, bila di Mesir aksi demo bisa tereskalasi (jumlah pendemo sangat masif) sehingga Mobarak terguling dengan mudah, di Suriah modus ini gagal total. Yang muncul malah demo tandingan yang jauh lebih masif, menunjukkan dukungan kepada Assad.[1] Kejadian sama juga terlihat di Libya, aksi demo tidak pernah tereskalasi, bahkan yang terjadi demo luar biasa besar di Tripoli mendukung Qaddafi. [2]
Nah karena aksi demo “damai” tidak berhasil di Libya dan Suriah, masuklah para jihadis untuk melakukan tugas mereka. Kali ini tentu saja mereka tidak membawa isu demokrasi, melainkan khilafah (dan khusus di Suriah, mereka membawa isu Sunni-Syiah, yang terbukti sangat efektif dalam menggalang pasukan dan dana dari seluruh dunia). Terbukti, ketika khilafah terbentuk di Libya, tetap saja kapitalis Barat yang menguasai ekonomi; sang khalifah sibuk bertempur melawan rakyatnya, serta melebarkan sayap pertempuran ke Suriah.
Siapa di Balik LSM dan Think Tank?
Jadi, dalam menganalisis soal Suriah, penting untuk menoleh tajam ke arah NGOs dan think-tank yang berkeliaran di sana (atau bersuara berisik dari luar negeri). Di awal konflik, Amnesty International dan Federation of Human Rights (FHR) menggalang aksi demo massa di jalanan Paris dengan membawa bendera Suriah era mandat Prancis (hijau-putih-hitam). FHR didanai oleh NED. Mantan Sekjen PBB, Kofi Annan, yang awalnya ditugasi menjadi mediator perdamaian di Syria, ternyata adalah trustee (penasehat) di International Crisis Group (ICG), bersama tokoh-tokoh Zionis, seperti George Soros, Zbigniew Brzezinski, dan Shimon Peres. Brooking Institution juga berperan, antara lain menerbitkan desain perubahan rezim di Libya, Suriah, dan Iran. Baik NED, ICG, Brooking, dll, didanai oleh Big Oil (Conoco-Philips, Chevron, ExxonMobil), Coca Cola, Bank of America, Microsoft, Standard Chartered, Citigroup, Hilton, McDonald, GoldmanSach, dll. (Note: Goldman Sachs dan Rockefeller juga berada di belakang MSF, baca Aleppo-1).[3]
Ada dua LSM yang sering sekali dikutip media Barat (dan media jihad), Syrian Observatory of Human Rights dan Syrian Network of Human Rights yang berkantor di Inggris. Keduanya seolah paling tahu atas setiap serangan, jumlah korban, nama-nama, dan berbagai hal soal Suriah (dan datanya jelas beda dengan data yang dimiliki media-media alternatif). Donaturnya, Uni Eropa dan Soros. Silahkan browsing, rekam jejak Soros dan upaya penggulingan rezim di berbagai negara, terutama Eropa Timur (juga penggulingan Soeharto). Soros juga ada di balik CANVAS.
Tak jauh beda, White Helmets juga terlink dengan Soros, CIA, USAID, dll. WH didirikan pada Maret 2013 di Turki dan dipimpin oleh James Le Mesurier, mantan agen intel Inggris dengan rekam jejak di berbagai kawasan konflik (Bosnia, Kosovo, Irak, Lebanon, Palestina). Dana awal pendirian WH adalah 300 ribu dollar dan selanjutnya menerima donasi jutaan dollar (suplai logistik disediakan oleh Turki). Telegraph menyebut Inggris telah menggelontorkan 3,5 juta pound. USAID memberi 16 juta dollar. Mesurier pada 2014 membentuk Mayday (konon untuk ‘melatih SAR bagi warga sipil Suriah’), di antara tokohnya adalah Faruq al-Habib dan Read Saleh, tokoh “revolusi” Suriah yang terlink dengan CIA. Mesurier juga pernah menjadi staf di perusahaan keamanan swasta (=preman) yang beroperasi di Irak, Olive dan Good Harbour, yang terlink juga dengan Blackwater yang sangat kejam itu.
Masih banyak lagi link antara WH dengan berbagai organisasi kotor lainnya. Foto berikut ini adalah bagan koneksi WH.
Semua data ini hanya sebagian kecil dari sangat banyak bukti link antara upaya penggulingan rezim dengan kekuatan kapitalis global yang sebagian besarnya orang Zionis. Merekalah yang kini sedang berupaya keras menggulingkan Rezim Suriah, dengan memanfaatkan muslim naif yang mau diiming-imingi janji bidadari surga (pahala jihad), serta sebagian muslim lainnya yang dengan sukarela menyebarkan berita bohong tentang jihad palsu ini sambil merogoh koceknya untuk menyumbang. [4]
——
*artikel ini disunting dari tulisan di blog Kajian Timur Tengah
[1] http://dinasulaeman.wordpress.com/2013/03/29/tangan-terkepal-di-syria/
[2] Ini rekaman demo pro-Qaddafi (mulai 2:03, perhatikan menit suara Qaddafi yang terbata-bata dan tercekat karena terharu melihat dukungan rakyatnya).
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=NeCjnL9pxO4]
-Ini video kompilasi data-data soal Suriah (perhatikan pidato emosional Syekh Hassoun, mufti Suriah (Sunni) saat pemakaman anaknya yang dibunuh jihadis/teroris)
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=_xwbPnL7Kk4]
[3] Sulaeman, Dina. 2013. Prahara Suriah. Jakarta: IIMaN
[4]Alasan kapitalis global ingin menggulingkan Assad: faktor Israel (Assad selama ini penyuplai logistik untuk pejuang Palestina) dan migas.
Mainsource : https://liputanislam.com/opini/peran-lsm-dalam-perang-suriah/
Akar dari semua ini, dalam pandangan NU, adalah adanya model-model
tertentu dalam penafsiran Islamlah yang disebarkan oleh sebagian negara
Timur Tengah. Hal ini hanya dapat diatasi jika pemerintahan-pemerintahan
tersebut bersedia membuka diri dan membangun sumber-sumber alternatif
bagi legitimasi politik mereka. Nahdlatul Ulama siap membantu dalam
upaya ini.
Muktamar Internasional Para Pemimpin Islam Moderat”, yang
diselenggarakan pada tanggal 9-11 Mei di Jakarta,dan dihadiri ulama dari
berbagai negara. Forum ini mengusung tema “Islam Nusantara, Inspirasi
untuk Peradaban Dunia”. Naskah lengkap deklarasi dimuat di NU online.(dw) / https://liputanislam.com/berita/deklarasi-nu-nu-siap-bantu-berantas-ekstrimisme-agama/
Editorial, LiputanIslam.com– Tentara Nasional Indonesia (TNI) beberapa hari terakhir diberitakan melakukan razia di mal untuk menyita buku-buku tentang Komunisme. Kita tentu tak ingin mencampuri kewenangan aparat, bila tindakan ini telah didaasarkan pada undang-undang yang ada. Namun, ada satu hal yang menjadi pertanyaan, mengapa untuk isu PKI aparat sedemikian cepat bertindak, tetapi untuk isu radikalisme agama, tak ada langkah nyata? Padahal, bila PKI dianggap bertentangan dengan Pancasila, bukankah sangat banyak ormas (terutama yang mengusung Islam radikal) yang secara terang-terangan menolak Pancasila? Sebagaimana kita ketahui bersama, saat ini sedang marak dipropagandakan penafsiran Islam ekstrim yang menjadi akar munculnya aksi-aksi terorisme global, mulai dari Al-Qaeda hingga ISIS. Melalui berbagai buku murah (bahkan sebagian dibagikan gratis) serta website-website yang rutin memproduksi fitnah dan provokasi, serta berbagai majelis taklim, para pengusungnya di Indonesia mengharamkan hormat bendera, mengajak membinasakan Pancasila, mengobarkan permusuhan antar aliran agama, menghasut permusuhan antar etnis, dan memprovokasi konflik horisontal.
Di zaman demokrasi ini, paham atau ideologi apapun bebas berkembang, asal dalam koridor yang benar, yaitu mempertahankan persatuan bangsa. Paham apapun yang ujungnya mendegradasi moral bangsa dan merongrong kedaulatan bangsa, jelas harus dilawan.
Bapak-bapak bangsa kita (founding fathers) telah merumuskan Pancasila sebagai dasar negara, yang isinya universal dan mengatasi semua perbedaan di masyarakat Indonesia yang multietnis dan multiagama. Pancasila mengandung trisila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa (monotheisme), sosio-nasionalisme, dan sosio-demokrasi. Intisari Pancasila (Eka Sila) menurut Bung Karno adalah gotong-royong atau kekeluargaan. Bila seluruh warga Indonesia menjalankan Pancasila, terutama sistem ekonominya, hari ini Indonesia sudah menjadi negara yang makmur berdaulat. Sistem ekonomi Pancasila mengatur hubungan-hubungan ekonomi antar pelaku-pelaku ekonomi yang didasarkan pada etika atau moral Pancasila dengan tujuan akhir mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Etika Pancasila adalah landasan moral dan kemanusiaan yang dijiwai semangat nasionalisme (kebangsaan) dan kerakyatan, yang kesemuanya bermuara pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Sayangnya, yang terjadi selama ini justru praktek-praktek liberalisasi perdagangan yang semakin meningkatkan jurang antara si miskin dan si kaya. Kekayaan alam tidak lagi dipergunakan sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat, melainkan untuk si pemodal, yang sayangnya, lebih banyak orang asing. Inilah yang penting untuk diperjuangkan.
Karena itulah, Indonesia harus kembali pada Pancasila dan berusaha merealisasikan nilai-nilainya. Inilah yang harus menjadi fokus bersama anak bangsa. Indonesia adalah bangsa moderat dengan landasan dasar yang tidak kiri, tidak pula kanan. Konsekuensinya, semua gerakan yang anti-Pancasila, baik dari kiri maupun kanan, perlu ditindak tegas. (dw) / https://liputanislam.com/dari-redaksi/editorial/indonesia-yang-moderat-tidak-kiri-atau-kanan/
Peran LSM dalam Perang Suriah
Oleh: Dina Y. Sulaeman*
Konflik Suriah telah berlangsung sejak akhir 2011 namun hingga kini belum juga mereda. Para pemberontak bersenjata (yang menyebut diri “mujahidin”) tak henti-hentinya berusaha menggulingkan Presiden Assad. Sejak beberapa waktu terakhir, konflik semakin memanas dan berimbas kepada opini publik di Indonesia dan dunia, seiring dengan serangan di Aleppo. Aleppo adalah kota terbesar di Suriah. Sejak 2012, jihadis/teroris dari berbagai kubu menduduki Aleppo. Mereka sempat menguasai 70% kota, namun tentara Suriah (SAA) kemudian melancarkan operasi pembebasan Aleppo. Saat ini, tinggal wilayah utara Aleppo yang diduduki oleh jihadis/teroris.
Sejak 23 April 2016, jihadis/teroris di Aleppo secara masif menghujani wilayah Aleppo yang dikontrol SAA dengan mortar, rocket, dan Hell Cannon (sebelumnya, selama 2012-2016 mereka juga sering menyerang secara sporadis, kali ini benar-benar masif). Korban terbesar adalah warga sipil, termasuk anak-anak. Awalnya media Barat bungkam (hanya media-media Suriah, PressTV, XinHua, RT, dan media-media alternatif lainnya yang ‘berteriak’). Namun setelah SAA melakukan serangan balasan untuk membebaskan Aleppo dari jihadis/teroris, dengan serempak muncul pemberitaan masif dari media Barat/pro-jihadis: SAA dan Rusia membunuhi warga sipil Aleppo. (Baca: MSF dan Hoax tentang RS Al Quds)
Sementara itu, sejak beberapa waktu terakhir, muncul perkembangan baru dalam model pemberitaan Aleppo: White Helmet (WH) muncul sebagai aktor utama. Warna hitam (identik dengan jihadis/teroris) yang mendominasi media Barat saat memberitakan Suriah kini berganti dengan putih. WH muncul dalam semua video dan foto yang disebarluaskan oleh media Barat dan Teluk. WH dicitrakan sebagai relawan yang sedemikian berjasa menolong korban bom di Aleppo, sehingga kabarnya akan dinominasikan sebagai penerima Nobel (ingat, MSF juga menerima Nobel tahun 1999).
Keberadaan WH membuat situasi lebih rumit, mereka berkeliaran bebas di Aleppo dengan baju relawan dan dikategorikan sebagai ‘warga sipil’ yang haram diserang. Masalahnya, WH sebenarnya adalah jihadis/teroris yang berganti baju dari hitam menjadi helm putih. Beberapa video membuktikan hal ini, misalnya, terlihat mereka membawa senjata (relawan bawa senjata?), atau mereka berteriak-teriak Allahu Akbar di tengah para jihadis/teroris berbaju hitam. Atau, setelah seorang jihadis/teroris melakukan eksekusi mati pada seseorang, langsung anggota WH datang dan membungkus jasad korban (jadi, WH ada di tempat itu saat eksekusi mati). Atau WH berpose bersama mayat-mayat SAA.
WH adalah salah satu dari berbagai NGO (Non-Government Organization) atau LSM, bersama lembaga-lembaga “think tank” (pusat studi) yang berperan penting dalam Perang Suriah. Dan memang, berbagai LSM dan think tank memiliki rekam jejak dalam upaya penggulingan rezim di berbagai penjuru dunia. Di Mesir, misalnya, aksi-aksi demo penggulingan Mobarak dimotori oleh aktivis NGO yang dilatih oleh AS (melalui Freedom House dan National Endowment for Democracy/NED) agar mahir menggalang massal. FH dan NED (dan LSM bernama CANVAS) juga bermain di Suriah. Bedanya, bila di Mesir aksi demo bisa tereskalasi (jumlah pendemo sangat masif) sehingga Mobarak terguling dengan mudah, di Suriah modus ini gagal total. Yang muncul malah demo tandingan yang jauh lebih masif, menunjukkan dukungan kepada Assad.[1] Kejadian sama juga terlihat di Libya, aksi demo tidak pernah tereskalasi, bahkan yang terjadi demo luar biasa besar di Tripoli mendukung Qaddafi. [2]
Nah karena aksi demo “damai” tidak berhasil di Libya dan Suriah, masuklah para jihadis untuk melakukan tugas mereka. Kali ini tentu saja mereka tidak membawa isu demokrasi, melainkan khilafah (dan khusus di Suriah, mereka membawa isu Sunni-Syiah, yang terbukti sangat efektif dalam menggalang pasukan dan dana dari seluruh dunia). Terbukti, ketika khilafah terbentuk di Libya, tetap saja kapitalis Barat yang menguasai ekonomi; sang khalifah sibuk bertempur melawan rakyatnya, serta melebarkan sayap pertempuran ke Suriah.
Siapa di Balik LSM dan Think Tank?
Jadi, dalam menganalisis soal Suriah, penting untuk menoleh tajam ke arah NGOs dan think-tank yang berkeliaran di sana (atau bersuara berisik dari luar negeri). Di awal konflik, Amnesty International dan Federation of Human Rights (FHR) menggalang aksi demo massa di jalanan Paris dengan membawa bendera Suriah era mandat Prancis (hijau-putih-hitam). FHR didanai oleh NED. Mantan Sekjen PBB, Kofi Annan, yang awalnya ditugasi menjadi mediator perdamaian di Syria, ternyata adalah trustee (penasehat) di International Crisis Group (ICG), bersama tokoh-tokoh Zionis, seperti George Soros, Zbigniew Brzezinski, dan Shimon Peres. Brooking Institution juga berperan, antara lain menerbitkan desain perubahan rezim di Libya, Suriah, dan Iran. Baik NED, ICG, Brooking, dll, didanai oleh Big Oil (Conoco-Philips, Chevron, ExxonMobil), Coca Cola, Bank of America, Microsoft, Standard Chartered, Citigroup, Hilton, McDonald, GoldmanSach, dll. (Note: Goldman Sachs dan Rockefeller juga berada di belakang MSF, baca Aleppo-1).[3]
Ada dua LSM yang sering sekali dikutip media Barat (dan media jihad), Syrian Observatory of Human Rights dan Syrian Network of Human Rights yang berkantor di Inggris. Keduanya seolah paling tahu atas setiap serangan, jumlah korban, nama-nama, dan berbagai hal soal Suriah (dan datanya jelas beda dengan data yang dimiliki media-media alternatif). Donaturnya, Uni Eropa dan Soros. Silahkan browsing, rekam jejak Soros dan upaya penggulingan rezim di berbagai negara, terutama Eropa Timur (juga penggulingan Soeharto). Soros juga ada di balik CANVAS.
Tak jauh beda, White Helmets juga terlink dengan Soros, CIA, USAID, dll. WH didirikan pada Maret 2013 di Turki dan dipimpin oleh James Le Mesurier, mantan agen intel Inggris dengan rekam jejak di berbagai kawasan konflik (Bosnia, Kosovo, Irak, Lebanon, Palestina). Dana awal pendirian WH adalah 300 ribu dollar dan selanjutnya menerima donasi jutaan dollar (suplai logistik disediakan oleh Turki). Telegraph menyebut Inggris telah menggelontorkan 3,5 juta pound. USAID memberi 16 juta dollar. Mesurier pada 2014 membentuk Mayday (konon untuk ‘melatih SAR bagi warga sipil Suriah’), di antara tokohnya adalah Faruq al-Habib dan Read Saleh, tokoh “revolusi” Suriah yang terlink dengan CIA. Mesurier juga pernah menjadi staf di perusahaan keamanan swasta (=preman) yang beroperasi di Irak, Olive dan Good Harbour, yang terlink juga dengan Blackwater yang sangat kejam itu.
Masih banyak lagi link antara WH dengan berbagai organisasi kotor lainnya. Foto berikut ini adalah bagan koneksi WH.
Semua data ini hanya sebagian kecil dari sangat banyak bukti link antara upaya penggulingan rezim dengan kekuatan kapitalis global yang sebagian besarnya orang Zionis. Merekalah yang kini sedang berupaya keras menggulingkan Rezim Suriah, dengan memanfaatkan muslim naif yang mau diiming-imingi janji bidadari surga (pahala jihad), serta sebagian muslim lainnya yang dengan sukarela menyebarkan berita bohong tentang jihad palsu ini sambil merogoh koceknya untuk menyumbang. [4]
——
*artikel ini disunting dari tulisan di blog Kajian Timur Tengah
[1] http://dinasulaeman.wordpress.com/2013/03/29/tangan-terkepal-di-syria/
[2] Ini rekaman demo pro-Qaddafi (mulai 2:03, perhatikan menit suara Qaddafi yang terbata-bata dan tercekat karena terharu melihat dukungan rakyatnya).
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=NeCjnL9pxO4]
-Ini video kompilasi data-data soal Suriah (perhatikan pidato emosional Syekh Hassoun, mufti Suriah (Sunni) saat pemakaman anaknya yang dibunuh jihadis/teroris)
[youtube https://www.youtube.com/watch?v=_xwbPnL7Kk4]
[3] Sulaeman, Dina. 2013. Prahara Suriah. Jakarta: IIMaN
[4]Alasan kapitalis global ingin menggulingkan Assad: faktor Israel (Assad selama ini penyuplai logistik untuk pejuang Palestina) dan migas.
Mainsource : https://liputanislam.com/opini/peran-lsm-dalam-perang-suriah/
MSF dan Hoax Soal RS Al Quds
Kajian Timur Tengah.
[1] Selengkapnya baca di surat terbuka Rick Sterling mengkritik MSF https://off-guardian.org/2016/05/07/open-letter-to-msf-about-bias-and-propaganda-on-syria/ Surat kritikan untuk MSF juga pernah ditulis Ron West: https://off-guardian.org/2016/02/25/letter-to-doctors-without-borders/
[2] -Dokter Suriah Nabil Antakki menyatakan bahwa RSQ tidak ada sebelum perang; dia juga memberi daftar lengkap seluruh RS di Aleppo, tak ada RSQ http://www.qenshrin.com/servers/useful_num/t_hospital.php
-Jurnalis Vannessa Beeley menyatakan, tidak ada rumah sakit resmi MSF di Suriah, yang ada RS darurat yang “didukung MSF”, yang didirikan tanpa izin pemerintah Suriah, dan stafnya umumnya berasal dari White Helmets yang berafiliasi dengan Al Nusra (Al Qaida). http://21stcenturywire.com/2016/05/04/aleppo-us-nato-false-flags-lies-and-propaganda/
– MSF melakukan langkah mencurigakan dengan merahasiakan koordinat GPS rumah sakit-rumah sakitnya (dengan alasan takut dibom tentara Suriah/Rusia). Lalu ketika dibom, belum ada penyelidikan, langsung berkata kepada media massa bahwa pelakunya Rusia/Suriah meski tetap mengaku ‘belum ada bukti’ http://www.dailymail.co.uk/news/article-3454246/Medecins-Sans-Frontieres-refuses-share-locations-Syrian-hospitals-Assad-Moscow-fears-DELIBERATE-attacks.html
– di wawancara ini, MSF (dengan berbagai justifikasi memojokkan rezim Suriah) mengaku merawat teroris dan membuka klinik di lokasi-lokasi tersembunyi, antara lain di gua-gua. http://www.npr.org/2013/05/17/184845130/doctor-we-truly-are-failing-the-syrian-people
[3]http://sputniknews.com/military/20160504/1039052825/russian-mod-syria-hospital-aleppo.html Selain itu, Rusia juga memiliki data bahwa yang terbang di udara Aleppo pada tgl 27 April sore itu hanya 1 pesawat dari kubu koalisi (NATO) https://www.rt.com/news/341296-aleppo-hospital-mistura-ceasefire/
[4] Baca Prahara Aleppo-2
[5] link video-video yang dimaksud ada di surat terbuka Rick Sterling
[7] http://o.canada.com/news/syria-aid-group-disputes-baird-on-reasons-for-2-million-flip-flop
Mainsource : https://liputanislam.com/tabayun/msf-dan-hoax-soal-rs-al-quds/
LiputanIslam.com–MSF (Médecins Sans Frontières atau
Dokter Without Borders) oleh sebagian orang dikenal sebagai LSM yang
baik karena menolong orang di berbagai wilayah konflik. Tapi kiprahnya
di Suriah terlihat justru sebagai bagian dari upaya penggulingan rezim
Assad. Berikut ini hal-hal mencurigakan di balik “dibom”-nya RS Al Quds
yang bikin banyak orang Indonesia histeris dan berteriak “save Aleppo”.
(Ya, Aleppo memang harus diselamatkan, tapi dari cengkeraman mujahidin
dan NATO; sementara mereka yang histeris itu mengira Aleppo harus
diselamatkan dari “kekejaman Assad dan Rusia”). Tulisan ini disarikan
dari tulisan Rick Sterling, jurnalis independen asal AS yang terjun
langsung ke Suriah [1], disalin dari blog - RS Al Quds (RSQ) diklaim sebagai RS tempat beroperasinya MSF. Pada tanggal 27 April, konon RSQ dibom. Staf MSF Pablo Marco, saat diinterview oleh CNN dan PBS Newshour pada 28 April, mengatakan, “Ada 2 barrel bombs yang jatuh dekat RSQ, lalu bom ketiga jatuh di pintu depan RSQ”. Tetapi, press rilis MSF justru kontradiktif, “RSQ dihancurkan oleh minimalnya 1 serangan udara yang secara langsung menimpa bangunan dan membuatnya jadi puing2 (rubble).” Tapi foto yang ditunjukkan tidaklah berupa “puing-puing”. Versi berita mana yang benar?
- Jumlah korban bervariasi, mulai dari 14, lalu muncul berita, lebih dari 50, mana yang benar?
- Staf MSF, Pablo Marco dan Muskilda Zancada menyatakan serangan pada RSQ adalah serangan yang disengaja karena ‘RSQ sudah berfungsi sejak 4 tahun yll, tidak mungkin [pengebom] tidak tahu’. Sebaliknya, Sterling menemukan bahwa umumnya warga Aleppo tidak pernah mendengar nama RSQ. Kalau benar RSQ ada, seharusnya MSF punya foto dan dokumen bahwa di lokasi itu benar ada rumah sakit dengan 34 tempat tidur perawatan (seperti yang diklaim MSF). Yang terlihat dari foto adalah kemungkinan bahwa RSQ sekedar klinik medis yang beroperasi di bawah tanah di sebuah apartemen rusak. [2]
- Kementerian Pertahanan Rusia, segera setelah dituduh mengebom RSQ, merilis foto satelit yang memperlihatkan bahwa gedung yang diklaim sebagai RSQ dalam kondisi kerusakan yang sama seperti foto pada Oktober 2015. [3]
- Banyak video dari RSQ yang menampilkan anggota the White Helmets. [4] Bila dibandingkan antara video serangan ke RSQ dengan video serangan mujahidin ke kawasan Aleppo barat, termasuk RS Al Dabeet, terlihat bedanya antara serangan ‘asli’ dan serangan ‘buatan’. [5]
- MSF di Suriah disebut-sebut didanai pemerintah Kanada. Kanada sendiri pernah mengakui pada 2012 bahwa “alasan mengapa $2 juta disalurkan lewat Canadian Relief for Syria, bukan kepada PBB atau Palang Merah Intl, adalah karena memang bantuan itu dimaksudkan untuk kelompok-kelompok oposisi dan bukan bantuan kemanusiaan.” [6]
- Video kematian ‘dokter anak terakhir’, Dr. Moaz, yang menjadi viral, sangat mencurigakan. Disebutkan bahwa video itu rekaman CCTV pada detik-detik sebelum RSQ diserang bom. Aneh sekali bila gedung RSQ hancur jadi puing, tapi kamera CCTV tetap selamat.
[1] Selengkapnya baca di surat terbuka Rick Sterling mengkritik MSF https://off-guardian.org/2016/05/07/open-letter-to-msf-about-bias-and-propaganda-on-syria/ Surat kritikan untuk MSF juga pernah ditulis Ron West: https://off-guardian.org/2016/02/25/letter-to-doctors-without-borders/
[2] -Dokter Suriah Nabil Antakki menyatakan bahwa RSQ tidak ada sebelum perang; dia juga memberi daftar lengkap seluruh RS di Aleppo, tak ada RSQ http://www.qenshrin.com/servers/useful_num/t_hospital.php
-Jurnalis Vannessa Beeley menyatakan, tidak ada rumah sakit resmi MSF di Suriah, yang ada RS darurat yang “didukung MSF”, yang didirikan tanpa izin pemerintah Suriah, dan stafnya umumnya berasal dari White Helmets yang berafiliasi dengan Al Nusra (Al Qaida). http://21stcenturywire.com/2016/05/04/aleppo-us-nato-false-flags-lies-and-propaganda/
– MSF melakukan langkah mencurigakan dengan merahasiakan koordinat GPS rumah sakit-rumah sakitnya (dengan alasan takut dibom tentara Suriah/Rusia). Lalu ketika dibom, belum ada penyelidikan, langsung berkata kepada media massa bahwa pelakunya Rusia/Suriah meski tetap mengaku ‘belum ada bukti’ http://www.dailymail.co.uk/news/article-3454246/Medecins-Sans-Frontieres-refuses-share-locations-Syrian-hospitals-Assad-Moscow-fears-DELIBERATE-attacks.html
– di wawancara ini, MSF (dengan berbagai justifikasi memojokkan rezim Suriah) mengaku merawat teroris dan membuka klinik di lokasi-lokasi tersembunyi, antara lain di gua-gua. http://www.npr.org/2013/05/17/184845130/doctor-we-truly-are-failing-the-syrian-people
[3]http://sputniknews.com/military/20160504/1039052825/russian-mod-syria-hospital-aleppo.html Selain itu, Rusia juga memiliki data bahwa yang terbang di udara Aleppo pada tgl 27 April sore itu hanya 1 pesawat dari kubu koalisi (NATO) https://www.rt.com/news/341296-aleppo-hospital-mistura-ceasefire/
[4] Baca Prahara Aleppo-2
[5] link video-video yang dimaksud ada di surat terbuka Rick Sterling
[7] http://o.canada.com/news/syria-aid-group-disputes-baird-on-reasons-for-2-million-flip-flop
Mainsource : https://liputanislam.com/tabayun/msf-dan-hoax-soal-rs-al-quds/
Moallem: Turki dan Saudi Sejak Lama Dukung Terorisme
SALAFYNEWS.COM,
DAMASKUS – Menteri Luar Negeri Suriah, Walid al-Moallem, mengatakan
bahwa negaranya terus berupaya memerangi terorisme sambil terus bekerja
keras guna menyelesaikan krisis dan menindaklanjuti pembicaraan di
Jenewa.
Media resmi “SANA” menulis bahwa
pernyataan itu disampaikan oleh al-Moallem selama pertemuannya, Rabu
(18/05), dengan Wakil Menteri Hubungan dan Kerjasama Internasional
Republik Afrika Selatan, Nomaindia Mfeketo, bersama beberapa delegasi.
Menteri Luar Negeri Suriah itu
menceritakan tentang serangan brutal teroris yang dialami Suriah selama
lebih dari lima tahun. Serangan itu bertujuan untuk mengacaukan dan
menghancurkan tatanan sosial dan menerapkan ideologi Takfiri melalui
sejumlah kelompok teroris yang menerima dukungan langsung dari Turki dan
Arab Saudi serta beberapa negara lainnya. Negara-negara itu mendanai
dan memfasilitasi pelatihan disamping mempersenjatai kelompok-kelompok
teroris tersebut. (Baca: Sekjen Keamanan Eropa: “Bom Kimia Jabhat al-Nusra Disuplai Oleh Riyadh”)
Ia juga menjelaskan adanya beberapa
pihak yang memfasilitasi penyeberangan ribuan teroris yang berasal dari
puluhan negara lewat perbatasan perbatasan menuju Suriah. Moallem
meyakinkan bahwa hal itu merusak perdamaian, keamanan dan stabilitas di
kawasan bahkan merambah ke seluruh dunia.
Al-Moallem menyampaikan akan pentingnya
upaya internasional dalam memerangi dan membasmi fenomena
terorisme sambil menegaskan akan peran penting yang dapat dimainkan oleh
Afrika Selatan dalam masalah ini.
Pada gilirannya, Mfeketo menegaskan akan
dukungan Afrika Selatan dalam menyelesaikan krisis di Suriah dengan
cepat. Ia menyampaikan kesiapan negaranya untuk memberikan semua bantuan
yang dimungkinkan. Ia juga menyampaikan dukungan negaranya atas upaya
yang bertujuan untuk mencari solusi politik mengatasi krisis oleh rakyat
Suriah sendiri yang jauh dari campurtangan asing, sehingga dapat
melestarikan kedaulatan Suriah dan integritas teritorial serta
memulihkan stabilitas negara tersebut. (SFA) / http://www.salafynews.com/moallem-turki-dan-saudi-telah-lama-dukung-terorisme.html
MANTAP! Indonesia-Rusia Sepakati Pertukaran Data Intelijen Hadapi Terorisme
SALAFYNEWS.COM, JAKARTA
– Presiden Joko Widodo bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin
sebelum penyelenggaraan ASEAN-Rusia Summit di Sochi Rusia. Dalam
pertemuan itu, keduanya membahas kerja sama di berbagai sektor, salah
satunya soal data intelijen.
“Kita juga akan terus bekerja sama untuk
pemberantasan terorisme dan pertukaran informasi intelijen di bidang
terorisme ini,” kata Jokowi saat jumpa pers di Sochi, Rusia, Rabu
(18/5/2016) malam.
Dalam pertemuan itu, Putin ditemani
jajaran menterinya, sementara Jokowi juga membawa para menterinya. Para
menteri yang hadir antara lain Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri
Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menko Perekonomian Darmin
Nasution, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Perdagangan Thomas
Lembong, Kepala BIN Sutiyoso, dan lainnya.
“Perhatian yang sangat besar di bidang
hubungan militer. Sejumlah isu aktual dan global sempat dibahas dalam
pertemuan, antara lain soal terorisme. Ada koordinasi dalam pencegahan
ancaman terorisme,” kata Putin.
Selain itu, Putin menyatakan Rusia juga siap membantu dalam pencegahan kebakaran hutan, masalah pendidikan, hingga pariwisata.
“Di rusia ada sekitar 100 mahasiswa
Indonesia. Untuk tahun depan ada sekitar 100 beasiswa lain. Kita rencana
tingkatkan,” jelasnya.
Menurut Putin, saat ini sudah ada
fasilitas bebas visa untuk orang Rusia yang masuk ke Indonesia dengan
jangka waktu 30 hari. Pihak Rusia saat ini sedang membahas kemungkinan
untuk bisa memfasilitasi kemudahan prosedur visa Rusia bagi orang
Indonesia.
“Kedua negara akan melanjutkan interaksi
dalam rangka PBB, G20, kerja sama islami dan dialog kemitraan. Sebagai
penutup saya sampaikan terima kasih kepada teman-teman indonesia atas
percakapan yang begitu baik. Saya juga apresasi kepada Bapak jokowi
secara pribadi atas komitmennya di ASEAN-Rusia Summit,” ucap Putin.
(SFA/detiknews) / http://www.salafynews.com/mantap-indonesia-rusia-sepakati-pertukaran-data-intelijen-hadapi-terorisme.html
Deklarasi Rusia-ASEAN Akan Bawa Hubungan Bilateral ke Tingkat Baru
SOCHI, ARRAHMAHNEWS.COM –
Rusia dan ASEAN telah menyusun deklarasi yang menyatakan niat kedua
pihak untuk membawa hubungan bilateral ke tingkat yang baru.
“Rusia dan Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) telah menyusun deklarasi yang menyatakan niat mereka untuk membawa hubungan bilateral ke tingkat yang baru,” ungkap Presiden Rusia Vladimir Putin, Kamis (19/05). (Baca juga: Perdagangan Asean Gunakan Yuan, Dolar Semakin Terpuruk)
Deklarasi ini diharapkan akan diresmikan dalam dua hari KTT Rusia-ASEAN yang berlangsung di resor Rusia, Sochi.
Deklarasi Sochi telah disiapkan, untuk
menetapkan tujuan bersama kami dalam membawa kemitraan strategis
Rusia-ASEAN ke tingkat yang baru,” kata Presiden Putin, menambahkan
kedua belah pihak berkomitmen untuk meningkatkan integrasi di kawasan
Asia-Pasifik untuk menopang sendi proyek-proyek ekonomi. (Baca juga: Putin Adakan Pertemuan Khusus dengan Seluruh Kepala Negara ASEAN di Sochi)
Sebelumnya presiden Rusia telah
mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin negara-negara ASEAN yang
terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunei,
Kamboja, Laos, Myanmar & Vietnam. (ARN) / https://arrahmahnews.com/2016/05/20/deklarasi-rusia-asean-akan-bawa-hubungan-bilateral-ke-tingkat-baru/
Kunjungan Jokowi ke Rusia, Ingatkan Kita Pada Soekarno
SOCHI, ARRAHMAHNEWS.COM –
Rusia yang kini dipimpin oleh Vladimir Putin, seorang politisi yang
memulai karir di dinas rahasia Uni Sovyet, KGB, Rusia Kini, tidak lagi
bisa dikategorikan sebagai negara komunis, negara yang teknologinya
tertinggal jauh dari Barat.
Rusia dalam dua puluh lima tahun terakhir
sudah berubah menjadi negara maju dan terbuka, setara dengan
negara-negara Barat. Kekuatan ekonominya di dunia menduduki urutuan
ke-6.
Rusia sudah muncul sebagai negara pesaing baru bagi negara-negara industri yang bergabung dalam Kelompok Tujuh (Group of Seven atau G-7). Yaitu Kanada, Amerika Serikat, Jepang, Italia, Prancis, Jerman dan Inggris. (Baca juga: Rusia Bangkit Kembali Sebagai Negara Super Power)
Itu pula sebabnya pada tahun 1993, semasa
Rusia dipimpin Boris Yeltsin, G-7 buru-buru meminangnya untuk
mendirikan kartel baru atau menjadi bagian dari G-8.
Banyak fakta yang menunjukkan bahwa Rusia
sudah sejajar dengan negara industri dari Barat. Rusia juga sudah
pantas disebut sebagai negara modern.
Pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Vladimir Putin, pekan ini, mengambil tempat di kota Sochi, sebuah kota modern.
Disebut kota modern sebab Sochi merupakan
sebuah kawasan resort di bagian Barat Rusia yang dipasarkan sebagai
daerah tujuan wisata bagi negara-negara kaya di Eropa, Asia dan benua
Amerika.
Sochi dua tahun lalu menjadi tempat
penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin. Dimana mayoritas pesertanya
berasal dari negara Barat. Sochi juga merupakan tempat penyelenggaraan
balap mobil tahunan Formula One. Di luar Formula One dan Olimpiade,
setelah Piala Dunia Sepakbola Qatar, tuan rumah berikutnya adalah Rusia.
Di Indonesia, memang belum semua memahami
bahwa Rusia sudah berubah drastis. Tidak banyak yang tahu bahwa saat
ini di Bali dan sekitarnya terdapat enam ribu pemukim musiman asal
Rusia. Mereka memiliki properti di Bali dan sekitarya. (Baca juga: PARADIGMA DUNIA BARU: China, Iran, Rusia, Tim Terkuat Dunia)
Rusia sudah menjadi sebuah negara pluralis, dimana kebebasan beragama merupakan salah satu kegiatan yang dijamin oleh negara.
Vladimir Putin yang lahir, besar dan
berkarir di era komunis, dalam kedudukanya sebagai Presiden Rusia saat
ini, tanpa ragu meresmikan pengoperasian sebuah mesjid terbesar di
negaranya. Sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Presiden dari
Amerika Serikat ataupun Perdana Menteri dari sebuah negara anggota
Negara Persemakmuran.
Dalam status Rusia seperti itulah,
Presiden RI, Joko Widodo mengunjungi negara yang dijuluki oleh negara
Barat sebagai Beruang Siberia ini.
Kunjungan Presiden Joko Widodo memang
tidak dalam rangka hubungan bilateral. Melainkan dalam rangka
multilateral – memperingati kerja sama ASEAN – Rusia yang sudah berusia
20 tahun.
Kendati tidak dalam konteks bilateral,
tetapi kunjungan tersebut tetap bisa dimanfaatkan oleh Joko Widodo dan
Vladimir Putin untuk membahas kerja sama dua negara.
Pagi tadi, TVRI melaporkan dari Sochi
bahwa Widodo dan Putin antara lain membahas tentang kesempatan Rusia
menggunakan teknologinya dalam pemberantasan “ilegal fishing”. Pencurian
ikan di laut wilayah Indonesia oleh kapal-kapal berbendera negara
asing. (Baca juga: Rusia Serang ISIS Rupiah Menguat ‘13.400’ Atas Dolar AS)
Sebagai sebuah kerja sama, sekalipun
belum tahu kapan realisasinya dan sejauh mana efektifitasnya, namun
agenda pemberantasan dan pembasmian pencurian ikan ini, patut dilihat
sebagai sebuah proyek yang sangat strategis.
Sebab jika pembasmian pencurian itu bisa
dilakukan dan berhasil, ratusan bahkan ribuan triliunan rupiah yang
berbentuk devisa, bisa diselamatkan Indonesia.
Laut kita yang kaya raya yang selama ini
hanya menjadi hidangan negara-negara pencuri dan mafia perdagangan hasil
laut, pada akhirnya bisa diselamatkan.
Kehadiran armada ataupun teknologi Rusia
di matra laut dalam rangka membasmi pencurian ikan, bisa memberi efek
keseimbangan atas kehadiran armada asing yang semaunya bermanuver di
wilayah Indonesia.
Oleh karena itu, kunjungan Presiden Joko
Widodo ke Rusia sudah patut kita maknai sebagai sebuah perjalanan yang
sangat bermanfaat. Perjalanan untuk mengingatkan hadirnya kembali
Indonesia sebagai sebuah negara yang butuh sahabat sekaligus dibutuhkan
oleh sahabat dalam koridor dan dimensi kesetaraan.
Perjalanan yang tidak dimaksudkan untuk mengemis bantuan, meminta pinjaman atau membentuk konspirasi.
Mengunjugi Rusia, itu sama dengan langkah membuat keseimbangan dalam hubungan persahabatan antar bangsa.
Sebuah langkah positif dan konkrit yang sejalan dengan kebijakan Indonesia dalam politik luar negeri yaitu bebas aktif.
Sebab ada perasaan yang tak bisa
disembunyikan. Yang menilai bahwa dalam satu tahun terakhir ini Presiden
Joko Widodo terkesan tidak berbeda banyak dengan presiden terdahulu,
Susilo Bambang Yudhoyono.
Namun jika pidato Presiden Joko Widodo
pada April 2015 atau enam bulan setelah ia dilantik sebagai Presiden
ke-7 Republik Indonesia, yang dijadikan ukuran, kiblat ke Washington ini
mencerminkan ketidak konsistenannya atas ucapan dan tindakan. (Baca
juga: Saingi Bank Dunia dan IMF, China Resmi Luncurkan AIIB)
Dalam pidatonya di Bandung bertepatan
dengan peringatan 60 tahun Konperensi Asia Afrika, Presiden secara
mengejutkan mengecam Amerika Serikat , PBB, Bank Dunia dan IMF.
Di mata Presiden Widodo, kebijakan global
AS dan lembaga-lembaga internasional tadi, telah menghasilkan banyak
negara sehat menjadi negara miskin.
Pidato ini mengingatkan retorika almarhum Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia.
Saya tidak bermaksud mendorong Presiden
menjauhi Amerika Serikat, PBB, Bank Dunia dan IMF. Melainkan jauhilah
sikap yang selalu menganggap para pihak ini sebagai sahabat permanen
apalagi penyelamat.
Dengan negara manapun, sikap Indonesia
harus bebas aktif. Bahkan apabila memang dibutuhkan, bebas aktif itu
harus juga kita ambangkan. Bila perlu dimanifestasikan dalam bentuk
multi interpretatif atau multi standard.
Politik di era modern, di dunia tanpa
pembatas, politik bebas aktif Indonesia juga harus dijalankan bebas
tanpa batas. Tida boleh kaku melainkan kalkulatif.
Kalau Amerika Serikat atau PBB berikut
Bank Dunia dan IMF dalam melaksanakan kebijakannnya bisa “double
standar” atau standar ganda, Indonesia pun bisa menerapkan lebih dari
itu: multi standard. Yang terpenting kepentingan Indonesia, kepentingan
nasional tercapai dan terjaga.
Oleh sebab itu sambutan positif perlu
diberikan atas keputusan Presiden Joko Widodo yang menyempatkan diri
berunding dengan Presiden Rusia. Semakin banyak kerja sama yang bisa
diwujudkan oleh kedua negara, semakin banyak kepentingan ini terjaga.
(ARN) / https://arrahmahnews.com/2016/05/20/kunjungan-jokowi-ke-rusia-ingatkan-kita-pada-soekarno/
Jokowi Undang Putin Kunjungi Indonesia
SOCHI, ARRAHMAHNES.COM –
Dalam pertemuannya dengan presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden
Indonesia Jokowi mengundang Vladimir Putin untuk berkunjung ke
Indonesia, setelah pertemuan di Rusia.
“Dengan segala hormat, saya mengundang Presiden Putin untuk melakukan kunjungan ke Indonesia,” ungkap Jokowi di penghujung negosiasi di kediaman musim panas pemimpin Rusia itu, di Sochi. (Baca juga: Putin Sebut Jokowi Penerus Sukarno)
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin
pada hari Rabu (18/05) itu menyatakan bahwa Moskow dan Jakarta saat ini
tengah bekerja untuk menyederhanakan prosedur visa bersama. Putin juga
menambahkan bahwa kedua negara sama-sama berkeinginan untuk meningkatkan
arus wisata bersama.
“Tahun lalu, Indonesia telah membebaskan visa untuk warga Rusia selama 30 hari. Kemungkinan untuk menerapkan kesepakatan antarpemerintah terkait penyederhanaan prosedur visa sedang dikerjakan,” ungkap Putin setelah bertemu rekannya Joko Widodo sebagaimana dikutip Sputnik.(Baca juga: Putin Adakan Pertemuan Khusus dengan Seluruh Kepala Negara ASEAN di Sochi)
Kedua presiden bertemu menjelang KTT
Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan Rusia yang akan
berlangsung di Sochi pada 19-20 Mei. (ARN) / https://arrahmahnews.com/2016/05/20/jokowi-undang-putin-kunjungi-indonesia/
ASEAN Akan Segera Jadi “Uni Eropa Baru”
SOCHI, ARRAHMAHNEWS.COM –
Anggota Asosiasi Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) berniat untuk
menyusun struktur yang mirip dengan Uni Eropa. Hal ini diucapkan Sekjen
organisasi tersebut, Le Luong Minh, pada Kamis (19/20). (Baca juga: “Tamparan” Maut Putin-Jokowi di KTT G-20 Turki Kepada Barat dan AS)
Sekjen ASEAN tersebut juga menambahkan
bahwa ada banyak peluang kerjasama antara ASEAN dan Rusia, khususnya di
bidang ekonomi, informasi dan pengembangan teknologi.
“Kami sedang membangun sebuah struktur yang mirip dengan Uni Eropa, dan menciptakan mekanisme semacam itu, yang dapat berkontribusi terhadap pembangunan daerah kami,” ungkap Le Luong Minh dalam Forum Bisnis Rusia-ASEAN di kota resor Rusia, Sochi. (Baca juga: Putin Adakan Pertemuan Khusus dengan Seluruh Kepala Negara ASEAN di Sochi)
Pada tanggal 19-20 Mei ini, Sochi menjadi
tuan rumah KTT Rusia-ASEAN, yang menandai ulang tahun ke-20 hubungan
Rusia-ASEAN. Asosiasi itu terdiri dari Indonesia, Malaysia, Filipina,
Singapura, Thailand, Brunei, Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam. (ARN) / https://arrahmahnews.com/2016/05/20/asean-akan-segera-jadi-uni-eropa-baru/
Disebutkan oleh penulis buku “Prahara Suriah, Membongkar
Persengkongkolan Multinasional” yang terbit tahun 2013 tersebut, telah
melaporkan dua oknum pembuat akun palsu twitter yang memakai nama dan
fotonya dan seorang netizen yang mencemarkan nama baiknya.
Akun Dipalsukan Netizen, Dina Sulaeman Lapor Polisi
Menurut Kantor Berita ABNA,
penulis dan pengamat politik Timur Tengah, Dina Sulaeman sebagaimana
diinformasikannya sendiri di akun Facebooknya, telah mengajukan aduan
kepada pihak kepolisian daerah Jawa Barat pada senin (9/5) atas perkara
tindak pidana UU ITE.
Disebutkan oleh penulis buku
“Prahara Suriah, Membongkar Persengkongkolan Multinasional” yang terbit
tahun 2013 tersebut, telah melaporkan dua oknum pembuat akun palsu
twitter yang memakai nama dan fotonya dan seorang netizen yang
mencemarkan nama baiknya.
Dina Y. Sulaeman, lahir di
Semarang pada 1974. Penerima summer session scholarship dari JAL
Foundation untuk kuliah musim panas di Sophia University Tokyo ini lulus
dari Fak. Sastra Arab Universitas Padjadjaran tahun 1997. Tahun 1999
ia meraih beasiswa S2 dari pemerintah Iran untuk belajar di Faculty of
Teology (jurusan Hukum Islam), Tehran University, tapi hanya ditempuhnya
satu semester. Tahun 2002-2007 ia berkarir sebagai jurnalis di Islamic
Republic of Iran Broadcasting. Tahun 2011, ia meraih gelar magister
Hubungan Internasional dari Universitas Padjadjaran.
Dia aktif menulis di media
cetak dan media online, serta menjadi narasumber seminar, kajian, dan
kuliah umum terkait Timur Tengah. Sejumlah buku telah ditulisnya, antara
lain, Oh Baby Blues (antologi), Mukjizat Abad 20: Doktor Cilik Hafal
dan Paham Al Quran, Pelangi di Persia, Ahmadinejad on Palestine, Obama
Revealed, Bintang-Bintang Penerus Doktor Cilik, Princess Nadeera,
Journey to Iran, Prahara Suriah, dan A Note from Tehran (antologi). Saat
ini tinggal di Bandung dan sedang kuliah S3 di Hubungan Internasional
Unpad.
Selain aktif menulis di blog, https://dinasulaeman.wordpress.com,
Dina Sulaeman juga aktif menulis di Facebook. Tulisan-tulisannya yang
kerap menyajikan peristiwa Timur Tengah khususnya Suriah yang update,
tajam, dan lengkap dengan data-data yang valid membuatnya kerap dibully
netizen yang kerap memanfaatkan isu konflik Suriah untuk menyulut
kebencian sektarian. Meski demikian, tidak sedikit yang mengikuti
tulisan-tulisannya bahkan dishare sampai ratusan kali.
Seorang Netizen “Syaiful AB”
menulis dikomentarnya, “Mantap mbak Dina, maju terus membela yang benar.
Harusnya dari dulu para tukang fitnah itu dilaporkan.sehingga tidak ada
kesan pembiaran.”
Dina Sulaeman menulis distatus
yang dipostingnya pada selasa (17/5), “Niat saya bukan balas dendam,
tapi untuk memberi pelajaran bahwa berbeda pendapat itu sah saja, tapi
mencemarkan nama baik dan memfitnah adalah kriminal.”
Disebutkan, Pasal 27 ayat (3) UU ITE menyebutkan:
"Setiap orang dengan sengaja
dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat
dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang
bermuatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik"
Dan bagi netizen yang terjerat
dengan kasus pelanggaran UU ITE tersebut akan mendapat ancaman hukuman
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). / http://id.abna24.com/service/indonesia/archive/2016/05/18/755099/story.html
Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj, menyatakan bahwa Nahdlatul Ulama
dengan gagasan Islam Nusantara, sudah saatnya mengeskpor
gagasan-gagasan tentang Islam yang damai, ramah dan menghargai
kebudayaan.
NU Diminta Jadi Penengah Solusi Perdamaian
Menurut Kantor Berita ABNA, Konflik yang terjadi di Timur
Tengah dan beberapa kawasan di dunia, berakar pada ketegangan antara
prinsip agama dan konsep negara. Tidak adanya titik temu antara agama
dan negara, menjadi penyebab meluasnya konflik di kawasan Timur Tengah.
Pada titik ini, Nahdlatul Ulama diminta menjadi penengah untuk mencari
solusi perdamaian.
Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Hak Asasi Manusia
(Menkopolhukham) Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan bahwa Indonesia
harus mengambil peran dalam perdamaian internasional.
“Selama ini, yang menjadi juru damai konflik Israel dan
Palestina hanya Amerika Serikat. Saya lihat, Indonesia bisa menjadi
pendamai konflik internasional. Kita harus mengambil peran strategis
ini. Dukungan para kiai dan ulama Nahdlatul Ulama sangat penting untuk
agenda ini,” terang Luhut, pada agenda International Summit of the
Islamic Moderate Leaders (Isomil) PBNU pada Senin (9/5), di Jakarta.
Agenda Isomil diselenggarakan akan atas prakarsa PBNU
untuk menghadirkan inspirasi perdamaian internasional, sekaligus mencari
solusi bersama atas konflik yang terjadi di berbagai belahan dunia.
Menkopolhukham yang hadir bersama Kepala Badan Intelijen Negara (BIN)
Republik Indonesia, Jendral Purn. Sutiyoso, menyampaikan strategi
pemerintah Indonesia untuk menghadapi radikalisme dan kekerasan di dalam
negeri, juga mengambil peran strategis di level internasional.
Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj, menyatakan bahwa
Nahdlatul Ulama dengan gagasan Islam Nusantara, sudah saatnya mengeskpor
gagasan-gagasan tentang Islam yang damai, ramah dan menghargai
kebudayaan.
“Para kiai telah memberi teladan berupa titik temu antara
konsep Islam dan kebangsaan, antara agama dan negara. Hadratus Syaikh
Hasyim Asy’ari telah menegaskan pentingnya menjaga titik temu agama dan
negara. Sudah saatnya kita mengeskspor gagasan Islam Nusantara ke level
internasional,” terang Kiai Said.
Agenda Isomil merupakan pertemuan para ulama dan
cendekiawan dari negeri Timur Tengah, Eropa dan Amerika Serikat. Agenda
ini, dihadiri sekitar 400 peserta, yang berlangsung pada 9-11 Mei 2016,
di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta. Isomil menjadi media dialog
ulama internasional untuk mencari solusi perdamaian internasional. / http://id.abna24.com/service/indonesia/archive/2016/05/12/753678/story.htmlUlama Sunni-Syiah Yaman Tegaskan Penentangan terhadap Intervensi AS
Menurut Kantor Berita ABNA,
ketegasan rakyat Yaman menentang intervensi Amerika Serikat dalam
penentuan masa depan Yaman disuarakan majelis ulama Yaman lewat
konferensi antar Ulama Islam se Yaman dengan tema “Menentang Intervensi
Penjajah AS” yang berlangsung di kota Sanaa, ibukota Yaman.
Konferensi tersebut dihadiri ratusan ulama Sunni-Syiah Yaman dari berbagai daerah dan kabilah di Yaman.
Berikut suasana konferensi tersebut: